Kamis, 14 Mei 2015

Laporan semester praktikum kimia dasar

PENDAHULUAN

Latar Belakang

          Kimia merupakan  salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam yang membahas tentang unsur, senyawa, dan molekul-molekul alam baik yang organic maupun non organic, ilmu ini sama seperti ilmu-ilmu alam yang lain baik dalam mengkaji, meneliti dan mengembangkan masalah alam yaitu dengan proses ilmiah karena melakukan penelitian dengan system mencari masalah dan menyelesaikan masalah.
          Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari materi, komposisi, dan sifat-sifat alam sekitar. Materi merupakan segala hal yang menempati ruang dan memiliki masa. Komposisi merupakan bagian dari materi-materi alam yang ada yang dihubungkan dengan materi yang lain.. sedangkan sifat merupakan cirri khas dari materi tersebut.
              Karena ilmu kimia membahas tenteng materi, komposisi dan sifat mak diperlukan suatu riset tertentu untuk dapat membedakan dan mengklasipikasikan  meteri materi ysng ada berdasarkan kemiripan sifat yang dimilikinya. Jadi segala sesuatu yang memiliki masa dan menempati ruang diteliti oleh ilmu kimia. Hal ini dilakukan untuk memenuhui kebutuhan hidup manusia, menjaga, melindungi, dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada manusia karena pada dasarnya zat-zat kimia (bagian dari materi) yang ada di alam ini ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan .
              Hal-hal tersebut diatas merupakan hal-hal yang dilakukan oleh para ahli dan yang peduli sama lingkungan serta memiliki kemapuan untuk melakukan tersebut.
            Peneltian atau pengamatan yang dilakukan oleh mahasiswa didalam lab. Merupakan salah satu bagian untuk mengetahui keadaan alam sekitar, hal tersebut dilakukan juga untuk bisa lebih memahami teori-teori yang ada, yang
pernah mereka terima dalam ruangan. Pembuktian-pembuktian dari teori-teori kimia yang ada juga merupakan bagian dari tujuan seseorang untuk mengadakan riset yang ada.
Jadi sangatlah penting bagi mahasiswa untuk melakukan suatu penelitian guan lebih memantapkan pengetahuan yang telah diteriamanya.
Dengan kata lain bahwa praktikum kimia dilakukan untuk memahami dan membuktikan semua materi dan teori yang telah diterima oleh mahasiswa. Sedangkan bagi para ahli kimia untuk meneliti dan mencari hal-hal baru guna kemaslahatan umum.
Kimia adalah ilmu yang mempelajari mengenai komposisi, struktur, dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi yang ditemukan sehari-hari. Dalam mempelajari ilmu kimia dasar tentunya kita mengetahui berbagai hal, beberapa diantaranya adalah pemisahan dan pemurnian, kromatografi, laju reaksi, stoikiometri, titrasi redoks dan masih banyak lagi.
Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telag tercemar atau tercampur. Campuran terbentuk dari dua zat atau lebih zat berlainan yang masihmempunyai sifat zat aslinya. Dalm kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai campuran. Misalnya air sungai, tanah, udara, makanan, minuman, dan lain-lain.
Kromatografi adalah suatu cara untuk memisahkan atau mengindentifikasi larutan. Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen-komponennya.
Stokiometri adalah hubungan yang mempelajari atau menghitung hubungan kuantitatif dalam suatu reaktan dalam persamaan kimia, Stokiometri juga menyangkut perbandingan atom antar unsur-unsur dalam suatu rumus kimia, misalnya perbandingan atom H dan atom O dalam molekul H2O.
Laju reaksi adalah besarnya perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi persatuan waktu. Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satua waktu. Satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun.
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat peraksi semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya produk.
Titrasi redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya adalah reaksi redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung kalau terjadi interaksi dari senyawa/unsure/ion yang bersifat oksidator dengan unsure/senyawa/ion bersifat reduktor. Jadi kalau larutan bakunya oksidator, maka analat harus bersifat reduktor atau sebaliknya.
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia di mana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai dengan hilangnya electron sedangkan reduksi memperoleh electron. Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling mengkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atonya saja. Jika suatu reagen berperan baik sebagai oksidator dan redukstor maka dikatakan zat tersebut mengalami autooksidasi atau disproporsionasi




Tujuan dan Manfaat
 
Tujuan dalam melakukan praktikum kimia dasar adalah untuk mengetahui dan dapat membedakan berbagai macam zat-zat yang dibutuhkan dalam ilmu kimia, selain itu juga untuk dapat menganalisa dengan baik apa yang sudah diajarkan secara materi dan mempraktekannya dalam praktikum. Juga dapat bertujuan sebagai perancangan agar setelah terjun ke masyarakat kita akan sudah mengerti bagaimana dan apa saja yang harus dilakukan apabila kita sedang bekerja di dalam laboratorium.
Adapun manfaat yang dapat diambil dari praktikum-praktikum yang telah dilakukan sebelumnya adalah untuk mempermudah mahasiswa-mahasiswi untuk mengenal lebih baik lagi mengenai mata kuliah ilmu kimia dasar ini, juga agar saat berada di masyarakat tidak canggung lagi dalam mempraktekkan ilmu kimia dasar ini.


TINJAUAN PUSTAKA

Pemisahan dan Pemurnian

Filtrasi yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran dengan menggunakan filter (penyaring). Hasil filtrasi disebut filtrat sedangkan sisa filtrasi disebut residu atau ampas. Filtrasi dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat yang tidak saling larut. (Susilo Tri A:2011)
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara campuran kasar dan larutan. secara makrokopis koloid tampak homogeny, tetapi sacara mikrokopis koloid bersifat heterogen. Oleh karena itu, koloid digolongkan kedalam campuran heterogen. Campuran koloid pada umumnya bersifat stabil dan tidak disaring. Ukuran partikel koloid terletak antara 1-100nm, berada diantara larutan dan larutan kasar atau suspense, sehingga masih cukup kecil untuk menembus kertas saring biasa, cukup besar untuk menembus membrane atau filter ultra. (Estien Yazid, 2005)
Suspensi adalah campuran kasar dan bersifat heterogen. Antar komponennya masih terdapat bidang batas dan sering kali dapat dibedakan tanpa menggunakan mikroskop. Setelah suspense biasanya dimasukan untuk campuran heterogen dari suatu zat padat dalam zat cair. Suspensi tampak keruh dan tidak stabil zat suspensi lamat laun akan terpisah karena gravitasi (mengalami sedimentasi). Suspensi dapat dipisahkan melalui penyaringan. Diameter partikel suspensi adalah lebih dari 100nm. Contoh campuran suspensi adalah campuran terigu atau kapur dengan air. (Chang Raymond. 2005)
Faktor-faktor yang menentukan dalam analisis pengendapan adalah endapan dapat diubah menjadi zat murni dengan komposisi tertentu. Pengendapan dilakukan dala larutan panas. Pada temperatur yang tinggi kecepatan kristalisasi bertambah, jadi menimbulkan kristal yang terbentuk lebih baik (Mendham 2004)
Pada tekanan udara yang rendah zat padat juga bisa berlangsung menjadi bentuk gas, proses ini dinamakan sublimasi (Dorensbqura 2001)
Destilasi sederhana biasa adalah tekhnik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponenyang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murninya. Senyawa-senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap pada saat mencapai titik didih masing-masing. Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap senyawa dalam campuran (Rahayu 2011)
Penguapan dan kristaliasasi merupakan metode pemisahan campuran berdasarkan titik didihnya. Titik didih setiap zat berbeda satu sama lain. Adanya perbedaan titik didih tersebut dapat dimanfaatkan untuk memisahkan campuran dengan cara penguapan( Partana 2008)
Bila zat cair didinginkan gerakan teranalisasi molekul-molekul menjadi lebih kecil dan gaya tarik molekul semakin besar sehingga setelah mengkristal molekul mempunyai kedudukan tertentu didalam kristal. Panas yang terbentuk pada kristalisasi tersebut panas pengkristalan (Sukarjo 2002).
Pelarutan adalah campuran dua jenis padatan juga dapat dipisahkan dengan melarutkannya dapat suatu pelarut yang dapat melarutkan salah satu komponen. Komponen yang tidak larut kemudian dapat dipisahkan dengan penyaringan. Misalnya memisahkan campuran garam dengan gula. Mula-mula campuran dilarutkan dalam alkohol. Gula akan larut sedangkan garam tidak. Garam dapat dipisahkan dengan penyaringan. Sedangkan gula dapat diperolah dengan menguapkan filtrat.
Garam dapur atau Natrium Clorida (NaCl), padat berwarna putih yang dapat diperoleh dengan menguapkan dan memurnikan air laut. Juga dapat dengan menetralisasi HCl dengan NaOH berair. NaCl nyaris tidak dapat larut dalam alkohol, tetapi larut dalam air sambil menyedot panas, perubahan kelarutannya sangat kecil dengan suhu. Garam normal adalah suatu garam yang tak mengandung hidrogrn atau gugus hidroksida yang dapat di gusur. Laruta-larutan berair dari garam normal tidak selalu netral terhadap indikator semisal lakmus. Garam rangkap adalah garam yan terbentuk lewat kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekivalen dua atau lebih garam tertentu (Arsyad 2001).
Suatu zat yang tampil sebagai zat padat, tetapi tidak mempunyai struktur kristal yang berkembangbiak disebut amorf (tanpa bentuk). Ter dan kaca merupakan zat padat semacam itu. Tak seperti zat pada kristal, zat amorf tidak mempunyai titik-titik leleh tertentu yang tepat. Sebaliknya zat amorf melunak secara bertahap bila dipanasi dan meleleh dalam suatu jangka temperatur .Kristal adalah benda padat yang mempunyai permukaan-permukaan datar. Karena banyak zat padat seperti garam, kuarsa, dan salju ada dalam bentuk-bentuk yang jelas simetris, telah lama para ilmuwan menduga bahwa atom, ion ataupun molekul zat padat ini juga tersusun secara simetris (Keenan, 2002).
Larutan cairan dapat dibuat dengan melarutkan gas, cairan, atau padatan dalam suatu cairan. Jika sebagian cairan  adalah air, maka larutan disebut larutan berair. Larutan padatan adalah padatan –padatan dalam satu komponen terdistribusi tak beraturan pada atom atau molekul dari komponen lainnya. (Sastrohamidjojo,2005).
Sublimasi adalah perubahan zat padat ke zat gas atau sebaliknya (Tanley:2006).
Destilasi yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran yang didasarkan pada perbedaan titik didih komponen campuran tersebut melalui pemanansan/pendidihan campuran. Destilasi dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat cair yang berbeda titik didihnya. (Michael Purba:2006)








