PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kimia merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam
yang membahas tentang unsur, senyawa, dan molekul-molekul alam baik yang
organic maupun non organic, ilmu ini sama seperti ilmu-ilmu alam yang lain baik
dalam mengkaji, meneliti dan mengembangkan masalah alam yaitu dengan proses
ilmiah karena melakukan penelitian dengan system mencari masalah dan
menyelesaikan masalah.
Ilmu kimia merupakan ilmu yang
mempelajari materi, komposisi, dan sifat-sifat alam sekitar. Materi merupakan
segala hal yang menempati ruang dan memiliki masa. Komposisi merupakan bagian
dari materi-materi alam yang ada yang dihubungkan dengan materi yang lain..
sedangkan sifat merupakan cirri khas dari materi tersebut.
Karena ilmu kimia membahas tenteng
materi, komposisi dan sifat mak diperlukan suatu riset tertentu untuk dapat
membedakan dan mengklasipikasikan meteri
materi ysng ada berdasarkan kemiripan sifat yang dimilikinya. Jadi segala
sesuatu yang memiliki masa dan menempati ruang diteliti oleh ilmu kimia. Hal
ini dilakukan untuk memenuhui kebutuhan hidup manusia, menjaga, melindungi, dan
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada manusia karena pada
dasarnya zat-zat kimia (bagian dari materi) yang ada di alam ini ada yang
menguntungkan dan ada yang merugikan .
Hal-hal tersebut diatas merupakan
hal-hal yang dilakukan oleh para ahli dan yang peduli sama lingkungan serta
memiliki kemapuan untuk melakukan tersebut.
Peneltian atau pengamatan yang
dilakukan oleh mahasiswa didalam lab. Merupakan salah satu bagian untuk mengetahui
keadaan alam sekitar, hal tersebut dilakukan juga untuk bisa lebih memahami
teori-teori yang ada, yang
pernah
mereka terima dalam ruangan. Pembuktian-pembuktian dari teori-teori kimia yang
ada juga merupakan bagian dari tujuan seseorang untuk mengadakan riset yang
ada.
Jadi
sangatlah penting bagi mahasiswa untuk melakukan suatu penelitian guan lebih
memantapkan pengetahuan yang telah diteriamanya.
Dengan kata lain bahwa praktikum kimia dilakukan untuk
memahami dan membuktikan semua materi dan teori yang telah diterima oleh
mahasiswa. Sedangkan bagi para ahli kimia untuk meneliti dan mencari hal-hal
baru guna kemaslahatan umum.
Kimia adalah ilmu
yang mempelajari mengenai komposisi, struktur, dan sifat zat atau materi
dari skala atom
hingga molekul
serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi
yang ditemukan sehari-hari. Dalam mempelajari ilmu kimia
dasar tentunya kita mengetahui berbagai hal, beberapa diantaranya adalah
pemisahan dan pemurnian, kromatografi, laju reaksi, stoikiometri, titrasi
redoks dan masih banyak lagi.
Pemisahan dan pemurnian adalah
proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling bercampur serta untuk
mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telag tercemar atau tercampur. Campuran
terbentuk dari dua zat atau lebih zat berlainan yang masihmempunyai sifat zat
aslinya. Dalm kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai campuran. Misalnya air
sungai, tanah, udara, makanan, minuman, dan lain-lain.
Kromatografi adalah suatu cara untuk
memisahkan atau mengindentifikasi larutan. Kromatografi
digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi
komponen-komponennya.
Stokiometri
adalah hubungan yang mempelajari atau menghitung hubungan kuantitatif dalam
suatu reaktan dalam persamaan kimia, Stokiometri
juga menyangkut perbandingan atom antar unsur-unsur dalam suatu rumus kimia,
misalnya perbandingan atom H dan atom O dalam molekul H2O.
Laju reaksi adalah besarnya perubahan jumlah
pereaksi dan hasil reaksi persatuan waktu. Laju menyatakan seberapa
cepat atau seberapa lambat suatu proses berlangsung. Laju juga menyatakan
besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satua waktu. Satuan waktu dapat
berupa detik, menit, jam, hari atau tahun.
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring
dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat peraksi semakin sedikit,
sedangkan produk semakin banyak. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju
berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya produk.
Titrasi redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi
utamanya adalah reaksi redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung kalau terjadi
interaksi dari senyawa/unsure/ion yang bersifat oksidator dengan
unsure/senyawa/ion bersifat reduktor. Jadi kalau larutan bakunya oksidator,
maka analat harus bersifat reduktor atau sebaliknya.
Istilah oksidasi mengacu pada setiap
perubahan kimia di mana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi
digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi
disertai dengan hilangnya electron sedangkan reduksi memperoleh electron.
Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan
bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami
kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi reduksi harus selalu berlangsung bersama
dan saling mengkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu
kepada suatu senyawa, tidak kepada atonya saja. Jika suatu reagen berperan baik
sebagai oksidator dan redukstor maka dikatakan zat tersebut mengalami
autooksidasi atau disproporsionasi
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dalam melakukan praktikum kimia dasar adalah untuk mengetahui dan
dapat membedakan berbagai macam zat-zat yang dibutuhkan dalam ilmu kimia,
selain itu juga untuk dapat menganalisa dengan baik apa yang sudah diajarkan
secara materi dan mempraktekannya dalam praktikum. Juga dapat bertujuan sebagai
perancangan agar setelah terjun ke masyarakat kita akan sudah mengerti
bagaimana dan apa saja yang harus dilakukan apabila kita sedang bekerja di
dalam laboratorium.
Adapun manfaat yang dapat diambil dari praktikum-praktikum yang telah
dilakukan sebelumnya adalah untuk mempermudah mahasiswa-mahasiswi untuk
mengenal lebih baik lagi mengenai mata kuliah ilmu kimia dasar ini, juga agar
saat berada di masyarakat tidak canggung lagi dalam mempraktekkan ilmu kimia
dasar ini.
TINJAUAN PUSTAKA
Pemisahan
dan Pemurnian
Filtrasi yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran dengan
menggunakan filter (penyaring). Hasil filtrasi disebut filtrat sedangkan sisa
filtrasi disebut residu atau ampas. Filtrasi dapat dilakukan untuk memisahkan
campuran zat cair dan zat padat yang tidak saling larut. (Susilo Tri A:2011)
Koloid adalah suatu bentuk campuran
yang keadaannya terletak antara campuran kasar dan larutan. secara makrokopis
koloid tampak homogeny, tetapi sacara mikrokopis koloid bersifat heterogen.
Oleh karena itu, koloid digolongkan kedalam campuran heterogen. Campuran koloid
pada umumnya bersifat stabil dan tidak disaring. Ukuran partikel koloid
terletak antara 1-100nm, berada diantara larutan dan larutan kasar atau
suspense, sehingga masih cukup kecil untuk menembus kertas saring biasa, cukup
besar untuk menembus membrane atau filter ultra. (Estien Yazid, 2005)
Suspensi adalah campuran kasar dan
bersifat heterogen. Antar komponennya masih terdapat bidang batas dan sering
kali dapat dibedakan tanpa menggunakan mikroskop. Setelah suspense biasanya
dimasukan untuk campuran heterogen dari suatu zat padat dalam zat cair.
Suspensi tampak keruh dan tidak stabil zat suspensi lamat laun akan terpisah
karena gravitasi (mengalami sedimentasi). Suspensi dapat dipisahkan melalui
penyaringan. Diameter partikel suspensi adalah lebih dari 100nm. Contoh
campuran suspensi adalah campuran terigu atau kapur dengan air. (Chang Raymond.
2005)
Faktor-faktor
yang menentukan dalam analisis pengendapan adalah endapan dapat diubah menjadi
zat murni dengan komposisi tertentu. Pengendapan dilakukan dala larutan panas.
Pada temperatur yang tinggi kecepatan kristalisasi bertambah, jadi menimbulkan
kristal yang terbentuk lebih baik
(Mendham
2004)
Pada
tekanan udara yang rendah zat padat juga bisa berlangsung menjadi bentuk gas,
proses ini dinamakan sublimasi
(Dorensbqura
2001)
Destilasi sederhana biasa adalah
tekhnik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponenyang memiliki
perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan
destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murninya. Senyawa-senyawa yang
terdapat dalam campuran akan menguap pada saat mencapai titik didih
masing-masing. Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan
uap senyawa dalam campuran
(Rahayu
2011)
Penguapan dan kristaliasasi
merupakan metode pemisahan campuran berdasarkan titik didihnya. Titik didih setiap
zat berbeda satu sama lain. Adanya perbedaan titik didih tersebut dapat
dimanfaatkan untuk memisahkan campuran dengan cara penguapan( Partana
2008)
Bila zat cair didinginkan gerakan
teranalisasi molekul-molekul menjadi lebih kecil dan gaya tarik molekul semakin
besar sehingga setelah mengkristal molekul mempunyai kedudukan tertentu didalam
kristal. Panas yang terbentuk pada kristalisasi tersebut panas pengkristalan (Sukarjo 2002).
Pelarutan
adalah campuran dua jenis padatan juga dapat dipisahkan dengan melarutkannya
dapat suatu pelarut yang dapat melarutkan salah satu komponen. Komponen yang
tidak larut kemudian dapat dipisahkan dengan penyaringan. Misalnya memisahkan
campuran garam dengan gula. Mula-mula campuran dilarutkan dalam alkohol. Gula
akan larut sedangkan garam tidak. Garam dapat dipisahkan dengan penyaringan.
Sedangkan gula dapat diperolah dengan menguapkan filtrat.
Garam dapur atau Natrium Clorida
(NaCl), padat berwarna putih yang dapat diperoleh dengan menguapkan dan
memurnikan air laut. Juga dapat dengan menetralisasi HCl dengan NaOH berair.
NaCl nyaris tidak dapat larut dalam alkohol, tetapi larut dalam air sambil menyedot
panas, perubahan kelarutannya sangat kecil dengan suhu. Garam normal adalah
suatu garam yang tak mengandung hidrogrn atau gugus hidroksida yang dapat di
gusur. Laruta-larutan berair dari garam normal tidak selalu netral terhadap
indikator semisal lakmus. Garam rangkap adalah garam yan terbentuk lewat
kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekivalen dua atau lebih garam
tertentu (Arsyad
2001).