Kromatografi

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas) (Patnaik 2004).
Teknik pemisahan ini memanfaatkan interaksi komponen dengan fase diam dan fase gerak serta sifat fisik dan sifat kimia komponen. Berdasarkan fase gerak dan fase diam yang digunakan, kromatografi dibedakan menjadi liquid-solid chromatography (kromatografi dengan fase diam berwujud padat dan fase gerak berwujud cair), gas-solid chromatography (kromatografi dengan fase diam berwujud padat dan fase gerak berwujud gas), liquid-liquid chromatography (kromatografi dengan fase diam berwujud cair dan fase gerak berwujud cair), dan gas-liquid chromatography (kromatografi dengan fase diam berwujud padat dan fase gerak berwujud gas) (Harvey 2000).
Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap zat - zat yang sangat mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang disebut kromatogram (Khopkar, 2008).
Dalam kromatografi, komponen - komponen terdistribusi dalam dua fase yaitu fase gerak dan fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila molekul - molekul campuran serap pada permukaan partikel - partikel atau terserap. Pada kromatografi kertas naik, kertasnya digantungkan dari ujung atas lemari sehingga tercelup di dalam solven di dasar dan solven merangkak ke atas kertas oleh daya kapilaritas. Pada bentuk turun, kertas dipasang dengan erat dalam sebuah baki solven di bagian atas lemari dan solven bergerak ke bawah oleh daya kapiler dibantu dengan gaya gravitasi. Setelah bagian muka solven selesai bergerak hampir sepanjang kertas, maka pita diambil, dikeringkan dan diteliti. Dalam suatu hal yang berhasil, solut - solut dari campuran semula akan berpindah tempat sepanjang kertas dengan kecepatan yang berbeda, untuk membentuk sederet noda - noda yang terpisah. Apabila senyawa berwarna, tentu saja noda - nodanya dapat terlihat. Distribusi dapat terjadi antara fase cair yang terserap secara stasioner dan zat alir bergerak yang kontak secara karib dengan fase cair itu. Dalam kromatografi partisi cairan, fase cair yang bergerak mengalir melewati fase cair stasioner yang diserapkan pada suatu pendukung, sedangkan dalam kromatografi lapisan tipis adsorbennya disalutkan pada lempeng kaca atau lembaran plastik (Anonim, 2010).
( Day and underwood,2000). Pada awalnya kromatografi dianggap semata-mata sebagai bentuk partisi cairan-cairan. Serat selulosa yang hidrofilik dari kertas tersebut dapat mengikat air, setelah disingkapkan ke udara yang lembap, kertas saring yang tanpak kering itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi yaitu kurang lebih 20%. Jadi kertas itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi dan kertas itu dipandang sebagai analog dengan sebatang kolom yang berisi stasioner berair. Zat-zat terlarut itu padahal fase geraknya dapat bercampur dengan air akan dalam beberapa kasus, malahan fase geraknya adalah larutan itu sendiri.
Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak sebagai tempat untuk mengalirkannya fase bergerak. Berbagai macam tempat kertas secara komersil tersedia adalah Whatman 1,2,31 dan 33 MM. Kertas asam asetil,kertas kieselguhr, kertas silikon dan kertas penukar ion juga digunakan.Kertas asam asetil dapat digunakan untuk zat-zat hodrifilik. (Khopkar2002).
Proses pengeluaran asam mineral dari kertas desalting. Larutan ditempatkan pada kertas dengan menggunakan kertas mikropipet pada jarak 2-3 cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal. Setelah kertas dikeringkan, kemdian diletakkna dalam ruangan yang sudah dijenuhkan dengan air atau pelarut yang sesuai. Terdapat tiga teknik pelaksanaan analisis. Pada teknik ascending, pelarut bergerak ke atas dengan gaya kapiler. Sedangkan ketiga dikenal dengan cara radial atau kromatografi kertas sirkuler. (Basset,2004).
Teknik kromatografi kertas diperkenalkan oleh Consden, Gordon dan Martin (1994), yang menggunakan kertas saring sebagai penunjang fase diam. Kertas merupakan selulosa murni yang memiliki afinitas terhadap air atau pelarut polar lainnya. Bila air diadsorbsikan pada kertas, maka akan membentuk lapisan tipis yang dapat dianggap analog dengan kolom. Lembaran kertas berperan sebagai penyangga dan air bertindak sebagai fase diam yang terserap di antara struktur pori kertas. Cairan fase bergerak yang biasanya berupa campuran dari pelarut organik dan air, akan mengalir membawa noda cuplikan yang didepositkan pada kertas dengan kecepatan yang berbeda. Pemisahan terjadi berdasarkan partisi masing-masing komponen di antara fase diam dan fase bergeraknya. Kromatografi kertas digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuntitatif. Senyawa - senyawa yang dipisahkan kebanyakan bersifat sangat polar, misalnya asam amino, gula - gula, dan pigmen - pigmen alam (Yazid, 2005).
Dalam teknik kromatografi kertas, proses pengeluaran asam mineral dari kertas disebut desalting. Larutan ditempatkan pada kertas dengan menggunakan mikropipet pada jarak 2-3 cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal. Setelah kertas dikeringkan, diletakkan di ruang yang sudah dijenuhkan dengan air atau dengan pelarut yang sesuai. Penjenuhan dapat dilakukan 24 jam sebelum analisis. Descending adalah salah satu teknik di mana cairan dibiarkan bergerak menuruni kertas akibat gravitasi. Pada teknik ascending, pelarut bergerak ke atas dengan gaya kapiler. Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending. Sedangkan yang ketiga dikenal sebagai cara radial atau kromatografi kertas sirkuler. Kondisi - kondisi berikut harus diperhatikan untuk memperoleh nilai Rf yang reprodusibel. Temperatur harus dikendalikan dalam variasi tidak boleh lebih dari 0,5oC. Kertas harus didiamkan dahulu paling tidak 24 jam dengan atmosfer pelarutnya, agar mencapai kesetimbangan sebelum pengaliran pelarutnya pada kertas. Dilakukan beberapa pengerjaan yang parallel, Rfnya tidak boleh berbeda lebih dari 0,02 (Khopkar, 2008).
Berdasarkan bentuk ruang penyangganya, kromatografi dibedakan menjadi kromatografi planar (kromatografi dengan fase diam terletak pada permukaan datar) yang meliputi kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis serta kromatografi kolom (kromatografi dengan fase diam tertahan pada sebuah kolom) yang meliputi kromatografi manual, high performance liquid chromatography, dan kromatografi gas (Harvey 2000).
Percobaan ini hanya melakukan aplikasi kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Prinsip dari kedua aplikasi tersebut adalah dengan meneteskan sampel pada kertas di garis startnya berulang-ulang. Setelah kering, kertas dimasukkan dalam pelarut jenuh dan dibiarkan bergerak menuju garis finish. Kromatografi lapis tipis menggunakan lempeng tipis/ plastik yang dilapisi adsorben sebagai penyangga. Kromatografi kertas menggunakan kertas sebagai penyangga (Rouessac 2007).
Proses pengeluaran asam mineral dari kertas desalting. Larutan ditempatkan pada kertas dengan menggunakan mikropipet pada jarak 2–3 cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal. Setelah kertas dikeringkan, ia diletakan didalam ruangan yang sudah dijenuhkan dengan air atau dengan pelarut yang sesuai. Terdapat tiga tehnik pelaksanaan analisis. Pada tehnik ascending; pelarut bergerak keatas dengan gaya kapiler. Sedangkan ketiga dikenal dengan cara radial atau kromatografi kertas sirkuler (Basset, 2000).Kromatografi adalah suatu cara pemisahan dimana komponen-komponen yang akan dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, salah satunya yang merupakan fase stasioner (diam), dan yang lainnya berupa fasa mobil (fasa gerak).Fase gerak dialirkan menembus atau sepanjang fase stasioner. Fase diam cenderung menahan komponen campuran, sedangkan fasa gerak cenderung menghanyutkannya. Berdasarkan terikatnya suatu komponen pada fasa diam dan perbedaan kelarutannya dalam fasa gerak, komponen-komponen suatu campuran dapat dipisahkan. komponen yang kurang larut dalam fasa gerak atau yang lebih kuat terserap atau terabsorpsi pada fasa diam akan tertinggal, sedangkan komponen yang lebih larut atau kurang terserap akan bergerak lebih cepat. (Dat 2002)
 Prinsip kromatografi kertas adalah adsorbsi dan kepolaran, di mana adsorbsi didasarkan pada panjang komponen dalam campuran yang diadsorbsi pada permukaan fase diam. dan kepolaran komponen berpengaruh karena komponen akan larut dan terbawa oleh pelarut  jika memiliki kepolaran yang sama serta kecepatan migrasi pada fase diam dan fase gerak (Yazid, 2005).
Suatu atomiser umumnya digunakan sebagai reagent penyemprot bila batas permukaan pelarut dan zat terlarut dalam kertas ingin dibuat dapat dilihat. Atomiser yang halus lebih disukai. Gas - gas juga dapat digunakan sebagai penanda bercak, untuk karbohidrat notasi Rg digunakan untuk menggantikan Rf. Setelah penandaan bercak batas permukaan, selanjutnya dapat dilakukan analisis kalorimetri atau spektroskopi reflektansi bila sampel berupa logam. Materi yang terdapat di dalam kertas dapat ditentukan secara langsung dengan pelarutan. Kromatografi kertas selain untuk pemisahan dan analisis kuantitatif, juga sangat bermanfaat untuk identifikasi. Hal ini dapat dilakukan misalkan dengan membuat grafik antara Rm α terhadap jumlah kation dalam suatu deret homolog (Khopkar, 2008).
 Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak sebagai tempat untuk mengalirnya fase gerak. Berbagai macam kertas yang secara komersial tersedia adalah whatman 1, 2, 31 dan 3 MM, kertas asam asetil, kertas kieselgurh, kertas silikon dan kertas penukar ion juga digunakan. Tersedia juga kertas selulosa murni, kertas selulosa yang dimodifikasi dan kertas serat kaca. Zat - zat hidrofobik dapat dipisahkan pada kedua jenis kertas terakhir ini. Kertas asam asetil atau kertas silikon dapat digunakan untuk zat - zat hidrofobik, sedangkan untuk reagent yang korosif, kertas serat kaca dapat digunakan. Untuk memilih kertas, yang menjadi pertimbangan adalah tingkat dan kesempurnaan pemisahan, difusivitas pembentukan spot, efek tailing dan pembentukan komet serta laju pergerakan pelarut terutama untuk teknik descending (Khopkar, 2008).
Kromatografi kertas adalah salah satu pengembangan dari akromatogradi partisi yang menggunakan kertas sebagai padatan pendukung fasa diam. Sebagai fasa diam adalah air yangteradsorbsi pada ketas dansebgai larutan pengembang biasanya pelarut oraganik yang telah dijenuhkan. (Yoshito Takeuchi:2009).
Dalam kromatografi kertas fasa diam didukung oleh suatu zat padat berupa bubuk selulosa. Fasa diam merupakan zat cair yaitu molekul H2O yang teradsorpsi dalam selulosa kertas.fasa gerak berupa campuran pelarut yang akan mendorong senyawa untuk bergerak disepanjang kolom kapiler. Faizal Akbar (2011).
Analisis kualitatif menggunakan kromatografi kertas dilakukan dengan cara membandingkan harga relative response factor (Rf). Nilai Rf identik dengan time retention (tR) atau volume retention (VR).
Nilai Rf dapat ditentukan dengan cara:
Rf = jarak yang ditempuh noda / jarak yang ditempuh pelarut
Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat zona campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang dicari, contohnya asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan membandingkan dengan noda-noda standar (Khopkar, 2005).
Kromatografi adalah metode pemisahan komponen kimia yang didasarkan pada perbedaan antara fase bergerak dan fase diam dari komponen-komponen yang terdapat dalam suatu larutan. Komponen yang dipisahkan tersebut dapat dikuantifikasi dengan menggunakan detektor dan/atau dikoleksi untuk analisa lebih lanjut. Instrumen untuk mengkuantifikasi adalah Gas and liquid chromatography dengan mass spechtrometry (GC-MC dan LCMC); Fourier transform infrared spectroscopy (GC-FTIR) dan diode-array UV-VIS absoprtionspectroscopy (HPLC-UV-VIS). Kromatografi gas (GC) digunakan untuk memisahkan senyawa organik menguap (volatile). Fase bergerak adalah gas dan fase diam biasanya cairan. High Performance Liquid Chromatografi (HPLC) adalah variasi dari khromatografi cairan yang menggunakan pompa bertekanan tinggi untuk meningkatkan efisiensi pemisahan senyawa kimia. Kromatografi cair (LC) digunakan untuk menganalisis pemisahan campuran, yang mengandung ion-ion logam dan senyawa organik. Fase bergerak adalah pelarut dan fase diam adalah cairan yang menduku padatan, padatan, dan ion pengganti resin (Afrianto, 2008) 
Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat zona campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang dicari, contohnya asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan membandingkan dengan noda-noda standar (Khopkar, 2005).




Stoikiometri

Hukum Avogadro berbunyi “Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas yang volumenya sama mengandung jumlah molekul yang sama”. (Michael Purba:2006)
Untuk menyederhanakan jumlah partikel digunakan konsep mol. Mol menyatakan satuan jumlah zat. Satuan jumlah zat ini sama halnya dengan penyederhanaan jumlah suatu barang. Penyederhanaan ini perlu dilakuka n karena proses kimia yang berlangsung dalam kehidupan sehai-hari melibatkan kesimpulan partikel sangat kecil yang jumlahnya sangat besar. 1 mol zat mengandung 6,02 x 1023 partikel. 6,02 x 1023 adalah bilangan avogadro. (Chemia:2009)
Persamaan Reaksi merupakan suatu cara untuk menerangkan reaksi atau proses kimia. Sehubungan dengan persamaan reaksi, kita mengenal adanya koefisien, yaitu angka didepan rumus pada persamaan reaksi yang menunjukan perbandingan jumlah mol zat. Bila gas berwujud gas, maka koefisien juga menunjukan perbandingan volume. (Muchtaridi :2009)
Sistem Konsentrasi digunakan untuk menghitung jumlah zat dalam suatu larutan berdasarkan konsentrasi analitik. Sistem konsentrasi ini terdiri atas :
Kemolaran (molaritas) adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter (dm3) larutan.
M = mol zat terlarut = mol zat terlarut
       Volume larutan   (L) ml (larutan)
Sistem ini didasarkan pada volume larutan dan digunakan dalam prosedur laboratorium yang jumlahnya diukur.
 Molaritas larutan (M) = N/V, dimana n = gram/BM
Kemolalan atau molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap 1000 gram pelarut.
 m = mol zat pelarut
            Massa zat pelarut (kg)    atau m = massa zat terlarut x 1000 gram                     
               Mr    massa pelarut(gram)                                                                         
Persen Berat adalah jumlah gram zat terlarut dalam setiap 100 gram larutan.

% zat X = massa zat terlarut (g) x 100%
      Massa larutan (g)

Pada sistem ini memperinci jumlah gram solut per 100 gram larutan.
Sistem ini menyatakan bagian suatu komponen dalam satu juta bagian suatu campuran.
Rumus Empiris adalah rumus yang paling sederhana yang menyatakan perbandingan atom-atom  dari berbagai unsur dalam senyawa.
Dalam perhitungannya  yaitu setelah susunan suatu senyawa ditentukan secara eksperimen, senyawa tersebut bersama-sama dengan bobot-bobot atom yang diketahui, kemudian dapat digunakan untuk menghitung angka banding tersederhana dari atom-atom dalam senyawa itu dan dengan dengan demikian rumus empirisnya. (Dea Nugraha:2010)
Pada stoikiometri larutan, di antara zat-zat yang terlibat reaksi, sebagian atau seluruhnya berada dalam bentuk larutan. Soal-soal yang menyangkut bagian ini dapat diselesaikan dengan cara hitungan kimia sederhana yang menyangkut hubungan kuantitas antara suatu komponen dengan komponen lain dalam suatu reaksi.Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: menulis persamann reaksi, menyetarakan koefisien reaksi, memahami bahwa perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol. (Misbachudin:2011).
Stoikimetri berasal ari bahasa Yunani,, yaitu stoicheion yang berati unsur, metron artinya mengukur. Jadi stoikiometri adalah perhitungan kimia.
Ada lima hukum dasar dalam perhitungan kimia, yaitu Hukum Kekekalan Massa (Hukum  Lavoisier), Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust), Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton), Hukum Perbandingan Volume (Hukum Gay-Lussac), dan Hukum Avogadro.
Hukum Lavoisier atau Hukum Kekekalan Massa yang berbunyi “Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”. Pada tahun 1785, Antoine Lavoisier menemukan fakta bahwa pada reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa zat. Massa zat sebelum dan sesudah reaksi yang ditimbang secara teliti setiap eksperimennya, menghasilkan massa zat yang selalu tetap.
Hukum Boyle berbunyi  “ Gas dengan massa tertentu maka hasil kali volume dengan tekanan dibagi oleh suhu yang diukur dalam Kelvin adalah tetap”.
Huk um Perbandingan Tetap atau Hukum Proust berbunyi :
“Perbandingan massa unsur-unsur dalam setiap senyawa selalu tetap”.

Hukum Perbandingan Berganda atau Hukum Dalton berbunyi “Jika dua unsur membentuk dua macam senyawa atau lebih, untuk massa salah satu unsur yang sama banyaknya, massa unsur kedua dalam senyawa-senyawa itu akan berbanding sebagai bulat dan sederhana.
Hukum Perbandingan Volume atau Hukum Gay-Lussac berbunyi “Volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas hasil reaksi, jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama, berbanding sebagai bilangan-bilangan bulat dan sederhana”.