Suatu zat yang tampil sebagai zat padat, tetapi tidak mempunyai struktur
kristal yang berkembangbiak disebut amorf (tanpa bentuk). Ter dan kaca
merupakan zat padat semacam itu. Tak seperti zat pada kristal, zat amorf tidak
mempunyai titik-titik leleh tertentu yang tepat. Sebaliknya zat amorf melunak
secara bertahap bila dipanasi dan meleleh dalam suatu jangka temperatur
.Kristal adalah benda padat yang mempunyai permukaan-permukaan datar. Karena
banyak zat padat seperti garam, kuarsa, dan salju ada dalam bentuk-bentuk yang
jelas simetris, telah lama para ilmuwan menduga bahwa atom, ion ataupun molekul
zat padat ini juga tersusun secara simetris (Keenan, 2002).
Larutan cairan dapat dibuat dengan
melarutkan gas, cairan, atau padatan dalam suatu cairan. Jika sebagian
cairan adalah air, maka larutan disebut larutan berair. Larutan padatan
adalah padatan –padatan dalam satu komponen terdistribusi tak beraturan pada
atom atau molekul dari komponen lainnya. (Sastrohamidjojo,2005).
Sublimasi adalah
perubahan zat padat ke zat gas atau sebaliknya (Tanley:2006).
Destilasi yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran yang
didasarkan pada perbedaan titik didih komponen campuran tersebut melalui
pemanansan/pendidihan campuran. Destilasi dapat dilakukan untuk memisahkan
campuran zat cair dan zat cair yang berbeda titik didihnya. (Michael
Purba:2006)
Kromatografi
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan
atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua
fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas) (Patnaik
2004).
Teknik pemisahan ini memanfaatkan interaksi komponen
dengan fase diam dan fase gerak serta sifat fisik dan sifat kimia komponen.
Berdasarkan fase gerak dan fase diam yang digunakan, kromatografi dibedakan
menjadi liquid-solid chromatography (kromatografi dengan fase diam
berwujud padat dan fase gerak berwujud cair), gas-solid chromatography
(kromatografi dengan fase diam berwujud padat dan fase gerak berwujud gas), liquid-liquid
chromatography (kromatografi dengan fase diam berwujud cair dan fase gerak
berwujud cair), dan gas-liquid chromatography (kromatografi dengan fase
diam berwujud padat dan fase gerak berwujud gas) (Harvey 2000).
Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan
kemampuan adsorpsi terhadap zat - zat yang sangat mirip mempengaruhi resolusi zat
terlarut dan menghasilkan apa yang disebut kromatogram (Khopkar, 2008).
Dalam kromatografi, komponen - komponen terdistribusi dalam dua fase yaitu
fase gerak dan fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam
terjadi bila molekul - molekul campuran serap pada permukaan partikel -
partikel atau terserap. Pada kromatografi kertas naik, kertasnya digantungkan
dari ujung atas lemari sehingga tercelup di dalam solven di dasar dan solven
merangkak ke atas kertas oleh daya kapilaritas. Pada bentuk turun, kertas
dipasang dengan erat dalam sebuah baki solven di bagian atas lemari dan solven
bergerak ke bawah oleh daya kapiler dibantu dengan gaya gravitasi. Setelah
bagian muka solven selesai bergerak hampir sepanjang kertas, maka pita diambil,
dikeringkan dan diteliti. Dalam suatu hal yang berhasil, solut - solut dari
campuran semula akan berpindah tempat sepanjang kertas dengan kecepatan yang
berbeda, untuk membentuk sederet noda - noda yang terpisah. Apabila senyawa
berwarna, tentu saja noda - nodanya dapat terlihat. Distribusi dapat terjadi
antara fase cair yang terserap secara stasioner dan zat alir bergerak yang
kontak secara karib dengan fase cair itu. Dalam kromatografi partisi cairan,
fase cair yang bergerak mengalir melewati fase cair stasioner yang diserapkan
pada suatu pendukung, sedangkan dalam kromatografi lapisan tipis adsorbennya
disalutkan pada lempeng kaca atau lembaran plastik (Anonim, 2010).
( Day and underwood,2000). Pada
awalnya kromatografi dianggap semata-mata sebagai bentuk partisi cairan-cairan.
Serat selulosa yang hidrofilik dari kertas tersebut dapat mengikat air, setelah
disingkapkan ke udara yang lembap, kertas saring yang tanpak kering itu
sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi yaitu kurang lebih
20%. Jadi kertas itu sebenarnya dapat mengandung air dengan
persentase tinggi dan kertas itu dipandang sebagai analog dengan sebatang kolom
yang berisi stasioner berair. Zat-zat terlarut itu padahal fase geraknya dapat
bercampur dengan air akan dalam beberapa kasus, malahan fase geraknya adalah
larutan itu sendiri.
Susunan serat kertas membentuk
medium berpori yang bertindak sebagai tempat untuk mengalirkannya fase
bergerak. Berbagai macam tempat kertas secara komersil tersedia adalah Whatman
1,2,31 dan 33 MM. Kertas asam asetil,kertas kieselguhr, kertas silikon dan
kertas penukar ion juga digunakan.Kertas asam asetil dapat digunakan untuk
zat-zat hodrifilik. (Khopkar2002).
Proses pengeluaran asam mineral dari
kertas desalting. Larutan ditempatkan pada kertas dengan menggunakan kertas
mikropipet pada jarak 2-3 cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan
garis horizontal. Setelah kertas dikeringkan, kemdian diletakkna dalam ruangan
yang sudah dijenuhkan dengan air atau pelarut yang sesuai. Terdapat tiga teknik
pelaksanaan analisis. Pada teknik ascending, pelarut bergerak ke atas dengan
gaya kapiler. Sedangkan ketiga dikenal dengan cara radial atau kromatografi
kertas sirkuler. (Basset,2004).
Teknik kromatografi kertas diperkenalkan oleh Consden, Gordon dan Martin
(1994), yang menggunakan kertas saring sebagai penunjang fase diam. Kertas
merupakan selulosa murni yang memiliki afinitas terhadap air atau pelarut polar
lainnya. Bila air diadsorbsikan pada kertas, maka akan membentuk lapisan tipis
yang dapat dianggap analog dengan kolom. Lembaran kertas berperan sebagai
penyangga dan air bertindak sebagai fase diam yang terserap di antara struktur
pori kertas. Cairan fase bergerak yang biasanya berupa campuran dari pelarut
organik dan air, akan mengalir membawa noda cuplikan yang didepositkan pada
kertas dengan kecepatan yang berbeda. Pemisahan terjadi berdasarkan partisi
masing-masing komponen di antara fase diam dan fase
bergeraknya. Kromatografi kertas digunakan baik untuk analisis kualitatif
maupun kuntitatif. Senyawa - senyawa yang dipisahkan kebanyakan bersifat sangat
polar, misalnya asam amino, gula - gula, dan pigmen - pigmen alam (Yazid,
2005).
Dalam teknik kromatografi kertas, proses pengeluaran asam mineral dari
kertas disebut desalting. Larutan ditempatkan pada kertas dengan menggunakan
mikropipet pada jarak 2-3 cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan
garis horizontal. Setelah kertas dikeringkan, diletakkan di ruang yang sudah
dijenuhkan dengan air atau dengan pelarut yang sesuai. Penjenuhan dapat
dilakukan 24 jam sebelum analisis. Descending adalah salah satu teknik di mana
cairan dibiarkan bergerak menuruni kertas akibat gravitasi. Pada teknik
ascending, pelarut bergerak ke atas dengan gaya kapiler. Nilai Rf harus sama
baik pada descending maupun ascending. Sedangkan yang ketiga dikenal sebagai
cara radial atau kromatografi kertas sirkuler. Kondisi - kondisi berikut harus
diperhatikan untuk memperoleh nilai Rf yang reprodusibel. Temperatur harus
dikendalikan dalam variasi tidak boleh lebih dari 0,5oC. Kertas
harus didiamkan dahulu paling tidak 24 jam dengan atmosfer pelarutnya, agar
mencapai kesetimbangan sebelum pengaliran pelarutnya pada kertas. Dilakukan
beberapa pengerjaan yang parallel, Rfnya tidak boleh berbeda lebih dari 0,02
(Khopkar, 2008).
Berdasarkan bentuk ruang penyangganya, kromatografi
dibedakan menjadi kromatografi planar (kromatografi dengan fase diam terletak
pada permukaan datar) yang meliputi kromatografi kertas dan kromatografi lapis
tipis serta kromatografi kolom (kromatografi dengan fase diam tertahan pada
sebuah kolom) yang meliputi kromatografi manual, high performance liquid
chromatography, dan kromatografi gas (Harvey 2000).
Percobaan ini hanya melakukan aplikasi kromatografi
kertas dan kromatografi lapis tipis. Prinsip dari kedua aplikasi tersebut
adalah dengan meneteskan sampel pada kertas di garis startnya berulang-ulang.
Setelah kering, kertas dimasukkan dalam pelarut jenuh dan dibiarkan bergerak
menuju garis finish. Kromatografi lapis tipis menggunakan lempeng tipis/ plastik
yang dilapisi adsorben sebagai penyangga. Kromatografi kertas menggunakan
kertas sebagai penyangga (Rouessac 2007).
Proses pengeluaran asam mineral dari kertas
desalting. Larutan ditempatkan pada kertas dengan menggunakan mikropipet pada
jarak 2–3 cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis
horizontal. Setelah kertas dikeringkan, ia diletakan didalam ruangan yang sudah
dijenuhkan dengan air atau dengan pelarut yang sesuai. Terdapat tiga tehnik
pelaksanaan analisis. Pada tehnik ascending; pelarut bergerak keatas dengan
gaya kapiler. Sedangkan ketiga dikenal dengan cara
radial atau kromatografi kertas sirkuler (Basset, 2000).Kromatografi adalah suatu cara pemisahan dimana komponen-komponen yang akan
dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, salah satunya yang merupakan fase
stasioner (diam), dan yang lainnya berupa fasa mobil (fasa gerak).Fase gerak
dialirkan menembus atau sepanjang fase stasioner. Fase diam cenderung menahan
komponen campuran, sedangkan fasa gerak cenderung menghanyutkannya. Berdasarkan
terikatnya suatu komponen pada fasa diam dan perbedaan kelarutannya dalam fasa
gerak, komponen-komponen suatu campuran dapat dipisahkan. komponen yang kurang
larut dalam fasa gerak atau yang lebih kuat terserap atau terabsorpsi pada fasa
diam akan tertinggal, sedangkan komponen yang lebih larut atau kurang terserap
akan bergerak lebih cepat. (Dat 2002)
Prinsip kromatografi kertas adalah adsorbsi dan
kepolaran, di mana adsorbsi didasarkan pada panjang komponen dalam campuran
yang diadsorbsi pada permukaan fase diam. dan kepolaran komponen berpengaruh
karena komponen akan larut dan terbawa oleh pelarut jika memiliki
kepolaran yang sama serta kecepatan migrasi pada fase diam dan fase gerak
(Yazid, 2005).
Suatu atomiser umumnya digunakan sebagai reagent penyemprot bila batas
permukaan pelarut dan zat terlarut dalam kertas ingin dibuat dapat dilihat.
Atomiser yang halus lebih disukai. Gas - gas juga dapat digunakan sebagai
penanda bercak, untuk karbohidrat notasi Rg digunakan untuk menggantikan Rf.
Setelah penandaan bercak batas permukaan, selanjutnya dapat dilakukan analisis
kalorimetri atau spektroskopi reflektansi bila sampel berupa logam. Materi yang
terdapat di dalam kertas dapat ditentukan secara langsung dengan pelarutan.
Kromatografi kertas selain untuk pemisahan dan analisis kuantitatif, juga
sangat bermanfaat untuk identifikasi. Hal ini dapat dilakukan misalkan dengan
membuat grafik antara Rm α terhadap jumlah kation dalam suatu deret homolog
(Khopkar, 2008).
Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak sebagai
tempat untuk mengalirnya fase gerak. Berbagai macam kertas yang secara
komersial tersedia adalah whatman 1, 2, 31 dan 3 MM, kertas asam asetil, kertas
kieselgurh, kertas silikon dan kertas penukar ion juga digunakan. Tersedia juga
kertas selulosa murni, kertas selulosa yang dimodifikasi dan kertas serat kaca.
Zat - zat hidrofobik dapat dipisahkan pada kedua jenis kertas terakhir ini.
Kertas asam asetil atau kertas silikon dapat digunakan untuk zat - zat
hidrofobik, sedangkan untuk reagent yang korosif, kertas serat kaca dapat
digunakan. Untuk memilih kertas, yang menjadi pertimbangan adalah tingkat dan
kesempurnaan pemisahan, difusivitas pembentukan spot, efek tailing dan
pembentukan komet serta laju pergerakan pelarut terutama untuk teknik
descending (Khopkar, 2008).
Kromatografi kertas adalah salah satu pengembangan dari akromatogradi
partisi yang menggunakan kertas sebagai padatan pendukung fasa diam. Sebagai
fasa diam adalah air yangteradsorbsi pada ketas dansebgai larutan pengembang
biasanya pelarut oraganik yang telah dijenuhkan. (Yoshito
Takeuchi:2009).
Dalam kromatografi kertas fasa diam didukung oleh
suatu zat padat berupa bubuk selulosa. Fasa diam merupakan zat cair yaitu
molekul H2O yang teradsorpsi dalam selulosa kertas.fasa gerak berupa campuran
pelarut yang akan mendorong senyawa untuk bergerak disepanjang kolom kapiler.
Faizal Akbar (2011).
Analisis kualitatif menggunakan kromatografi kertas dilakukan dengan
cara membandingkan harga relative response factor (Rf). Nilai Rf identik dengan
time retention (tR) atau volume retention (VR).
Nilai Rf dapat ditentukan dengan cara:
Rf = jarak yang ditempuh noda / jarak yang ditempuh
pelarut
Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat
zona campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona.
Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan
menunjukkan identitas suatu zat yang dicari, contohnya asam amino dan
intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan
membandingkan dengan noda-noda standar (Khopkar, 2005).
Kromatografi adalah metode pemisahan komponen kimia yang didasarkan pada
perbedaan antara fase bergerak dan fase diam dari komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu larutan. Komponen yang dipisahkan tersebut dapat
dikuantifikasi dengan menggunakan detektor dan/atau dikoleksi untuk analisa
lebih lanjut. Instrumen untuk mengkuantifikasi adalah Gas and liquid
chromatography dengan mass spechtrometry (GC-MC dan LCMC); Fourier transform
infrared spectroscopy (GC-FTIR) dan diode-array UV-VIS absoprtionspectroscopy
(HPLC-UV-VIS). Kromatografi gas (GC) digunakan untuk memisahkan senyawa organik
menguap (volatile). Fase bergerak adalah gas dan fase diam biasanya cairan. High
Performance Liquid Chromatografi (HPLC) adalah variasi dari khromatografi
cairan yang menggunakan pompa bertekanan tinggi untuk meningkatkan efisiensi
pemisahan senyawa kimia. Kromatografi cair (LC) digunakan untuk menganalisis
pemisahan campuran, yang mengandung ion-ion logam dan senyawa organik. Fase
bergerak adalah pelarut dan fase diam adalah cairan yang menduku padatan,
padatan, dan ion pengganti resin (Afrianto, 2008)
Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan
(pusat zona campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap
zona. Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan
menunjukkan identitas suatu zat yang dicari, contohnya asam amino dan
intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan
membandingkan dengan noda-noda standar (Khopkar, 2005).
Stoikiometri
Hukum Avogadro berbunyi “Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas yang
volumenya sama mengandung jumlah molekul yang sama”. (Michael Purba:2006)
Untuk menyederhanakan jumlah partikel digunakan
konsep mol. Mol menyatakan satuan jumlah zat. Satuan jumlah zat ini sama halnya
dengan penyederhanaan jumlah suatu barang. Penyederhanaan ini perlu dilakuka n
karena proses kimia yang berlangsung dalam kehidupan sehai-hari melibatkan
kesimpulan partikel sangat kecil yang jumlahnya sangat besar. 1 mol zat
mengandung 6,02 x 1023 partikel. 6,02 x 1023 adalah
bilangan avogadro. (Chemia:2009)
Persamaan Reaksi merupakan suatu cara untuk menerangkan reaksi atau proses
kimia. Sehubungan dengan persamaan reaksi, kita mengenal adanya koefisien,
yaitu angka didepan rumus pada persamaan reaksi yang menunjukan perbandingan
jumlah mol zat. Bila gas berwujud gas, maka koefisien juga menunjukan
perbandingan volume. (Muchtaridi :2009)
Sistem Konsentrasi digunakan untuk menghitung jumlah zat dalam suatu
larutan berdasarkan konsentrasi analitik. Sistem konsentrasi ini terdiri atas :
Kemolaran (molaritas) adalah jumlah mol zat
terlarut dalam tiap liter (dm3) larutan.
M = mol zat terlarut = mol zat terlarut
Volume larutan (L) ml (larutan)
Sistem ini didasarkan pada volume larutan dan
digunakan dalam prosedur laboratorium yang jumlahnya diukur.
Molaritas larutan (M) = N/V, dimana n = gram/BM
Kemolalan atau molalitas menyatakan jumlah mol
zat terlarut dalam setiap 1000 gram pelarut.
m = mol zat pelarut
Massa zat pelarut (kg) atau m = massa
zat terlarut x 1000 gram
Mr massa pelarut(gram)
Persen
Berat adalah jumlah gram zat terlarut dalam setiap 100 gram larutan.
% zat X = massa zat terlarut (g) x 100%
Massa larutan (g)
Pada sistem ini memperinci jumlah gram solut per
100 gram larutan.
Sistem ini menyatakan bagian suatu komponen dalam
satu juta bagian suatu campuran.
Rumus Empiris adalah rumus yang paling sederhana
yang menyatakan perbandingan atom-atom
dari berbagai unsur dalam senyawa.
Dalam perhitungannya yaitu setelah susunan suatu senyawa
ditentukan secara eksperimen, senyawa tersebut bersama-sama dengan bobot-bobot
atom yang diketahui, kemudian dapat digunakan untuk menghitung angka banding
tersederhana dari atom-atom dalam senyawa itu dan dengan dengan demikian rumus
empirisnya. (Dea Nugraha:2010)
Pada stoikiometri larutan, di antara zat-zat yang
terlibat reaksi, sebagian atau seluruhnya berada dalam bentuk larutan.
Soal-soal yang menyangkut bagian ini dapat diselesaikan dengan cara hitungan
kimia sederhana yang menyangkut hubungan kuantitas antara suatu komponen dengan
komponen lain dalam suatu reaksi.Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah:
menulis persamann reaksi, menyetarakan koefisien reaksi, memahami bahwa
perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol. (Misbachudin:2011).
Stoikimetri berasal ari bahasa Yunani,, yaitu stoicheion yang berati
unsur, metron artinya mengukur. Jadi stoikiometri adalah perhitungan kimia.
Ada lima hukum dasar dalam perhitungan kimia, yaitu Hukum Kekekalan Massa
(Hukum Lavoisier), Hukum Perbandingan Tetap (Hukum
Proust), Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton), Hukum Perbandingan Volume
(Hukum Gay-Lussac), dan Hukum Avogadro.
Hukum Lavoisier atau Hukum Kekekalan Massa yang berbunyi “Massa zat
sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”. Pada tahun 1785, Antoine Lavoisier
menemukan fakta bahwa pada reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa zat.
Massa zat sebelum dan sesudah reaksi yang ditimbang secara teliti setiap
eksperimennya, menghasilkan massa zat yang selalu tetap.
Hukum Boyle berbunyi “ Gas dengan
massa tertentu maka hasil kali volume dengan tekanan dibagi oleh suhu yang
diukur dalam Kelvin adalah tetap”.
Huk um Perbandingan Tetap atau Hukum Proust berbunyi
:
“Perbandingan massa unsur-unsur dalam setiap senyawa selalu tetap”.
Hukum Perbandingan Berganda atau Hukum Dalton berbunyi “Jika dua unsur
membentuk dua macam senyawa atau lebih, untuk massa salah satu unsur yang sama
banyaknya, massa unsur kedua dalam senyawa-senyawa itu akan berbanding sebagai
bulat dan sederhana.
Hukum Perbandingan Volume atau Hukum Gay-Lussac berbunyi “Volume gas-gas
yang bereaksi dan volume gas hasil reaksi, jika diukur pada suhu dan tekanan
yang sama, berbanding sebagai bilangan-bilangan bulat dan sederhana”.