Laju Reaksi

Laju reaksi adalaha besarnya perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi persatuan waktu. Secara matematika, laju reaksi dapat dijelaskan sebagai bearikut: mA + nB               pC + qD . (Sandri J, Muchtaridi: 2009)
Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satua waktu. Satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun.
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat peraksi semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya produk.( gek_ra:2009)
Untuk sistem homogen, laju reaksi umum dinyatakan sebagai laju penguragan konsentrasi molar pereaksi atau laju pertambahan konsentrasi molar produk untuk satu satuan waktu, sebagai berikut:

Jika diketahui satuan dari konsentrasi molar adalah mol/L. Maka satuan dari laju reaksi adalah mol/L.det atau M/det.
Laju rata-rata adalah rata-rata laju untuk selang waktu tertentu. Perbedaan antara laju rerata dengan laju sesaat dapat diandaikan dengan laju kendaraan. Misalnya suatu kendaraan menempuh jarak 300 km dalam 5 jam. Laju rerata kendaraan itu adalah 300 km/5 jam = 60 km/jam. Tentu saja laju kendaraan tidak selalu 60 km/jam. Laju sesaat ditunjukkan oleh speedometer kendaraan.
Laju sesaat adalah laju pada saat tertentu. Sebagai telah kita lihat sebelumnya, laju reaksi berubah dari waktu ke waktu. Pada umumnya, laju reaksi makin kecil seiring dengan bertambahnya waktu reaksi. oleh karena itu, plot konsentrasi terhadap waktu berbentuk garis lengkung, seperti gambar di bawah ini. Laju sesaat pada waktu t dapat ditentukan dari kemiringan (gradien) tangen pada saat t tersebut, sebagai berikut: Lukis garis singgung pada saat t, Lukis segitiga untuk menentukan kemiringan, laju sesaat = kemiringan tangen. (Septian: 2009)
Konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, sebab semakin besar konsentrasi pereaksi, maka tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat.
Begitu juga, apabila semakin kecil konsentrasi pereaksi, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil.(Anis Dyah R dan Waljinah: 2009)
Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada suatu rekasi yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil. (Sudisono S dkk:2007)
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari pereaksi seperti itu juga dipengaruhi tekanan. Penambahan tekanan dengan memperkecil volume akan memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat memperbesar laju reaksi.
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi. (Arif H:2008)
Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, sebab semakin besar luas permukaan bidang sentuh antar partikel, maka tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi; sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi. Sebelum pereaksi terlibat dalam suatu reaksi kimia mereka harus mengadakan kontak lebih dahulu satu sama lain. Terkadang kontak seperti ini cukup untuk memulai reaksi secara spontan. Meskipun demikian dalam banyak kasus di perlukan sumber energi dari luar untuk memenuhi terjadinya reaksi, yaitu untuk menyediakan energi aktivitas reaksi. Magnesium misalnya harus dipanaskan sampai temperaturenya naik terlebih dahulu sebelum bereaksi dengan oksigen dari udara. Sekali reaksi terjadi, reaksinya akan cepat sekali dan menghasilkan banyak panas (Krisbiyanto : 2008).
Pada katalis, beberapa reaksi berlangsung lambat sekali meskipun suhu cukup tinggi dan zat-zat pereaksi berada cukup dekat. Dalam kasus ini perlu ditambahkan bahan lain, yang tidak terlihat langsung dalam reaksi, yang kadang kala akan mempercepat perubahan kimia. Bahan-bahan ini di sebut katalis. Katalis-katalis mengubah kecepatan reaksi tanpa ikut berubah secara permanent. Dengan perkataan lain. Suatu jumlah katalis sebelum dan sesudah reaksi akan tetap sama. Suatu katalis menurunkan energi aktivitas untuk reaksi tertutup, yaitu dengan memperlemah atau memutuskan ikatan molekul pereaksi. Katalis yang berbeda memodifikasi kecepatan reaksi yang berbeda. Semua sel-sel hidup terdiri dari katalis alami yang disebut enzim, yang memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi biokimia yang penting. Zat yang bertindak sebagai katalis disebut katalisator. Senyawa katalis diduga mempengaruhi kecepatan reaksi dengan salah satu jalan, yaitu dengan pembentukan senyawa antara (katalis homogen) atau dengan adsorbsi (katalis heterogen) katalisator menyediakan suatu jalan yang lebih menguntungkan yaitu dengan jalan energi pengaktifan yang lebih rendah. Fungsi katalis yaitu menurunkan sejumlah energi aktivitas yang dibutuhkan agar suatu reaksi dapat berlangsung (Tamran dan J. Abdul 2008).
Kecepatan suatu reaksi juga meningkat oleh apapun yang menyebabkan pereaksi-pereaksi semakin besar hubungannya antara satu sama lain, ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu menaikkan suhu untuk reaksi endoterm, memperluas permukaan bidang sentuh pereaksi, meningkat konsentrasi pereaksi gas dan penambahan katalis(Purba:2002).
 Pada suhu, laju reaksi dapat juga dipercepat atau diperlambat dengan mengubah suhunya. Suhu juga berbanding lurus dengan laju reaksi karena bila suhu reaksi dinaikkan maka laju reaksi juga semakin besar (Wahyu 2010).
Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi. Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat reaksi) dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat (peevee veedies 'jutexmuetz’ 2009).
Kecepatan reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi berpangkatan bilangan order reaksinya. ( Drs. Mulyono HAM. Mpd 2006)
Mengukur seberapa cepat reakton habis bereaksi/seberapa cepat produk terbentuk laju dinyatakan sebagai perbandingan perubahan konsentrasi terhadap waktu (Raymod chang 2004).