Laju Reaksi
Laju
reaksi adalaha besarnya perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi persatuan
waktu. Secara matematika, laju reaksi dapat dijelaskan sebagai bearikut: mA +
nB pC + qD
. (Sandri J, Muchtaridi: 2009)
Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses
berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu
satua waktu. Satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun.
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring dengan
bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat peraksi semakin sedikit, sedangkan
produk semakin banyak. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya
pereaksi atau laju terbentuknya produk.( gek_ra:2009)
Untuk
sistem homogen, laju reaksi umum dinyatakan sebagai laju penguragan konsentrasi
molar pereaksi atau laju pertambahan konsentrasi molar produk untuk satu satuan
waktu, sebagai berikut:
Jika
diketahui satuan dari konsentrasi molar adalah mol/L. Maka satuan dari laju
reaksi adalah mol/L.det atau M/det.
Laju rata-rata adalah rata-rata laju untuk selang waktu tertentu. Perbedaan
antara laju rerata dengan laju sesaat dapat diandaikan dengan laju kendaraan.
Misalnya suatu kendaraan menempuh jarak 300 km dalam 5 jam. Laju rerata
kendaraan itu adalah 300 km/5 jam = 60 km/jam. Tentu saja laju kendaraan tidak
selalu 60 km/jam. Laju sesaat ditunjukkan oleh speedometer kendaraan.
Laju sesaat adalah laju pada saat tertentu. Sebagai telah kita lihat
sebelumnya, laju reaksi berubah dari waktu ke waktu. Pada umumnya, laju reaksi
makin kecil seiring dengan bertambahnya waktu reaksi. oleh karena itu, plot
konsentrasi terhadap waktu berbentuk garis lengkung, seperti gambar di bawah
ini. Laju sesaat pada waktu t dapat ditentukan dari kemiringan (gradien)
tangen pada saat t tersebut, sebagai berikut: Lukis garis singgung pada saat t,
Lukis segitiga untuk menentukan kemiringan, laju sesaat = kemiringan tangen.
(Septian: 2009)
Konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, sebab
semakin besar konsentrasi pereaksi, maka tumbukan yang terjadi semakin banyak,
sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat.
Begitu juga, apabila semakin kecil konsentrasi pereaksi, maka semakin
kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin
kecil.(Anis Dyah R dan Waljinah: 2009)
Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu
pada suatu rekasi yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin
aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju
reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel
semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil. (Sudisono S dkk:2007)
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari
pereaksi seperti itu juga dipengaruhi tekanan. Penambahan tekanan dengan
memperkecil volume akan memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat
memperbesar laju reaksi.
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu
tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri.
Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk.
Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi
pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi.
Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih
rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.
(Arif H:2008)
Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam laju
reaksi, sebab semakin besar luas permukaan bidang sentuh antar partikel, maka
tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin
cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas permukaan bidang sentuh, maka
semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun
semakin kecil. Karakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh,
yaitu semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan
untuk bereaksi; sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin lama waktu
yang dibutuhkan untuk bereaksi.
Sebelum pereaksi terlibat dalam suatu reaksi kimia mereka harus mengadakan
kontak lebih dahulu satu sama lain. Terkadang kontak seperti ini cukup untuk
memulai reaksi secara spontan. Meskipun demikian dalam banyak kasus di perlukan
sumber energi dari luar untuk memenuhi terjadinya reaksi, yaitu untuk
menyediakan energi aktivitas reaksi. Magnesium misalnya harus dipanaskan sampai
temperaturenya naik terlebih dahulu sebelum bereaksi dengan oksigen dari udara.
Sekali reaksi terjadi, reaksinya akan cepat sekali dan menghasilkan banyak
panas (Krisbiyanto : 2008).
Pada
katalis, beberapa reaksi berlangsung lambat sekali meskipun suhu cukup tinggi
dan zat-zat pereaksi berada cukup dekat. Dalam kasus ini perlu ditambahkan
bahan lain, yang tidak terlihat langsung dalam reaksi, yang kadang kala akan
mempercepat perubahan kimia. Bahan-bahan ini di sebut katalis. Katalis-katalis
mengubah kecepatan reaksi tanpa ikut berubah secara permanent. Dengan perkataan
lain. Suatu jumlah katalis sebelum dan sesudah reaksi akan tetap sama. Suatu
katalis menurunkan energi aktivitas untuk reaksi tertutup, yaitu dengan
memperlemah atau memutuskan ikatan molekul pereaksi. Katalis yang berbeda
memodifikasi kecepatan reaksi yang berbeda. Semua sel-sel hidup terdiri dari
katalis alami yang disebut enzim, yang memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi
biokimia yang penting. Zat yang bertindak sebagai katalis disebut katalisator.
Senyawa katalis diduga mempengaruhi kecepatan reaksi dengan salah satu jalan,
yaitu dengan pembentukan senyawa antara (katalis homogen) atau dengan adsorbsi
(katalis heterogen) katalisator menyediakan suatu jalan yang lebih
menguntungkan yaitu dengan jalan energi pengaktifan yang lebih rendah. Fungsi
katalis yaitu menurunkan sejumlah energi aktivitas yang dibutuhkan agar suatu
reaksi dapat berlangsung (Tamran dan J. Abdul 2008).
Kecepatan
suatu reaksi juga meningkat oleh apapun yang menyebabkan pereaksi-pereaksi
semakin besar hubungannya antara satu sama lain, ini dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu menaikkan suhu untuk reaksi endoterm, memperluas permukaan
bidang sentuh pereaksi, meningkat konsentrasi pereaksi gas dan penambahan
katalis(Purba:2002).
Pada suhu, laju reaksi dapat juga dipercepat
atau diperlambat dengan mengubah suhunya. Suhu juga berbanding lurus dengan
laju reaksi karena bila suhu reaksi dinaikkan maka laju reaksi juga semakin
besar (Wahyu 2010).
Katalisator
adalah zat yang ditambahkan ke dalam
suatu reaksi dengan maksud memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut
terlibat dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen,
dengan kata lain pada akhir reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk
dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi. Fungsi
katalis adalah memperbesar kecepatan
reaksinya (mempercepat reaksi) dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya
tahap-tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan
maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat (peevee
veedies 'jutexmuetz’ 2009).
Kecepatan reaksi berbanding lurus
dengan konsentrasi pereaksi berpangkatan bilangan order reaksinya. ( Drs.
Mulyono HAM. Mpd 2006)
Mengukur seberapa cepat reakton
habis bereaksi/seberapa cepat produk terbentuk laju dinyatakan sebagai
perbandingan perubahan konsentrasi terhadap waktu (Raymod chang 2004).
Titrasi oksidasi reduksi
Titrasi redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi
utamanya adalah reaksi redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung kalau terjadi
interaksi dari senyawa/unsure/ion yang bersifat oksidator dengan
unsure/senyawa/ion bersifat reduktor. Jadi kalau larutan bakunya oksidator,
maka analat harus bersifat reduktor atau sebaliknya.
Istilah
oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia di mana terjadi kenaikan bilangan
oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi.
Berarti proses oksidasi disertai dengan hilangnya electron sedangkan reduksi
memperoleh electron. Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung
mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang
terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi reduksi harus selalu
berlangsung bersama dan saling mengkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator
reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atonya saja. Jika suatu
reagen berperan baik sebagai oksidator dan redukstor maka dikatakan zat tersebut
mengalami autooksidasi atau disproporsionasi (Khopkar, 2007, hal: 48).
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan
oksidasi reduksi dipergunakan secara luas dalam analisis titrimetric. Ion-ion
dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi oksidasi yang berbeda-beda.
Menghasilkan kemungkinan terjadi banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksi ini
memenuhi syarat untuk digunakan dalam analisa titrimetric dan
penerapan-penerapannya cukup banyak (Day, 2002, hal: 287).
Pemisahan oksidasi reduksi terbagi
menjadi komponen-komponennya, yaitu reaksi separuhnya adalah cara untuk
meunjukkan masing-masing spesies yang memperoleh maupun yang menerima electron.
Reaksi oksidasi reduksi berasal dari transfer langsung electron dari donor ke
akseptor. Bermacam reaksi redoks dapat digunakan untuk analisis titrasi
volumetric asalkan kesetimbangan yang tercapai setiap penambahan titran dapat
berlangsung dengan cepat. Dan diberlakukan juga adanya indicator yang mampu
menunjukkan adanya titik equivalen stoikiometri dengan akurasi yang tinggi.
Banyak titrasi redoks dilakukan dengan indicator warna (Khopkar, 2007, hal:
48).
Redoks sering dihubungkan dengan terjadinya perubahan warna lebih sering
dari pada yang diamati dalam reaksi asam-basa. Reaksi redoks melibatkan
pertukaran elektron dan selalu terjadi perubahan bilangan oksidasi dari dua
atau lebih unsur dari reaksi kimia. Persamaan reaksi redoks agak lebih
sulit ditulis dan dikembangkan dari persamaan reaksi biasa yang lainnya karena
jumlah zat yang dipertukarkan dalam reaksi redoks sering kali lebih dari satu.
Sama halnya dengan persamaan reaksi lain, persamaan reaksi redoks harus
disetimbangkan dari segi muatan dan materi, penyeimbangan materi biasanya dapat
dilakukan dengan mudah sedangkan penyeimbangan muatan agak sulit. Karena itu
perhatian harus dicurahkan pada penyeimbangan muatan. Muatan berguna untuk
menentukan faktor stoikiometri. Menurut batasan umum reaksi redoks adalah suatu
proses serah terima elektron antara dua system redoks (Rivai, 2003).
Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu
zat yg ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yg dinyatakan dgn perubahan
warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 2000).
Larutan basa yg akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa
panjang berskala) & jumlah yg terpakai dpt diketahui dari tinggi sebelum
& sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam
gelas kimia (erlenmeyer) dg mengukur volumenya terlebih dahulu dg memakai pipet
gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya
disekitar titik ekivalen. Dlm titrasi yg diamati adalah
titik akhir bukan titik ekivalen (syukri, 2002).
Batasan yang lebih umum dari reaksi
oksidasi reduksi adalah berdasarkan pemakaian bilangan oksidasi pada pemakaian
bilangan oksidasi pada atom karbon dengan cara memasukkan bilangan oksidasi
pada keempat ikatannya. Contohnya atom H yang berikatan dengan C mempunyai
bilagan oksidasi 0, dan atom C mempunyai bilangan oksidasi +1 jika berikatan
tunggal pada heteroatom seperti oksigen, nitrogen atau sulfur (Riswiyanto,
2009, hal: 108).