Titrasi oksidasi reduksi


Titrasi redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya adalah reaksi redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung kalau terjadi interaksi dari senyawa/unsure/ion yang bersifat oksidator dengan unsure/senyawa/ion bersifat reduktor. Jadi kalau larutan bakunya oksidator, maka analat harus bersifat reduktor atau sebaliknya. Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia di mana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai dengan hilangnya electron sedangkan reduksi memperoleh electron. Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling mengkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atonya saja. Jika suatu reagen berperan baik sebagai oksidator dan redukstor maka dikatakan zat tersebut mengalami autooksidasi atau disproporsionasi (Khopkar, 2007, hal: 48).
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi reduksi dipergunakan secara luas dalam analisis titrimetric. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi oksidasi yang berbeda-beda. Menghasilkan kemungkinan terjadi banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksi ini memenuhi syarat untuk digunakan dalam analisa titrimetric dan penerapan-penerapannya cukup banyak (Day, 2002, hal: 287).
Pemisahan oksidasi reduksi terbagi menjadi komponen-komponennya, yaitu reaksi separuhnya adalah cara untuk meunjukkan masing-masing spesies yang memperoleh maupun yang menerima electron. Reaksi oksidasi reduksi berasal dari transfer langsung electron dari donor ke akseptor. Bermacam reaksi redoks dapat digunakan untuk analisis titrasi volumetric asalkan kesetimbangan yang tercapai setiap penambahan titran dapat berlangsung dengan cepat. Dan diberlakukan juga adanya indicator yang mampu menunjukkan adanya titik equivalen stoikiometri dengan akurasi yang tinggi. Banyak titrasi redoks dilakukan dengan indicator warna (Khopkar, 2007, hal: 48).
Redoks sering dihubungkan dengan terjadinya perubahan warna lebih sering dari pada yang diamati dalam reaksi asam-basa. Reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan selalu terjadi perubahan bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsur  dari reaksi kimia. Persamaan reaksi redoks agak lebih sulit ditulis dan dikembangkan dari persamaan reaksi biasa yang lainnya karena jumlah zat yang dipertukarkan dalam reaksi redoks sering kali lebih dari satu. Sama halnya dengan persamaan reaksi lain, persamaan reaksi redoks harus disetimbangkan dari segi muatan dan materi, penyeimbangan materi biasanya dapat dilakukan dengan mudah sedangkan penyeimbangan muatan agak sulit. Karena itu perhatian harus dicurahkan pada penyeimbangan muatan. Muatan berguna untuk menentukan faktor stoikiometri. Menurut batasan umum reaksi redoks adalah suatu proses serah terima elektron antara dua system redoks (Rivai, 2003).
Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yg ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yg dinyatakan dgn perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 2000).
Larutan basa yg akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) & jumlah yg terpakai dpt diketahui dari tinggi sebelum & sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dg mengukur volumenya terlebih dahulu dg memakai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dlm titrasi yg diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen (syukri, 2002).
Batasan yang lebih umum dari reaksi oksidasi reduksi adalah berdasarkan pemakaian bilangan oksidasi pada pemakaian bilangan oksidasi pada atom karbon dengan cara memasukkan bilangan oksidasi pada keempat ikatannya. Contohnya atom H yang berikatan dengan C mempunyai bilagan oksidasi 0, dan atom C mempunyai bilangan oksidasi +1 jika berikatan tunggal pada heteroatom seperti oksigen, nitrogen atau sulfur (Riswiyanto, 2009, hal: 108).
Potensial system redoks merupakan peubah yang paling khas yang berubah selama berlangsungnya titrasi redoks. Karena itu, potensial yang diukur dapat dibuat pada kertas grafik sebagai fungsi volume peniteryang ditambahkan sehingga diperoleh kurva titrasi redoks. Sedangkan titrasi dapat dengan persamaan ners, yaitu hubungan antara potensial elektroda baku kedua pasangan redoks dan kesetimbangan massanya. Biasanya kurva teoritis ini bersesuaian dengan kurva yang diperoleh dengan percobaan. Karena itu, kurva teoritis ini sangat berguna untuk meramalkan ketelitian pengukuran, memilih indicator dan memilih persyaratan titrasi yang bersesuaian (Rivai 1995, hal: 347).
Menurut Petrucci (2007), langkah dasar dalam metode untuk menyetarakan redoks yaitu:
Tuliskan dan setarakan persamaan setengah terpisah untuk oksidasi dan reduksi
Sesuaikan koefisien pada kedua persamaan setengah sehingga elektronnya sama banyak disetiap persamaan setengah
Tambahkan kedua persamaan setengah (hapuskan electron) untuk memperoleh persamaan keseluruhan yang setara.
Prinsip yang sama menyetarakan persamaan berlaku pada persamaan oksidasi reduksi (redoks) sebagaimana dengan persamaan lain menyetarakan dengan banyaknya atom dan menyetarakan muatan listrik. Namun, sering sedikit sulit untuk mengaplikasikan prinsip ini pada persamaan redoks. Faktanya hanya sebagian kecil persamaan redoks yang dapat disetarakan dengan pengamatan sederhana. Memerlukan pendekatan sistematik dan meskipun beberapa metode tersedia, ditekankan bahwa salah satu yang mempertimbangkan reaksi keseluruhan  yang terjadi sebagai gabungan reaksi setengah yang terpisah untuk reaksi oksidasi dan reduksi (Petrucci, 2007, hal: 154).
Menurut Riswiyanto (2009), reagen yang digunakan untuk mengoksidasi senyawa organic yaitu:
Oksigen, dipakai bersama-sama dengan katalis V2O5 dengan pemanasan
Ozon, banyak dipakai untuk mengoksidasi ikatan rangkap, Asam nitrat, larutan encer asam nitrat dipakai untuk mengoksidasi senyawa yang mempunyai beberapa gugus fungsi. Misalnya glukosa,  Larutan KMnO4, oksidator kuat umumnya dipakai untuk mengoksidasi aldehida, keton dan gugus akil yang terikat inti benzene KMnO4  suasana asam, dipakai untuk mengoksidasi aldehida, keton dan juga dipakai untuk mencegah molekul organic. Asam periodat, digunakan untuk mencegah senyawa glikol, Dehidrogenasi dengan adanya katalis, umumnya dipakai untuk mengoksidasi alkana sampai dengan alkena.
            Kalium permanganate (KMnO4) telah banyak digunakan sebagai agen pengoksidsi selama lebih 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal dan tidak memerlukan indicator terkecuali untuk indicator yang teramat encer. 1 tetes 0,1 N permanganate (MnO4) memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dan larutan biasa digunakan dalam titrasi. Warna ini digunakan untuk mengidentifikasi kelebihan reagen tersebut. Permanganate (MnO4) mengalami beragam reaksi kimia, karena mangan (Mn) hadir dalam kondisi-kondisi oksidasi +2, +3, +4, +6 dan +7. Kelebihan sedikit dari permanganat (MnO4) yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2, sebagaimana juga mengingat reaksinya berjalan lambat, MnO2 tidak mengendap secara normal pada titi akhir titrasi-sulfonat, terutama dipergunakan dalam analisis besi (III) (Khopkar, 2007, hal: 53).
            Asam oksalat (COOH)2 merupakan senyawa dekarboksilat yan atom-atom C nya merupakan mampu mengikat lebih dari satu gugus hidroksil. Asam ini mempunyai bentuk Kristal rombis pyramid, tidak berwarna dan transparan, tidak berbau dan higroskopis. Asam oksalat (COOH)2 mudah teroksidasi total dan oleh pengaruh panas yang tinggi akan terurai menjadi CO2 dan asam formiat. Secara alami asam oksalat (COOH)2 dapat terjadi dalam tumbuh-tumbuhan dan dapat dibuat dengan ekstraksi alkali dari limbah penggergajian (Mastuti, 2005, hal: 13).
Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan senyawa bersifat asam dengan rumus empiris C6H8O6 (berat molekul=176,12 g/mol). Kegunaan Vitamin C adalah sebagai antioksidan dan berfungsi penting dalam pembentukan kolagen, membantu penyerapan zat besi, serta membantu memelihara pembuluh kapiler, tulang, dan gigi. Konsumsi dosis normal vitamin C 60 – 90 mg/hari. Vitamin C banyak terkandung pada buah dan sayuran segar. Vitamin C berperan sebagai antioksidan yang kuat yang dapat melindungi sel dari agen-agen penyebab kanker, dan secara khusus mampu meningkatkan daya serap tubuh atas kalsium (mineral untuk pertumbuhan gigi dan tulang) serta zat besi dari bahan makanan lain vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air dan esensial untuk biosintesis kolagen (Selandiawidiasmoro, 2007).
Dalam larutan, kadar bahan yang terlarut (solut) dinyatakan dengan konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya massa yang terlarut dihitung sebagai berat (gram) tiap satuan volume (mililiter) atau tiap satuan larutan, sehingga satuan kadar seperti ini adalah gram/mililiter. Cara ini disebut dengan cara berat/volume atau b/v. Disamping cara ini, ada cara yang menyatakan kadar dengan gram zat terlarut tiap gram pelarut atau tiap gram larutan yang disebut dengan cara berat/berat atau b/b. Secara matematis, perhitungan kadar suatu senyawa yang ditetapkan secara volumetri dapat menggunakan rumus-rumus umum berikut (Rohman, 2012).
Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu, titrasi langsung (iodimetri) dan titrasi tidak langsung (iodometri). Iodimetri adalah titrasi langsung  yang digunakan untuk menetapkan kadar asam askorbat, natrium askorbat, metampiron (antalgin), natrium tiosianat dan sediaan injeksinya. Sedangkan iodometri adalah titrasi tidak langsung yang digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa dengan potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa –senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O (Rohman, 2012).

Vitamin C atau asam askorbat merupakan salah satu vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kekurangan vitamin C telah dikenal sebagai penyakit sariawan dengan gejala seperti gusi berdarah, sakit lidah, nyeri otot dan sendi, berat badan berkurang, lesu, dan lain-lain. Vitamin C mempunyai peranan yang penting bagi tubuh manusia seperti dalam sintesis kolagen, pembentukan carnitine, terlibat dalam metabolisme kolesterol menjadi asam empedu dan juga berperan dalam pembentukan neurotransmitter norepinefrin. Vitamin C memiliki sifat sebagai antioksidan yang dapat melindungi molekul-molekul yang sangat diperlukan oleh tubuh, seperti protein, lipid, karbohidrat, dan asam nukleat dari kerusakan oleh radikal bebas dan reaktif oksigen spesies. Vitamin C juga dibutuhkan untuk memelihara kehamilan, mengatur kontrol kapiler darah, secara memadai, mencegah hemoroid, mengurangi resiko diabetes dan lain-lain (Helmi, 2007).

MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum kimia dasar ini dilakukn setiap hari Minggu, 27 Oktober – 14 Desember 2014, yang bertempat di Laboratorium Saintek, Universitas Jambi.

Materi

Pemisahan dan Pemurnian
Adapun alat yang perlu disiapkan pada praktikum pemisahan dan pemurnian  adalah gelas kimia yang berukuran 50ml dan 250 ml, corong, cawan penguap,gelas ukur 50ml,  pembakar,  kaca erloji, dan kertas saring. Sedangkan bahan yang  diperlukan yaitu CuSO4.5H2O, garam dapur,  yod,  kapur tulis, dan  pasir.


Kromatografi
Adapun alat dan bahan  yang digunakan dalam praktiku kromatografi yaitu gelas kimia, kertas, penggaris, pensil, tinta warna biu, hitam, merah,lidi dan air.


Stoikiometri
Alat dan zat yang digunakan dalam pratikum stoikiometri adalah tabung reaksi, larutan CuSO4 1 M ,larutan NaOH 2 M, dan larutan HCl.





Laju Reaksi
Alat dan  zat yang diperlukan pada praktikum laju reaksi seperti labu 250 mL 4 buah, tabung ukur 100 mL, larutan natrim tiosulfat 1M, larutan asam klorida, batang gelas, gelas kimia 100mL, mortir, kalium iodida, merkuri klorida, pipet tetes 3 buah, gelas kimia 150 mL, tabung ukur 25 mL, tabung raksi kecil, penjepit tabung reaksi, rak tabung reaksi, stopwatch, larutan asamoksalat 0,05M, larutan Kaliu, permangant 0,01M dan larutan asam sulfat 0,5M.


Titrasi Oksidasi Reduksi
Adapun alat dan zat yang digunakan dalam pratikum titrasi oksidasi reduksi adalah 10 ml larutan tinta, larutan H2SO4, buret dan tabung titrasi.




Metoda

Pemisahan dan Pemurnian
Percobaan pertama pada praktikum pemisahan dan pemurnian, masukkan kurang lebih 1 sendok pasir ke dalam gelas kimia yang berisi air, kemudian diaduk. Biarkan pasir mengendap. Kemudian tuangkan larutan  bagian atas. Percobaan kedua, masukkan bubuk kapur tulis ke dalam gelas kimia, kemudian diaduk. Siapkan corong dan kertas saring, lalu lakukan penyaringan. Percobaan ketiga, larutkan garam dapur dalam gelas kimia yang berisi air, kemudian larutan garam ini disaring dengan mmenggunakan kertas saring. Uapkan garam yang telah diisaring ini dalam cawan penguap. Percobaan keempat, larutkan 10 gram CuSO4.5H2O ke dalam 50 ml air. Lalu uapkan larutan ini di atassmpembakar sehingga volume menjadi 20 ml, kemudian didnginkan. Perhatikan kristal yang terjadi. Percobaan kelima, campurkan satu sendok pasir dan satu sendok garam dapur, sampai homogen. Masukkan kedalam gelas kimia, panaskan campuran ini kemudian saring. Zat padat yang tertinggal di corong cuci dua sampai tiga kali denga 5 ml air. Air saringan dan air cucian disatukan, kemudian uapkan di aas pembakar dalam cawan penguapan. Jika airnya sudah hampir habis, hendaknya disishkan sebentar dan biarkan air menguap sendiri. Percobaan keenam, masukkan 2 gram yod yang kotor dikoori dengan pasir atau natrium karbonat ke dalam cawan penguapan. Tutup cawan dengan kaca erloji. Sesudah didinginkan kumpulkan kristal-kristal tersebut. Perhatikan bentuk kristal yang terbentuk.


Stoikiometri
Metoda pada stoikiometri sistem CuSO4 – NaOH yaitu gunakan larutan CuSO4 1 M dan NaOH 2 M. Masukkan 8 mL NaOH ke dalam gelas kimia atau gelas plaastik dan cata temperaturnya. Sementara diaduk, tambahkan 5 mL larutan CuSO4 yang diketahui temperatur awalnya dan amati temperatur dari campuran. (hal yang perlu dicatat temperatur larutan CuSO4 harus diatur agar sama dengan temperatur larutan alkali dalam gelas kimia ssebelum pencampuran). Kemudian ulangi percobaan menggunakan 6 mL NaOH dan & mL CuSO4, 5 mL NaOH dan 8 mL CuSO4, dan terakhrir 7 mL NaOH dan 6 mL CuSO4.


Metoda stoikiometri asam-basa yatu ke dalam 5 buah gelas piala masukkan   berturut-turut 1, 2, 3, 4 dan 5 mL larutan NaOH, dan ke dalam 5 buah gelas piala lainnya masukkan berturut-turut 1, 2, 3, 4 dan 5 mL larutan HCl. Temperatur dari tiap-tiap macam larutan diukur dicata. Kemudian ambil harga rata-ratanya (ini adalah temperatur mulam-mula TM). Setelah itu kedua macam larutan inidicampurkan sedemikian rupa, sehingga volume campuran larutan asam dan basa ini selalu tetap yaitu 6 mL. Perubahan temperatur yang terjadi selama campuran ini diamati dan dicata sebagai temperatur akhir. Dengan demikian diperoleh harga ∆T untuk setiap kalli pencampuran larutan asamm basa. Selanjutnya, buatlah grafik antara ∆T sumbu y dan volume sumbu  x.


Kromatografi
Adapun metoda praktikum kromatogafi yaitu buatlah garis dengan pensil 1 cm dari ujung bawah kertas kromatografi. Buat titik dengan tinta hijau ditengah garis. Buat titik dengan tinta lain di sebelah kiri dan kana dengan jarak 2 cm, biarkan mengering. Kemudian gulung kertas hingga membentuk silinder. Tempetkan kertas dalam gelas kimia yang baerisi air setinggi 1 cm, sehingga ujung kertas tercelup dalam air (jaga sehingga titik tinta tidak sampai tercelup/ terendam air). Biarkan air merambat kebagian atas kertas, zat warna dalam tinta akan ikut merambat naik. Jika air sudah merambat mendekati ujung atas kertas, keluarkan kertas dan beri tanda batas rambatan air. Perhatikan noda-noda zat warna dalam tinta. Biarkan kertas mengering. Ukur jarak batas air dan jarak tiap noda zat warna dari garis pensil pada ujung bawah kertas. Hitung harga perbandingan kedua jarak.

Laju Reaksi
Cara pengerjaan reaksi antara natrium tiosulfat dan asam klorida pada praktikum faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu tuangkan kedalam masing-masing labu yang ditandai A,B,C 25 mL natrium tiosulfat 1M. Kemudian kedalam B dan C tambahkan berturut-turut 25mL dan 50 mL air dan guncangkan labu-labu itu, agar terjadi pencampuran yang sempurna. Lalu pada labu Abubuhkan 25 mL asam klorida5M dan kkcok labu tersebut jalankan stopwatch tepat pada saat larutan larutan asam klorida dituangkan dan hentikan stopwatch tepat pada saat kekeruhan timbul. Lakukan hal yang sama pada larutan B dan C.


Terakhir bandingkan kecepatan pembebasan belerang itu dan terangkan hasil-haasil yang tercapai, catat semua hasil percobaan pada lembaran pengamatan. Cara pengerjaan reaksi antara kalium iodida dan merkuri klorida yaitu taruh kira-kira 2 gram masing-masing dari kalium iodida dan merkuri klorida dalam gelas kimia dan amati perubahan yang terjadi. Aduk campuran itu dengan batang gelas, mula-mula secara paearlahan lalu dengan cepat, dan akhirnya tambahkan air 1 mL. Catat semua pengamatan pada lembaran pengamatan. Reaksi ketiga adalah reaksi antara kalium permanganat dan asam oksalat yaitu encerkan 50 tetes larutan asam okksalat dengan air hingga menjadi 25 mL (larutan A). Lakukan hal yang sama dengan larutan kalium permangant (larutan B).  Selanjutnya dalam satu tabung reaksi kecil bubhkan pada 2 tetes larutan A, 2 tetes larutan asam sulfat 0,5 M dan 1 tetes larutan B. Jalankan stopwatch ketika tetes terakhir ini ditambahkan.. ukur waktu yang diperlukan agar warna larutan hilang. Kemudian panaskan tabung reaksi yang mengandung 2 tetes larutan A dan tetes larutan asam sulfat 0,5 M dalam air mendidih selama 10 setik. Kemudian tambahkan 1 tetes larutan B, dan catat waktu yang diperlukan agar warna kalium permanganat itu hilang.




Titrasi Oksidasi Reduksi
Cara pengerjaan pratikum titrasi oksidasi reduksi adalah masukan 10 ml tinta kedalam gelas titrasi, lakukan tittrasi dengan larutan H2SO4 hingga warna berubah. Catat berapa ml diperlukan larutan H2SO4 untuk perubahan warna pada tinta.








HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemisahan dan Pemurnian
Pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau lebih yang saling bercampur dan pemurnian dilakukan untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh zat lain.Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telag tercemar atau tercampur.
Ada beberapa cara pemisahan campuran : filtrasi pemisahan zat padat dari cairan melalui saringan yang berpori. Kristalisasi pemisahan untuk memperoleh zat padat yang larut dalam cairan. Terbagi 2 yaitu : penguapan dan pendinginan. Destilasi cara memperleh cairan yang dikotori zat terlarut dan becampur dengan cairan lain yang titik didihnya berbeda.

secara makrokopis koloid tampak homogeny, tetapi sacara mikrokopis koloid bersifat heterogen. Oleh karena itu, koloid digolongkan kedalam campuran heterogen. Campuran koloid pada umumnya bersifat stabil dan tidak disaring. Ukuran partikel koloid terletak antara 1-100nm, berada diantara larutan dan larutan kasar atau suspense, sehingga masih cukup kecil untuk menembus kertas saring biasa, cukup besar untuk menembus membrane atau filter ultra. Pada percobaan pertama yaitu pada pasir dicampurkan dengan air pada saat diaduk akan berhomogen namun ketika diendapkan pasir akan mengaendap kebawah dan air tetap jernih. Kemudian larutan ditumpahkan. Pemisahan ini disebut dekantasi. Hal ini sesuai dangan pendapat Wong (2011) yang mengatakan dekantasi adalah pemisahan komponen-komponen dalam campuran dengan cara dituang secara langsung. Dekantasi dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat atau zat cair dengan zat cair yang tidak saling campur (suspensi).