Potensial system redoks merupakan
peubah yang paling khas yang berubah selama berlangsungnya titrasi redoks.
Karena itu, potensial yang diukur dapat dibuat pada kertas grafik sebagai
fungsi volume peniteryang ditambahkan sehingga diperoleh kurva titrasi redoks.
Sedangkan titrasi dapat dengan persamaan ners, yaitu hubungan antara potensial
elektroda baku kedua pasangan redoks dan kesetimbangan massanya. Biasanya kurva
teoritis ini bersesuaian dengan kurva yang diperoleh dengan percobaan. Karena
itu, kurva teoritis ini sangat berguna untuk meramalkan ketelitian pengukuran,
memilih indicator dan memilih persyaratan titrasi yang bersesuaian (Rivai 1995,
hal: 347).
Menurut Petrucci (2007), langkah
dasar dalam metode untuk menyetarakan redoks yaitu:
Tuliskan dan setarakan persamaan setengah terpisah
untuk oksidasi dan reduksi
Sesuaikan koefisien pada kedua persamaan setengah
sehingga elektronnya sama banyak disetiap persamaan setengah
Tambahkan kedua persamaan setengah (hapuskan electron)
untuk memperoleh persamaan keseluruhan yang setara.
Prinsip yang sama menyetarakan
persamaan berlaku pada persamaan oksidasi reduksi (redoks) sebagaimana dengan
persamaan lain menyetarakan dengan banyaknya atom dan menyetarakan muatan
listrik. Namun, sering sedikit sulit untuk mengaplikasikan prinsip ini pada
persamaan redoks. Faktanya hanya sebagian kecil persamaan redoks yang dapat
disetarakan dengan pengamatan sederhana. Memerlukan pendekatan sistematik dan
meskipun beberapa metode tersedia, ditekankan bahwa salah satu yang
mempertimbangkan reaksi keseluruhan yang terjadi sebagai gabungan reaksi
setengah yang terpisah untuk reaksi oksidasi dan reduksi (Petrucci, 2007, hal:
154).
Menurut Riswiyanto (2009), reagen
yang digunakan untuk mengoksidasi senyawa organic yaitu:
Oksigen, dipakai bersama-sama dengan katalis V2O5
dengan pemanasan
Ozon, banyak dipakai untuk mengoksidasi ikatan rangkap,
Asam nitrat, larutan encer asam nitrat dipakai untuk mengoksidasi senyawa yang
mempunyai beberapa gugus fungsi. Misalnya glukosa, Larutan KMnO4, oksidator
kuat umumnya dipakai untuk mengoksidasi aldehida, keton dan gugus akil yang
terikat inti benzene KMnO4 suasana asam, dipakai untuk
mengoksidasi aldehida, keton dan juga dipakai untuk mencegah molekul organic. Asam
periodat, digunakan untuk mencegah senyawa glikol, Dehidrogenasi dengan adanya
katalis, umumnya dipakai untuk mengoksidasi alkana sampai dengan alkena.
Kalium permanganate (KMnO4) telah banyak digunakan sebagai agen
pengoksidsi selama lebih 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah,
tidak mahal dan tidak memerlukan indicator terkecuali untuk indicator yang
teramat encer. 1 tetes 0,1 N permanganate (MnO4) memberikan warna
merah muda yang jelas pada volume dan larutan biasa digunakan dalam titrasi.
Warna ini digunakan untuk mengidentifikasi kelebihan reagen tersebut.
Permanganate (MnO4) mengalami beragam reaksi kimia, karena mangan
(Mn) hadir dalam kondisi-kondisi oksidasi +2, +3, +4, +6 dan +7. Kelebihan
sedikit dari permanganat (MnO4) yang hadir pada titik akhir dari
titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2,
sebagaimana juga mengingat reaksinya berjalan lambat, MnO2 tidak
mengendap secara normal pada titi akhir titrasi-sulfonat, terutama dipergunakan
dalam analisis besi (III) (Khopkar, 2007, hal: 53).
Asam oksalat (COOH)2 merupakan senyawa dekarboksilat yan atom-atom C
nya merupakan mampu mengikat lebih dari satu gugus hidroksil. Asam ini
mempunyai bentuk Kristal rombis pyramid, tidak berwarna dan transparan, tidak
berbau dan higroskopis. Asam oksalat (COOH)2 mudah teroksidasi total
dan oleh pengaruh panas yang tinggi akan terurai menjadi CO2 dan
asam formiat. Secara alami asam oksalat (COOH)2 dapat terjadi dalam
tumbuh-tumbuhan dan dapat dibuat dengan ekstraksi alkali dari limbah
penggergajian (Mastuti, 2005, hal: 13).
Vitamin C
atau L-asam askorbat merupakan senyawa bersifat asam dengan rumus empiris C6H8O6
(berat molekul=176,12 g/mol). Kegunaan Vitamin C adalah sebagai antioksidan dan
berfungsi penting dalam pembentukan kolagen, membantu penyerapan zat besi,
serta membantu memelihara pembuluh kapiler, tulang, dan gigi. Konsumsi dosis
normal vitamin C 60 – 90 mg/hari. Vitamin C banyak terkandung pada buah dan
sayuran segar. Vitamin C berperan sebagai antioksidan yang kuat yang dapat
melindungi sel dari agen-agen penyebab kanker, dan secara khusus mampu
meningkatkan daya serap tubuh atas kalsium (mineral untuk pertumbuhan gigi dan
tulang) serta zat besi dari bahan makanan lain vitamin C merupakan vitamin yang
larut dalam air dan esensial untuk biosintesis kolagen (Selandiawidiasmoro,
2007).
Dalam
larutan, kadar bahan yang terlarut (solut) dinyatakan dengan konsentrasi.
Istilah ini berarti banyaknya massa yang terlarut dihitung sebagai berat (gram)
tiap satuan volume (mililiter) atau tiap satuan larutan, sehingga satuan kadar
seperti ini adalah gram/mililiter. Cara ini disebut dengan cara berat/volume
atau b/v. Disamping cara ini, ada cara yang menyatakan kadar dengan gram zat
terlarut tiap gram pelarut atau tiap gram larutan yang disebut dengan cara
berat/berat atau b/b. Secara matematis, perhitungan kadar suatu senyawa yang
ditetapkan secara volumetri dapat menggunakan rumus-rumus umum berikut (Rohman,
2012).
Titrasi yang melibatkan iodium dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu, titrasi langsung (iodimetri) dan titrasi tidak
langsung (iodometri). Iodimetri adalah titrasi langsung yang digunakan
untuk menetapkan kadar asam askorbat, natrium askorbat, metampiron (antalgin),
natrium tiosianat dan sediaan injeksinya. Sedangkan iodometri adalah titrasi
tidak langsung yang digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa dengan
potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa
–senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O
(Rohman, 2012).
Vitamin C
atau asam askorbat merupakan salah satu vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Kekurangan vitamin C telah dikenal sebagai penyakit sariawan dengan
gejala seperti gusi berdarah, sakit lidah, nyeri otot dan sendi, berat badan
berkurang, lesu, dan lain-lain. Vitamin C mempunyai peranan yang penting bagi
tubuh manusia seperti dalam sintesis kolagen, pembentukan carnitine, terlibat
dalam metabolisme kolesterol menjadi asam empedu dan juga berperan dalam
pembentukan neurotransmitter norepinefrin. Vitamin C memiliki sifat sebagai
antioksidan yang dapat melindungi molekul-molekul yang sangat diperlukan oleh
tubuh, seperti protein, lipid, karbohidrat, dan asam nukleat dari kerusakan
oleh radikal bebas dan reaktif oksigen spesies. Vitamin C juga dibutuhkan untuk
memelihara kehamilan, mengatur kontrol kapiler darah, secara memadai, mencegah
hemoroid, mengurangi resiko diabetes dan lain-lain (Helmi, 2007).
MATERI DAN METODE
Waktu dan
Tempat
Praktikum kimia dasar ini dilakukn setiap hari Minggu, 27 Oktober – 14 Desember 2014, yang bertempat di Laboratorium
Saintek, Universitas
Jambi.
Materi
Pemisahan dan Pemurnian
Adapun alat yang perlu disiapkan pada praktikum pemisahan dan pemurnian adalah gelas kimia yang berukuran 50ml dan 250
ml, corong, cawan penguap,gelas ukur 50ml,
pembakar, kaca erloji, dan kertas
saring. Sedangkan bahan yang diperlukan
yaitu CuSO4.5H2O, garam dapur, yod, kapur tulis, dan pasir.
Kromatografi
Adapun alat dan bahan yang
digunakan dalam praktiku kromatografi yaitu gelas kimia, kertas, penggaris, pensil,
tinta warna biu, hitam, merah,lidi dan air.
Stoikiometri
Alat dan
zat yang digunakan dalam pratikum stoikiometri adalah tabung reaksi, larutan
CuSO4 1 M ,larutan NaOH 2 M, dan larutan HCl.
Laju Reaksi
Alat dan zat yang diperlukan pada
praktikum laju reaksi seperti labu 250 mL 4 buah, tabung ukur 100 mL, larutan
natrim tiosulfat 1M, larutan asam klorida, batang gelas, gelas kimia 100mL,
mortir, kalium iodida, merkuri klorida, pipet tetes 3 buah, gelas kimia 150 mL, tabung
ukur 25 mL, tabung raksi kecil, penjepit tabung reaksi, rak tabung reaksi,
stopwatch, larutan asamoksalat 0,05M, larutan Kaliu, permangant 0,01M dan
larutan asam sulfat 0,5M.
Titrasi Oksidasi Reduksi
Adapun
alat dan zat yang digunakan dalam pratikum titrasi oksidasi reduksi adalah 10
ml larutan tinta, larutan H2SO4, buret dan tabung
titrasi.
Metoda
Pemisahan dan Pemurnian
Percobaan pertama pada praktikum pemisahan dan
pemurnian, masukkan kurang lebih 1 sendok pasir ke dalam gelas kimia yang
berisi air, kemudian diaduk. Biarkan pasir mengendap. Kemudian tuangkan
larutan bagian atas. Percobaan kedua,
masukkan bubuk kapur tulis ke dalam gelas kimia, kemudian diaduk. Siapkan
corong dan kertas saring, lalu lakukan penyaringan. Percobaan ketiga, larutkan
garam dapur dalam gelas kimia yang berisi air, kemudian larutan garam ini
disaring dengan mmenggunakan kertas saring. Uapkan garam yang telah diisaring
ini dalam cawan penguap. Percobaan keempat, larutkan 10 gram CuSO4.5H2O ke
dalam 50 ml air. Lalu uapkan larutan ini di atassmpembakar sehingga volume
menjadi 20 ml, kemudian didnginkan. Perhatikan kristal yang terjadi. Percobaan kelima,
campurkan satu sendok pasir dan satu sendok garam dapur, sampai homogen.
Masukkan kedalam gelas kimia, panaskan campuran ini kemudian saring. Zat padat
yang tertinggal di corong cuci dua sampai tiga kali denga 5 ml air. Air
saringan dan air cucian disatukan, kemudian uapkan di aas pembakar dalam cawan
penguapan. Jika airnya sudah hampir habis, hendaknya disishkan sebentar dan
biarkan air menguap sendiri. Percobaan keenam, masukkan 2 gram yod yang kotor
dikoori dengan pasir atau natrium karbonat ke dalam cawan penguapan. Tutup
cawan dengan kaca erloji. Sesudah didinginkan kumpulkan kristal-kristal
tersebut. Perhatikan bentuk kristal yang terbentuk.
Stoikiometri
Metoda pada stoikiometri sistem CuSO4 – NaOH
yaitu gunakan larutan CuSO4 1 M dan NaOH 2 M. Masukkan 8 mL NaOH ke dalam gelas
kimia atau gelas plaastik dan cata temperaturnya. Sementara diaduk, tambahkan 5
mL larutan CuSO4 yang diketahui temperatur awalnya dan amati temperatur dari
campuran. (hal yang perlu dicatat temperatur larutan CuSO4 harus diatur agar
sama dengan temperatur larutan alkali dalam gelas kimia ssebelum pencampuran).
Kemudian ulangi percobaan menggunakan 6 mL NaOH dan & mL CuSO4, 5 mL NaOH
dan 8 mL CuSO4, dan terakhrir 7 mL NaOH dan 6 mL CuSO4.
Metoda stoikiometri asam-basa yatu ke dalam 5
buah gelas piala masukkan
berturut-turut 1, 2, 3, 4 dan 5 mL larutan NaOH, dan ke dalam 5 buah
gelas piala lainnya masukkan berturut-turut 1, 2, 3, 4 dan 5 mL larutan HCl.
Temperatur dari tiap-tiap macam larutan diukur dicata. Kemudian ambil harga
rata-ratanya (ini adalah temperatur mulam-mula TM). Setelah itu kedua macam
larutan inidicampurkan sedemikian rupa, sehingga volume campuran larutan asam
dan basa ini selalu tetap yaitu 6 mL. Perubahan temperatur yang terjadi selama
campuran ini diamati dan dicata sebagai temperatur akhir. Dengan demikian
diperoleh harga ∆T untuk setiap kalli pencampuran larutan asamm basa.
Selanjutnya, buatlah grafik antara ∆T sumbu y dan volume sumbu x.
Kromatografi
Adapun metoda praktikum kromatogafi yaitu buatlah
garis dengan pensil 1 cm dari ujung bawah kertas kromatografi. Buat titik
dengan tinta hijau ditengah garis. Buat titik
dengan tinta lain di sebelah kiri dan kana dengan jarak 2 cm, biarkan
mengering. Kemudian gulung kertas hingga membentuk silinder. Tempetkan kertas
dalam gelas kimia yang baerisi air setinggi 1 cm, sehingga ujung kertas
tercelup dalam air (jaga sehingga titik tinta tidak sampai tercelup/ terendam
air). Biarkan air merambat kebagian atas kertas, zat warna dalam tinta akan
ikut merambat naik. Jika air sudah merambat mendekati ujung atas kertas,
keluarkan kertas dan beri tanda batas rambatan air. Perhatikan noda-noda zat
warna dalam tinta. Biarkan kertas mengering. Ukur jarak batas air dan jarak
tiap noda zat warna dari garis pensil pada ujung bawah kertas. Hitung harga
perbandingan kedua jarak.
Laju Reaksi
Cara pengerjaan reaksi antara natrium tiosulfat
dan asam klorida pada praktikum faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu
tuangkan kedalam masing-masing labu yang ditandai A,B,C 25 mL natrium tiosulfat
1M. Kemudian kedalam B dan C tambahkan berturut-turut 25mL dan 50 mL air dan
guncangkan labu-labu itu, agar terjadi pencampuran yang sempurna. Lalu pada
labu Abubuhkan 25 mL asam klorida5M dan kkcok labu tersebut jalankan stopwatch
tepat pada saat larutan larutan asam klorida dituangkan dan hentikan stopwatch
tepat pada saat kekeruhan timbul. Lakukan hal yang sama pada larutan B dan C.
Terakhir bandingkan kecepatan pembebasan belerang
itu dan terangkan hasil-haasil yang tercapai, catat semua hasil percobaan pada lembaran
pengamatan. Cara pengerjaan reaksi antara kalium iodida dan merkuri klorida
yaitu taruh kira-kira 2 gram masing-masing dari kalium iodida dan merkuri
klorida dalam gelas kimia dan amati perubahan yang terjadi. Aduk campuran itu
dengan batang gelas, mula-mula secara paearlahan lalu dengan cepat, dan
akhirnya tambahkan air 1 mL. Catat semua pengamatan pada lembaran pengamatan.
Reaksi ketiga adalah reaksi antara kalium permanganat dan asam oksalat yaitu
encerkan 50 tetes larutan asam okksalat dengan air hingga menjadi 25 mL
(larutan A). Lakukan hal yang sama dengan larutan kalium permangant (larutan
B). Selanjutnya dalam satu tabung reaksi
kecil bubhkan pada 2 tetes larutan A, 2 tetes larutan asam sulfat 0,5 M dan 1
tetes larutan B. Jalankan stopwatch ketika tetes terakhir ini ditambahkan.. ukur
waktu yang diperlukan agar warna larutan hilang. Kemudian panaskan tabung
reaksi yang mengandung 2 tetes larutan A dan tetes larutan asam sulfat 0,5 M
dalam air mendidih selama 10 setik. Kemudian tambahkan 1 tetes larutan B, dan
catat waktu yang diperlukan agar warna kalium permanganat itu hilang.
Titrasi Oksidasi Reduksi
Cara
pengerjaan pratikum titrasi oksidasi reduksi adalah masukan 10 ml tinta kedalam
gelas titrasi, lakukan tittrasi dengan larutan H2SO4 hingga warna berubah.
Catat berapa ml diperlukan larutan H2SO4 untuk perubahan warna pada tinta.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemisahan
dan Pemurnian
Pemisahan dilakukan untuk memisahkan
dua zat atau lebih yang saling bercampur dan pemurnian dilakukan untuk
mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh zat
lain.Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang
saling bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telag
tercemar atau tercampur.
Ada beberapa cara pemisahan campuran
: filtrasi pemisahan zat padat dari cairan melalui saringan yang berpori.
Kristalisasi pemisahan untuk memperoleh zat padat yang larut dalam cairan.
Terbagi 2 yaitu : penguapan dan pendinginan. Destilasi cara memperleh cairan
yang dikotori zat terlarut dan becampur dengan cairan lain yang titik didihnya
berbeda.
secara makrokopis koloid tampak homogeny, tetapi
sacara mikrokopis koloid bersifat heterogen. Oleh karena itu, koloid
digolongkan kedalam campuran heterogen. Campuran koloid pada umumnya bersifat
stabil dan tidak disaring. Ukuran partikel koloid terletak antara 1-100nm,
berada diantara larutan dan larutan kasar atau suspense, sehingga masih cukup
kecil untuk menembus kertas saring biasa, cukup besar untuk menembus membrane
atau filter ultra. Pada
percobaan pertama yaitu pada pasir dicampurkan dengan air pada saat diaduk akan
berhomogen namun ketika diendapkan pasir akan mengaendap kebawah dan air tetap
jernih. Kemudian larutan ditumpahkan. Pemisahan ini disebut dekantasi. Hal ini
sesuai dangan pendapat Wong (2011) yang mengatakan dekantasi adalah pemisahan
komponen-komponen dalam campuran dengan cara dituang secara langsung. Dekantasi
dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat atau zat cair
dengan zat cair yang tidak saling campur (suspensi).
Percobaan kedua yaitu mengamati larutan bubuuk kapur didalam larutan.
Awalnya larutan bercampur homogen namun ketika disaring tertinggallah ampas
bubuk kapur atau yang disebut residu
pada kertas saring, dan air jernih kembali. Ini disebut dengan penyaringan
atau filtrasi. Hal ini juga sesuai dengan peengertian penyaringan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Susilo Tri A (2011) bahwa filtrasi, yaitu pemisahan
komponen-komponen dalam campuran dengan menggunakan filter (penyaring). Hasil
filtrasi disebut filtrat sedangkan sisa filtrasi disebut residu atau ampas.
Filtrasi dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat yang
tidak saling larut.
Pada percobaan ketiga membuktikan tentang kristalisasi. Hasil
yang didpat dari percobaan ini adalah ketika larutan garam dapur dan CuSO4
mengalami pemanasan maka akan terbentuk Kristal – Kristal di sisi gelas kimia
atau cawan penguapan. Menurut Babhel J.M(2003) kristalisasi adalah proses membentuknya Kristal
padat baik dari gas, cair atau molekul.