Percobaan kedua yaitu mengamati larutan bubuuk kapur didalam larutan. Awalnya larutan bercampur homogen namun ketika disaring tertinggallah ampas bubuk kapur atau yang disebut residu  pada kertas saring, dan air jernih kembali. Ini disebut dengan penyaringan atau filtrasi. Hal ini juga sesuai dengan peengertian penyaringan. Hal ini sesuai dengan pendapat Susilo Tri A (2011) bahwa filtrasi, yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran dengan menggunakan filter (penyaring). Hasil filtrasi disebut filtrat sedangkan sisa filtrasi disebut residu atau ampas. Filtrasi dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat yang tidak saling larut.
            Pada percobaan ketiga membuktikan tentang kristalisasi. Hasil yang didpat dari percobaan ini adalah ketika larutan garam dapur dan CuSO4 mengalami pemanasan maka akan terbentuk Kristal – Kristal di sisi gelas kimia atau cawan penguapan. Menurut Babhel J.M(2003) kristalisasi adalah proses membentuknya Kristal padat baik dari gas, cair atau molekul.
Percobaan keempat yaitu mengamati garam CuSO4.5H2O yang diuapkan di atas pembakar. Dalam penguapan tersebut terdapat kristal-kristal berwarna biru di pinggir cawan penguap. Ini disebut kristalisaasi. Ini sesuai dengan pendapat Kednan (2000), kristalisai dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat yang saling larut. Pada kristalisasi, larutan pekat didinginkan sehingga zat terlarut mengkristal. Hal itu terjadi karena kelarutan berkuran ketika suhu diturunkan. Apabila larutan tidak cukup pekat, dapat dipekatkan terlebih dahulu dengan jalan penguapan, kemudian dilanjutkan dengan pendinginan. Melalui kristalisasi diperoleh zat padat yang lebih murni karena komposisi larutan lainnya yang kadarnya lebih kecil tidak ikut mengkristal

Percobaan kelima adalah mengamati air saringan dan air cucian disatukan kemudian diuapkan di atas pembakar. Hasilnya adalah air menggumpal seperti butter. Destilasi, yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran yang didasarkan pada perbedaan titik didih komponen campuran tersebut melalui pemanansan/pendidihan campuran. Destilasi dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat cair yang berbeda titik didihnya. (Michael Purba:2006)
Percobaan keenam, pada saat yod yang sudah dikotori dwngan pasir tadi dpanaskan dalam cawan penguap yang kemudian ditutup dengan kaca erloji. Maka terbentuklah kzat padat pada kaca erloci dengan bentuk tidak beraturan. Setelah didinginkan terbentuk kristal-kristal ungu. Hal ini sesuai dengan pernyatan stanley (2006)., sublimasi adalah perubahan zat dari wujud zat padat ke gas.
Faktor-faktor yang menentukan dalam analisis pengendapan adalah endapan dapat diubah menjadi zat murni dengan komposisi tertentu. Pengendapan dilakukan dala larutan panas. Pada temperatur yang tinggi kecepatan kristalisasi bertambah, jadi menimbulkan kristal yang terbentuk lebih baik (Mendham 2004)
Pada tekanan udara yang rendah zat padat juga bisa berlangsung menjadi bentuk gas, proses ini dinamakan sublimasi (Dorensbqura 2001)
Destilasi sederhana biasa adalah tekhnik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponenyang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murninya. Senyawa-senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap pada saat mencapai titik didih masing-masing. Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap senyawa dalam campuran .
Zat padat umumnya mempunyai titik lebur yang tajam, sedangkan zat padat amorf akan melunak dan kemudian melebur dalam rentangan suhu yang besar. Partikel zat padat amorf sulit dipelajari karena tidak teratur. Oleh sebab itu, permbahasan zat padat hanya membicarakan kristal. Kemudahan suatu endapan dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian besar pada struktur morfologi endapan, yaitu bentuk dan ukuran-ukuran kristalnya. Semakin besar kriistal-kristal yang terbentuk selama berlangsung pengendapan, makin mudah mereka dapat disaring dan mungkin sekali makin cepat kristal itu akan turun keluar dari larutan yang lagi-lagi akan membantu penyaringan.















Kromatografi



Kromatografi:

Warna
Warna noda
jarak noda / jarak air
Biru
Biru muda
3,0/11,5=0,26
Hijau
Hijau muda
6,4/11,5=0,556
Merah
Merah muda
2,8/11,5=0,24

Kromatografi kertas adalah salah satu pengembangan dari akromatogradi partisi yang menggunakan kertas sebagai padatan pendukung fasa diam. Sebagai fasa diam adalah air yangteradsorbsi pada ketas dansebgai larutan pengembang biasanya pelarut oraganik yang telah dijenuhkan. (Yoshito Takeuchi:2009).
(Joko, 2008:157) menyatakan bahwa semakin bannyak tinta yang diteteskan , maka semakin lebar pula resapan tintanya. Dan penetesan tintanya jangan terlalu banyak akan mengakibatkan melebarnya tinta warna yang sangat banyak.
(fransisco, 2004) berpendapat bahwa Semakin tinggi volume larutan NaOH semakin rendah temperature yang dihasilkan dan Semakin rendah volume larutan NaOH, maka semakin tinggi temperature yang dihasilkan
Faizal Akbar (2011), dalam kromatografi kertas fasa diam didukung oleh suatu zat padat berupa bubuk selulosa. Fasa diam merupakan zat cair yaitu molekul H2O yang teradsorpsi dalam selulosa kertas.fasa gerak berupa campuran pelarut yang akan mendorong senyawa untuk bergerak disepanjang kolom kapiler.
Analisis kualitatif menggunakan kromatografi kertas dilakukan dengan cara membandingkan harga relative response factor (Rf). Nilai Rf identik dengan time retention (tR) atau volume retention (VR).
Nilai Rf dapat ditentukan dengan cara:
Rf = jarak yang ditempuh noda / jarak yang ditempuh pelarut
Pada saat kertas dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi air terjadilah adsorbsi air sehingga zat warna pada tinta ikut merambat naik juga. Hal ini sesuai dengan pandapat Yoshito Takeuchi (2009): Kromatografi kertas adalah salah satu pengembangan dari akromatogradi partisi yang menggunakan kertas sebagai padatan pendukung fasa diam. Sebagai fasa diam adalah air yang teradsorbsi pada ketas dansebgai larutan pengembang biasanya pelarut oraganik yang telah dijenuhkan.
Dalam percobaan ini metode ascending, dimana pelarut maupun komponen akan teradsorbsi dan bergerak ke atas dengan gaya kapiler pada kertas kromatografi, berlawanan dengan gaya gravitasi hingga  3/4 bagian dari panjang kertas kromatografi tersebut. Dari hasil percobaan didapatkan jarak gerak pelarut atau larutan pengembang yaitu sebesar 3.0 , 6.4 , dan 2.8 .
Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat zona campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang dicari, contohnya asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan membandingkan dengan noda-noda standar (Khopkar, 2005).




















Stoikiometri

Stoikimetri NaOH-CuSO4 :

NaOH mL
CuSO4 mL
TM
TA
∆T
4
1
28º C
28º C
0º C
3
2
27,5º C
28º C
0,5º C
2
3
27,8º C
28º C
0,2º C
1
4
27,5º C
28º C
0,5º C

Grafik stoikiometri NaOH-CuSO4:



Stoikometri Asam Basa :

NaOH mL
HCl mL
TM
TA
∆T
1
4
27°C
30°C
3°C
2
3
27°C
32°C
4°C
3
2
27°C
33°C
5°C
4
1
27°C
31°C
4°C



Berdasarkan hasil diatas, perubahan yang menjadi faktor utama adalah perubahan suhu yang digunakan untuk menentukan stoikiometri dari larutan tersebut.
Data yang didapatkan, dibuat dalam bentuk grafik hubungan antara perubahan temperatur dengan mmol CuSO4/mmol NaOH atau perubahan suhu dengan mmol NaOH/mmol HCl. Dari grafik tersebut dapat dilihat adanya perubahan konsentrasi dan jumlah dari suatu larutan bisa mempengaruhi perubahan temperatur suatu larutan. Sehingga dapat diketahui pada suhu dan mmol berapa yang menjadi titik minimum dan maksimum stoikiometri.
Titik maksimum adalah titik maksimal yang dicapai pada angka yang dihasilkan dari suatu larutan dengan perbandingan suhu dan kuantitas molar pereaksinya sedangkan titik minimum adalah titik terendah yang dicapai pada angka yang dihasilkan dalam tabel.
Terlihat dalam grafik sumbu x yaitu volume kedua larutan yang dipakai sedangkan sumbu y yaitu selisih antara Takhir dikurangi Tmula.
Dalam percobaan pertama dapat dituliskan persamaan reaksi :
CuSO4 + NaOH  Ca(OH)2 + NaSO4 dan pada reaksi tersebut menghasilkan karena merupakan reaksi pengendapan dan Cu tidak bercampur dengan SO4,  pada percobaan kedua dapat dituliskan persamaan reaksi : NaOH + HCl NaCl + H2O
Stoikiometri dapat diaplikasikan dalam bidang pangan dalam pembuatan tape dan menentukan kadar kalori, vitamin, lemak, mineral dengan perhitungan suhu stoikiometri.







Laju Reaksi

Reaksi antara seng dan asam klorida:
Reaksi antara seng dan asam klorida dinyatakan gagal. Karena,dipengaruhi oleh keadaan balon yang tidak rapat pada tabung reaksi. Keadaan balon yang tidak rapat pada tabung reaksi memungkinkan udara masuk kedalam tabung reaksi tersebut. Untuk terjadinya suatu reaksi tidak dibutuhkan bantuan dari udara luar balon itu, akan tetapi hanya membutuhkan udara yang ada didalam tabung reaksi dan didalam balon tersebut. Sehingga ketika terjadi kelonggaran mengakibatkan tidak terbentuknya karbondioksida.