Percobaan keempat yaitu mengamati garam CuSO4.5H2O yang diuapkan di atas
pembakar. Dalam penguapan tersebut terdapat kristal-kristal berwarna biru di
pinggir cawan penguap. Ini disebut kristalisaasi. Ini sesuai dengan pendapat
Kednan (2000),
kristalisai dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat
yang saling larut. Pada kristalisasi, larutan pekat didinginkan sehingga zat
terlarut mengkristal. Hal itu terjadi karena kelarutan berkuran ketika suhu
diturunkan. Apabila larutan tidak cukup pekat, dapat dipekatkan terlebih dahulu
dengan jalan penguapan, kemudian dilanjutkan dengan pendinginan. Melalui
kristalisasi diperoleh zat padat yang lebih murni karena komposisi larutan
lainnya yang kadarnya lebih kecil tidak ikut mengkristal
Percobaan kelima adalah mengamati air saringan dan air cucian disatukan
kemudian diuapkan di atas pembakar. Hasilnya adalah air menggumpal seperti
butter. Destilasi, yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran yang
didasarkan pada perbedaan titik didih komponen campuran tersebut melalui
pemanansan/pendidihan campuran. Destilasi dapat dilakukan untuk memisahkan
campuran zat cair dan zat cair yang berbeda titik didihnya. (Michael
Purba:2006)
Percobaan keenam, pada saat yod yang sudah dikotori dwngan pasir tadi
dpanaskan dalam cawan penguap yang kemudian ditutup dengan kaca erloji. Maka
terbentuklah kzat padat pada kaca erloci dengan bentuk tidak beraturan. Setelah
didinginkan terbentuk kristal-kristal ungu. Hal ini sesuai dengan pernyatan
stanley (2006)., sublimasi adalah perubahan zat dari wujud zat padat ke gas.
Faktor-faktor
yang menentukan dalam analisis pengendapan adalah endapan dapat diubah menjadi
zat murni dengan komposisi tertentu. Pengendapan dilakukan dala larutan panas.
Pada temperatur yang tinggi kecepatan kristalisasi bertambah, jadi menimbulkan
kristal yang terbentuk lebih baik
(Mendham
2004)
Pada
tekanan udara yang rendah zat padat juga bisa berlangsung menjadi bentuk gas,
proses ini dinamakan sublimasi
(Dorensbqura
2001)
Destilasi sederhana biasa adalah tekhnik
pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponenyang memiliki perbedaan
titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa
ini untuk memperoleh senyawa murninya. Senyawa-senyawa yang terdapat dalam
campuran akan menguap pada saat mencapai titik didih masing-masing. Pemisahan
senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap senyawa dalam
campuran .
Zat padat
umumnya mempunyai titik lebur yang tajam, sedangkan zat padat amorf akan
melunak dan kemudian melebur dalam rentangan suhu yang besar. Partikel zat
padat amorf sulit dipelajari karena tidak teratur. Oleh sebab itu, permbahasan
zat padat hanya membicarakan kristal. Kemudahan suatu endapan dapat disaring
dan dicuci tergantung sebagian besar pada struktur morfologi endapan, yaitu
bentuk dan ukuran-ukuran kristalnya. Semakin besar kriistal-kristal yang
terbentuk selama berlangsung pengendapan, makin mudah mereka dapat disaring dan
mungkin sekali makin cepat kristal itu akan turun keluar dari larutan yang
lagi-lagi akan membantu penyaringan.
Kromatografi
Kromatografi:
Warna
|
Warna noda
|
jarak noda
/ jarak air
|
Biru
|
Biru muda
|
3,0/11,5=0,26
|
Hijau
|
Hijau muda
|
6,4/11,5=0,556
|
Merah
|
Merah muda
|
2,8/11,5=0,24
|
Kromatografi kertas adalah salah satu pengembangan dari akromatogradi
partisi yang menggunakan kertas sebagai padatan pendukung fasa diam. Sebagai
fasa diam adalah air yangteradsorbsi pada ketas dansebgai larutan pengembang
biasanya pelarut oraganik yang telah dijenuhkan. (Yoshito
Takeuchi:2009).
(Joko, 2008:157) menyatakan bahwa
semakin bannyak tinta yang diteteskan , maka semakin lebar pula resapan
tintanya. Dan penetesan tintanya jangan terlalu banyak akan mengakibatkan
melebarnya tinta warna yang sangat banyak.
(fransisco, 2004) berpendapat bahwa Semakin tinggi volume larutan
NaOH semakin rendah temperature yang dihasilkan dan Semakin rendah volume
larutan NaOH, maka semakin tinggi temperature yang dihasilkan
Faizal Akbar (2011), dalam kromatografi kertas
fasa diam didukung oleh suatu zat padat berupa bubuk selulosa. Fasa diam
merupakan zat cair yaitu molekul H2O yang teradsorpsi dalam selulosa
kertas.fasa gerak berupa campuran pelarut yang akan mendorong senyawa untuk
bergerak disepanjang kolom kapiler.
Analisis kualitatif menggunakan kromatografi kertas dilakukan dengan
cara membandingkan harga relative response factor (Rf). Nilai Rf identik dengan
time retention (tR) atau volume retention (VR).
Nilai Rf dapat ditentukan dengan cara:
Rf = jarak yang ditempuh
noda / jarak yang ditempuh pelarut
Pada
saat kertas dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi air terjadilah adsorbsi
air sehingga zat warna pada tinta ikut merambat naik juga. Hal ini sesuai
dengan pandapat Yoshito Takeuchi (2009): Kromatografi
kertas adalah salah satu pengembangan dari akromatogradi partisi yang
menggunakan kertas sebagai padatan pendukung fasa diam. Sebagai fasa diam
adalah air yang teradsorbsi pada ketas dansebgai larutan
pengembang biasanya pelarut oraganik yang telah dijenuhkan.
Dalam percobaan ini metode ascending, dimana
pelarut maupun komponen akan teradsorbsi dan bergerak ke atas dengan gaya
kapiler pada kertas kromatografi, berlawanan dengan gaya gravitasi hingga 3/4 bagian dari panjang kertas kromatografi
tersebut. Dari hasil percobaan didapatkan jarak gerak pelarut atau larutan
pengembang yaitu sebesar 3.0 , 6.4 , dan 2.8 .
Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan
(pusat zona campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap
zona. Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan
menunjukkan identitas suatu zat yang dicari, contohnya asam amino dan
intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan
membandingkan dengan noda-noda standar (Khopkar, 2005).
Stoikiometri
Stoikimetri NaOH-CuSO4
:
NaOH mL
|
CuSO4 mL
|
TM
|
TA
|
∆T
|
4
|
1
|
28º C
|
28º C
|
0º
C
|
3
|
2
|
27,5º C
|
28º C
|
0,5º
C
|
2
|
3
|
27,8º C
|
28º C
|
0,2º
C
|
1
|
4
|
27,5º C
|
28º C
|
0,5º
C
|
Grafik stoikiometri NaOH-CuSO4:
Stoikometri
Asam Basa :
NaOH mL
|
HCl mL
|
TM
|
TA
|
∆T
|
1
|
4
|
27°C
|
30°C
|
3°C
|
2
|
3
|
27°C
|
32°C
|
4°C
|
3
|
2
|
27°C
|
33°C
|
5°C
|
4
|
1
|
27°C
|
31°C
|
4°C
|
Berdasarkan
hasil diatas, perubahan yang menjadi faktor utama adalah perubahan suhu yang
digunakan untuk menentukan stoikiometri dari larutan tersebut.
Data yang didapatkan, dibuat dalam bentuk grafik hubungan antara
perubahan temperatur dengan mmol CuSO4/mmol NaOH atau perubahan suhu
dengan mmol NaOH/mmol HCl. Dari grafik tersebut dapat dilihat adanya perubahan
konsentrasi dan jumlah dari suatu larutan bisa mempengaruhi perubahan
temperatur suatu larutan. Sehingga dapat diketahui pada suhu dan mmol berapa
yang menjadi titik minimum dan maksimum stoikiometri.
Titik maksimum adalah titik maksimal yang dicapai pada angka yang
dihasilkan dari suatu larutan dengan perbandingan suhu dan kuantitas molar
pereaksinya sedangkan titik minimum adalah titik terendah yang dicapai pada
angka yang dihasilkan dalam tabel.
Terlihat dalam grafik sumbu x yaitu volume kedua
larutan yang dipakai sedangkan sumbu y yaitu selisih antara Takhir dikurangi
Tmula.
Dalam percobaan pertama dapat dituliskan
persamaan reaksi :
CuSO4
+ NaOH Ca(OH)2 + NaSO4 dan pada
reaksi tersebut menghasilkan karena merupakan reaksi pengendapan dan Cu tidak
bercampur dengan SO4, pada
percobaan kedua dapat dituliskan persamaan reaksi : NaOH + HCl NaCl
+ H2O
Stoikiometri dapat diaplikasikan dalam bidang
pangan dalam pembuatan tape dan menentukan kadar kalori, vitamin, lemak,
mineral dengan perhitungan suhu stoikiometri.
Laju Reaksi
Reaksi antara seng dan asam klorida:
Reaksi antara seng dan asam klorida dinyatakan
gagal. Karena,dipengaruhi oleh keadaan balon yang tidak rapat pada tabung
reaksi. Keadaan balon yang tidak rapat pada tabung reaksi memungkinkan udara
masuk kedalam tabung reaksi tersebut. Untuk terjadinya suatu reaksi tidak
dibutuhkan bantuan dari udara luar balon itu, akan tetapi hanya membutuhkan
udara yang ada didalam tabung reaksi dan didalam balon tersebut. Sehingga
ketika terjadi kelonggaran mengakibatkan tidak terbentuknya karbondioksida.
Reaksi antara kalium karbonat dan asam klorida:
Ukuran partikel
|
Waktu (sekon)
|
Kasar
|
46 sekon
|
Halus
|
35 sekon
|
Reaksi antara natrium triosulfat dan asam klorida:
Tabung
|
Temperatur
|
Waktu (menit:detik)
|
1
|
Normal (suhu kamar)
|
7:51
|
2
|
Panas
|
3:02
|
Laju reaksi adalaha besarnya perubahan jumlah
pereaksi dan hasil reaksi persatuan waktu. Secara matematika, laju reaksi dapat
dijelaskan sebagai bearikut: mA + nB
pC + qD . (Sandri J,
Muchtaridi: 2009)
Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses
berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu
satua waktu. Satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun.
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring
dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat peraksi semakin sedikit,
sedangkan produk semakin banyak. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju
berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya produk.( gek_ra:2009)
Apabila semakin kecil konsentrasi pereaksi, maka
semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun
semakin kecil.(Anis Dyah R dan Waljinah: 2009) sesuai
dengan percobaan reaksi antara kalium karbonat dan asam klorida.
Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu
pada suatu rekasi yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin
aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju
reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel
semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil. (Sudisono S dkk:2007). Sesuai dengan percobaan natrium triosulfat dan asam klorida.