Reaksi antara kalium karbonat dan asam klorida:

Ukuran partikel
Waktu (sekon)
Kasar
46 sekon
Halus
35 sekon












Reaksi antara natrium triosulfat dan asam klorida:

Tabung
Temperatur
Waktu (menit:detik)
1
Normal (suhu kamar)
7:51
2
Panas
3:02

Laju reaksi adalaha besarnya perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi persatuan waktu. Secara matematika, laju reaksi dapat dijelaskan sebagai bearikut: mA + nB               pC + qD . (Sandri J, Muchtaridi: 2009)
Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satua waktu. Satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun.
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat peraksi semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya produk.( gek_ra:2009)
Apabila semakin kecil konsentrasi pereaksi, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil.(Anis Dyah R dan Waljinah: 2009) sesuai dengan percobaan reaksi antara kalium karbonat dan asam klorida.
Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada suatu rekasi yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil. (Sudisono S dkk:2007). Sesuai dengan percobaan natrium triosulfat dan asam klorida.
Kecepatan suatu reaksi juga meningkat oleh apapun yang menyebabkan pereaksi-pereaksi semakin besar hubungannya antara satu sama lain, ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu menaikkan suhu untuk reaksi endoterm, memperluas permukaan bidang sentuh pereaksi, meningkat konsentrasi pereaksi gas dan penambahan katalis(Purba:2002).
 Pada suhu, laju reaksi dapat juga dipercepat atau diperlambat dengan mengubah suhunya. Suhu juga berbanding lurus dengan laju reaksi karena bila suhu reaksi dinaikkan maka laju reaksi juga semakin besar (Wahyu 2010).
Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi. Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat reaksi) dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat (peevee veedies 'jutexmuetz’ 2009).
Kecepatan reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi berpangkatan bilangan order reaksinya. ( Drs. Mulyono HAM. Mpd 2006)
Mengukur seberapa cepat reakton habis bereaksi/seberapa cepat produk terbentuk laju dinyatakan sebagai perbandingan perubahan konsentrasi terhadap waktu .










Titrasi oksidasi reduksi



Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia di mana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai dengan hilangnya electron sedangkan reduksi memperoleh electron. Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling mengkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atonya saja. Jika suatu reagen berperan baik sebagai oksidator dan redukstor maka dikatakan zat tersebut mengalami autooksidasi atau disproporsionasi.
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi reduksi dipergunakan secara luas dalam analisis titrimetric. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi oksidasi yang berbeda-beda. Menghasilkan kemungkinan terjadi banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksi ini memenuhi syarat untuk digunakan dalam analisa titrimetric dan penerapan-penerapannya cukup banyak.

Reaksi antara larutan tinta dan H2SO4 :
Titrasi
Kedudukan buret:
-          setelah titrasi
-          awal titrasi

13
10,4
Jumlah KMnO4 yang digunakan (ml)
2,6

Ketika larutan tinta dititrasikan dengan larutan KmnO4 warna larutan tinta menjadi pudar atau terjadi perubahan warna. Sesuai dengan penjelasan dari Rivai (2003) Redoks sering di hubungkan dengan terjadinya perubahan warna lebih sering dari pada yang di amati dalam reaksi asam basa reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan selalu terjadi perubahan bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsur dari reaksi kimia. Penerjemaan reaksi redoks agak lebih sulit di tulis dan di kembangkan dari persamaan reaksi biasa lainya. Karena, jumlah zat yang di pertukarkan dalam reaksi redoks sering kali lebih dari satu sama lainya dengan persamaan reaksi lain. Persamaan reaksi redoks harus di seimbangkan dari segi muatan dan materi pengembangan materi biasanya dapat di lakukan dengan mudah sedangkan penyeimbangan muatan agak sulit karena itu perhatian harus di curahkan pada penyeimbangan muatan. Muatan berguna untuk menentukan faktor stiokiometri menurut batasan umum, reaksi redoks adalah proses serah terima elektron antara dua system redoks.
Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yg ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yg dinyatakan dgn perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 2000).
Larutan basa yg akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) & jumlah yg terpakai dpt diketahui dari tinggi sebelum & sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam geipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dlm titrasi yg diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen.
Dalam larutan, kadar bahan yang terlarut (solut) dinyatakan dengan konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya massa yang terlarut dihitung sebagai berat (gram) tiap satuan volume (mililiter) atau tiap satuan larutan, sehingga satuan kadar seperti ini adalah gram/mililiter. Cara ini disebut dengan cara berat/volume atau b/v. Disamping cara ini, ada cara yang menyatakan kadar dengan gram zat terlarut tiap gram pelarut atau tiap gram larutan yang disebut dengan cara berat/berat atau b/b. Secara matematis, perhitungan kadar suatu senyawa yang ditetapkan secara volumetri dapat menggunakan rumus-rumus umum berikut









PENUTUP

Kesimpulan


Kesimpulan dari praktikum yang telah dipraktikan yaitu dalam pemisahan dan pemurnian sangat tergantung pada zat yang pelaut dan zat terlarut. Jika berbeda pelarut dan terlarutnya maka cara pengerjaannya berbeda hasilnya pun berbeda. Pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau lebih yang saling bercampur dan pemurnian dilakukan untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh zat lain.Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telag tercemar atau tercampur.

            Kesimpulan dari praktikum kromatografi ini adalah yakni semakin jauh jarak noda dari titik maka jarak semakin  mudah diamati. Kesimpulan dari stoikimetri yaitu dari percobaan ini bahwa campuran larutan bervariasi namun, sebelum dicampurkan sudah dihitung masing-masing. semakin bannyak tinta yang diteteskan , maka semakin lebar pula resapan tintanya. Dan penetesan tintanya jangan terlalu banyak akan mengakibatkan melebarnya tinta warna yang sangat banyak. Semakin tinggi volume larutan NaOH semakin rendah temperature yang dihasilkan dan Semakin rendah volume larutan NaOH, maka semakin tinggi temperature yang dihasilkan

            Kesimpulan pada pratikum laju reaksi yaitu laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi larutan, ukuran suatu partikel zat padat, temperatur suatu tempat dan katalis. Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satua waktu. Satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun.
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat peraksi semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak.
Untuk terjadinya suatu reaksi tidak dibutuhkan bantuan dari udara luar balon itu, akan tetapi hanya membutuhkan udara yang ada didalam tabung reaksi dan didalam balon tersebut. Sehingga ketika terjadi kelonggaran mengakibatkan tidak terbentuknya karbondioksida.

       Kesimpulan pada pratikum titrasi oksidasi adalah perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi. Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi reduksi dipergunakan secara luas dalam analisis titrimetric. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi oksidasi yang berbeda-beda. Menghasilkan kemungkinan terjadi banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksi ini memenuhi syarat untuk digunakan dalam analisa titrimetric dan penerapan-penerapannya cukup banyak.

      

                                                    

Saran


Dalam praktikum ini hendaknya harus berhati-hati dalam meneliti dan menggunakan sarung tangan dan masker. Serta setiap kelompok harus didampingi oleh satu orang asdos. Agar pratikum dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
  





DAFTAR PUSTAKA

Khopkar, SM. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisik untuk Paramedis. ANDI. Yogyakarta.
Wong. 2011. jenis-metode-pemisahan-campuran. wong168.wordpress.com.
          02   November 2013
Chang ,Raymond .”Kimia Dasar Konsep-Konsep inti”, Jilid 2.Erlangga ,2005,Jakarta
 Rizkia,2008.”Kromatografi”. http://rizkiak08.student.ipb.ac.id/2010/06/18/kromatografi/.07 Desember 2012
 Meggy Yulia,2009.”Prinsip keterabsorpsian”.
Yoshito Takeuchi,2009.”kromatografi” . http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/pemurnian-material/kromatografi/. 07 Desember 2012.
S Hamdani,2011. “Likopen” http://catatankimia.com/catatan/likopen.html. 09 Desember 2012
Ronquillo, Ulysses. 2011. Berbagai macam metode pemisahan.
www.adipedia.com. 02 November 2013
Tri A, Susilo. 2011. Pengertian Penyaringan. Chemistry 35 blogger. 04
 November 2013
Keenan, Charles W. dkk., 1992, Kimia Untuk Universitas Jilid 2.   Jakarta. Erlangga.
Stanley, SJ. 2006. Tehnik Kimia. New york. Prentice Hall inc.
Purba, Michael. 2006. Kimia SMA Kelas X.. Jakarta. Erlangga
Purba, Michael. 2006. KIMIA SMA Kelas XI.. Jakarta. Erlangga
Nugraha, Dea.2010. Laporan stoikiometriwww.scribd.com/doc
            29 November 2013
Muchtaridi. 2009. KIMIA 2. Jakarta. Yudhitira.
ilmu-stoikimetri.misbachudin.com/tag/
Chemia.2009. Stoikiometri. chemiaetschoola.blogspot.com 13  November  2013
Takeuchi, Yoshito.2009. Kromaografi. http://www.chem-is-try.org
          1 Desember 2013
Akbar, Faizal.2011. Kromatografi kertas. Scribd.com/ scribd
           09 November 2013
Afrianto, Eddy. 2008 . Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,. Jakarta Departemen PendidikanNasional.
Svehla, G.  1979.  Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi
Mikro Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta PT.  Kalman Media Pustaka.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia.
Morie, indigo.2009.Hal-hal-yang-mempengaruhi-laju-reaksi. belajarkimia.com
 30 November 2013
Gek_ra.2009. Laju reaksi. Bali. www. yolyolyolanda.wordpress.com 16 Nov 2013
Septian.2009. KINEMATIKA.www.septian.wordpress 16 Nov 2013
Hidayat, Arif .2008. Katalis. arhidayat.staff.uii.ac.id 15 Nov 2013
Muchtaridi dan J, Sandri.2009. Kimia 2. Jakarta. Yudhistira
Waldjinah. 2009.KIMIA. Jakarta. Intan Pariwara
Arsyad, M Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Irfan, Anshari. 2003. Penuntun Pelajaran Kimia. Ganeca Exact, Bandung
Karyadi, Benny. 2004. Kimia 2. Balai Pustaka, Jakarta.
Syukri, S. 2009. Kimia Dasar 1. ITB, Bandung.
Vogel, 2007. Analisa Anorganik Kualitatis. Kalmen Media Pustaka, Jakarta.