Kecepatan
suatu reaksi juga meningkat oleh apapun yang menyebabkan pereaksi-pereaksi
semakin besar hubungannya antara satu sama lain, ini dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu menaikkan suhu untuk reaksi endoterm, memperluas permukaan
bidang sentuh pereaksi, meningkat konsentrasi pereaksi gas dan penambahan
katalis(Purba:2002).
Pada suhu, laju reaksi dapat juga dipercepat
atau diperlambat dengan mengubah suhunya. Suhu juga berbanding lurus dengan
laju reaksi karena bila suhu reaksi dinaikkan maka laju reaksi juga semakin
besar (Wahyu 2010).
Katalisator
adalah zat yang ditambahkan ke dalam
suatu reaksi dengan maksud memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut
terlibat dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen,
dengan kata lain pada akhir reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk
dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi. Fungsi
katalis adalah memperbesar kecepatan
reaksinya (mempercepat reaksi) dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya
tahap-tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan
maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat (peevee
veedies 'jutexmuetz’ 2009).
Kecepatan reaksi berbanding lurus
dengan konsentrasi pereaksi berpangkatan bilangan order reaksinya. ( Drs.
Mulyono HAM. Mpd 2006)
Mengukur seberapa cepat reakton
habis bereaksi/seberapa cepat produk terbentuk laju dinyatakan sebagai
perbandingan perubahan konsentrasi terhadap waktu .
Titrasi oksidasi reduksi
Istilah oksidasi mengacu pada setiap
perubahan kimia di mana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi
digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi
disertai dengan hilangnya electron sedangkan reduksi memperoleh electron.
Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan
bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami
kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi reduksi harus selalu berlangsung bersama
dan saling mengkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu
kepada suatu senyawa, tidak kepada atonya saja. Jika suatu reagen berperan baik
sebagai oksidator dan redukstor maka dikatakan zat tersebut mengalami
autooksidasi atau disproporsionasi.
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan
oksidasi reduksi dipergunakan secara luas dalam analisis titrimetric. Ion-ion
dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi oksidasi yang berbeda-beda.
Menghasilkan kemungkinan terjadi banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksi ini
memenuhi syarat untuk digunakan dalam analisa titrimetric dan
penerapan-penerapannya cukup banyak.
Reaksi antara larutan tinta dan H2SO4 :
|
Titrasi
|
Kedudukan
buret:
-
setelah titrasi
-
awal titrasi
|
13
10,4
|
Jumlah
KMnO4 yang digunakan (ml)
|
2,6
|
Ketika
larutan tinta dititrasikan dengan larutan KmnO4 warna larutan tinta menjadi
pudar atau terjadi perubahan warna. Sesuai dengan penjelasan dari Rivai (2003) Redoks sering di hubungkan dengan terjadinya
perubahan warna lebih sering dari pada yang di amati dalam reaksi asam basa
reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan selalu terjadi perubahan
bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsur dari reaksi kimia. Penerjemaan
reaksi redoks agak lebih sulit di tulis dan di kembangkan dari persamaan reaksi
biasa lainya. Karena, jumlah zat yang di pertukarkan dalam reaksi redoks sering
kali lebih dari satu sama lainya dengan persamaan reaksi lain. Persamaan reaksi
redoks harus di seimbangkan dari segi muatan dan materi pengembangan materi
biasanya dapat di lakukan dengan mudah sedangkan penyeimbangan muatan agak
sulit karena itu perhatian harus di curahkan pada penyeimbangan muatan. Muatan
berguna untuk menentukan faktor stiokiometri menurut batasan umum, reaksi
redoks adalah proses serah terima elektron antara dua system redoks.
Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu
zat yg ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yg dinyatakan dgn perubahan
warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 2000).
Larutan basa yg akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa
panjang berskala) & jumlah yg terpakai dpt diketahui dari tinggi sebelum
& sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam
geipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya
disekitar titik ekivalen. Dlm titrasi yg diamati adalah
titik akhir bukan titik ekivalen.
Dalam larutan, kadar bahan yang
terlarut (solut) dinyatakan dengan konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya
massa yang terlarut dihitung sebagai berat (gram) tiap satuan volume
(mililiter) atau tiap satuan larutan, sehingga satuan kadar seperti ini adalah
gram/mililiter. Cara ini disebut dengan cara berat/volume atau b/v. Disamping
cara ini, ada cara yang menyatakan kadar dengan gram zat terlarut tiap gram
pelarut atau tiap gram larutan yang disebut dengan cara berat/berat atau b/b.
Secara matematis, perhitungan kadar suatu senyawa yang ditetapkan secara
volumetri dapat menggunakan rumus-rumus umum berikut
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum yang telah dipraktikan yaitu dalam pemisahan
dan pemurnian sangat tergantung pada zat yang pelaut dan zat terlarut. Jika
berbeda pelarut dan terlarutnya maka cara pengerjaannya berbeda hasilnya pun
berbeda. Pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau
lebih yang saling bercampur dan pemurnian dilakukan untuk mendapatkan zat murni
dari suatu zat yang telah tercemar oleh zat lain.Pemisahan dan pemurnian adalah
proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling bercampur serta untuk
mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telag tercemar atau tercampur.
Kesimpulan dari
praktikum kromatografi ini adalah yakni semakin jauh jarak noda dari titik maka
jarak semakin mudah diamati. Kesimpulan
dari stoikimetri yaitu dari percobaan ini bahwa campuran larutan bervariasi
namun, sebelum dicampurkan sudah dihitung masing-masing. semakin bannyak tinta yang diteteskan , maka semakin lebar pula resapan
tintanya. Dan penetesan tintanya jangan terlalu banyak akan mengakibatkan
melebarnya tinta warna yang sangat banyak. Semakin
tinggi volume larutan NaOH semakin rendah temperature yang dihasilkan dan
Semakin rendah volume larutan NaOH, maka semakin tinggi temperature yang
dihasilkan
Kesimpulan
pada pratikum laju reaksi yaitu laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi
larutan, ukuran suatu partikel zat padat, temperatur suatu tempat dan katalis. Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa
lambat suatu proses berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang
terjadi dalam satu satua waktu. Satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam,
hari atau tahun.
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring
dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat peraksi semakin sedikit,
sedangkan produk semakin banyak. Untuk terjadinya suatu reaksi tidak dibutuhkan bantuan dari udara luar
balon itu, akan tetapi hanya membutuhkan udara yang ada didalam tabung reaksi
dan didalam balon tersebut. Sehingga ketika terjadi kelonggaran mengakibatkan
tidak terbentuknya karbondioksida.
Kesimpulan pada pratikum
titrasi oksidasi adalah perubahan warna menandakan telah tercapainya titik
akhir titrasi. Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi reduksi
dipergunakan secara luas dalam analisis titrimetric. Ion-ion dari berbagai
unsur dapat hadir dalam kondisi oksidasi yang berbeda-beda. Menghasilkan
kemungkinan terjadi banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksi ini memenuhi
syarat untuk digunakan dalam analisa titrimetric dan penerapan-penerapannya cukup
banyak.
Saran
Dalam praktikum ini hendaknya harus berhati-hati dalam meneliti dan
menggunakan sarung tangan dan masker. Serta setiap kelompok harus didampingi
oleh satu orang asdos. Agar pratikum dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Khopkar, SM. 2008. Konsep Dasar Kimia
Analitik. UI-Press. Jakarta.
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisik untuk
Paramedis. ANDI. Yogyakarta.
Wong. 2011. jenis-metode-pemisahan-campuran.
wong168.wordpress.com.
02 November 2013
Chang ,Raymond .”Kimia Dasar Konsep-Konsep inti”,
Jilid 2.Erlangga ,2005,Jakarta
Rizkia,2008.”Kromatografi”.
http://rizkiak08.student.ipb.ac.id/2010/06/18/kromatografi/.07 Desember 2012
Meggy Yulia,2009.”Prinsip
keterabsorpsian”.
Yoshito Takeuchi,2009.”kromatografi” .
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/pemurnian-material/kromatografi/.
07 Desember 2012.
S Hamdani,2011. “Likopen” http://catatankimia.com/catatan/likopen.html.
09 Desember 2012
Ronquillo, Ulysses. 2011. Berbagai macam metode pemisahan.
Tri A, Susilo. 2011. Pengertian Penyaringan. Chemistry 35
blogger. 04
November 2013
Keenan, Charles W. dkk., 1992,
Kimia Untuk Universitas Jilid 2.
Jakarta. Erlangga.
Stanley, SJ. 2006. Tehnik Kimia. New york. Prentice Hall
inc.
Purba, Michael. 2006. Kimia SMA Kelas X.. Jakarta. Erlangga
Purba,
Michael. 2006. KIMIA SMA Kelas XI.. Jakarta. Erlangga
29 November 2013
Muchtaridi.
2009. KIMIA 2. Jakarta. Yudhitira.
ilmu-stoikimetri.misbachudin.com/tag/
Chemia.2009.
Stoikiometri. chemiaetschoola.blogspot.com 13
November 2013
1 Desember 2013
Akbar,
Faizal.2011. Kromatografi kertas.
Scribd.com/ scribd
09 November 2013
Afrianto, Eddy. 2008 .
Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan.
Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah,. Jakarta Departemen PendidikanNasional.
Svehla, G. 1979. Vogel
Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi
Mikro Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta PT. Kalman Media Pustaka.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia.
Morie,
indigo.2009.Hal-hal-yang-mempengaruhi-laju-reaksi. belajarkimia.com
30 November 2013
Gek_ra.2009. Laju reaksi.
Bali. www. yolyolyolanda.wordpress.com 16 Nov 2013
Septian.2009.
KINEMATIKA.www.septian.wordpress 16 Nov 2013
Hidayat,
Arif .2008. Katalis. arhidayat.staff.uii.ac.id 15 Nov 2013
Muchtaridi
dan J, Sandri.2009. Kimia 2. Jakarta. Yudhistira
Waldjinah. 2009.KIMIA.
Jakarta. Intan Pariwara
Arsyad, M Natsir. 2001. Kamus
Kimia Arti dan Penjelasan Istilah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Irfan, Anshari. 2003. Penuntun
Pelajaran Kimia. Ganeca Exact, Bandung
Karyadi, Benny. 2004. Kimia 2.
Balai Pustaka, Jakarta.
Syukri, S. 2009. Kimia Dasar
1. ITB, Bandung.
Vogel, 2007. Analisa Anorganik
Kualitatis. Kalmen Media Pustaka, Jakarta.