I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Darah
merupakan jaringan pengikat dengan sel-selnya terendam dalam cairan matriks
(plasma darah) yang terdiri dari senyawa organik dan anorganik. Darah mempunyai
fungsi sebagai transportasi yaitu pembawa zat-zat makanan dan zat sisa
metabolisme atau zat yang berbahaya lainnya untuk dibuang, mempertahankan
lingkungan asam basa, mempertahankan homeostasis, serta sebagai pertahanan
tubuh dengan cara menghancurkan mikroorganisme (antigen) melalui fagositosis
dan aktivitas antibodi.
Darah
yang akan diperiksa agar tidak membeku dapat diberi antikoagulan. Tidak semua
antikoagulan dapat dipakai karena berpengaruh terhadap bentuk eritrosit atau
leukosit yang akan diperiksa morfologinya. Antikoagulan (anti beku darah) yang
umum digunakan ada 4 macam, yaitu oxalat, natrium sitrat, heparin, dan EDTA
(Ethylene Diamine Tetra Acetic Acids. Namun dari keempat antikoagulan hanya
EDTA yang digunakan karena EDTA mengubah ion Ca dari darah menjadi bentuk yang
bukan ion sehingga darah tidak membeku dan tidak merusak sel darah.
Sel
darah merah (eritrosit) mamalia mempunyai bentuk yang berbeda dengan sel darah
merah unggas. Sel darah mamalia berbentuk seperti cakram, bikonkaf, sirkular
dan tidak berinti. Sedangkan sel darah merah unggas berbentuk lonjong atau oval
dan berinti.
Koagulasi
atau pembekuan darah merupakan salah satu faktor penting dalam menghentikan
suatu perdarahan. Di dalam tubuh terdapat dua mekanisme koagulasi darah yaitu
mekanisme intrinsik yang merupakan serangkaian reaksi enzimatik yang diawali
apabila darah bersentuhan dengan permukaan asing dan mekanisme ekstrinsik yang
merupakan serangkaian reaksi yang terjadi apabila kerusakan darah cukup parah,
sehingga jaringan sekitar terkena dan akan berakibat keluarnya cairan dari
jaringan yang mengandung lipoprotein yang khas.
Laju
Endap Darah (LED) merupakan suatu pemeriksaan darah yang dapat membantu
penentuan status kesehatan seekor hewan. LED dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain perubahan komposisi plasma darah, jumlah sel darah merah dan
tegangan permukaan.
Hemolisis
adalah pecahnya atau rusaknya membran eritrosit sehingga hemoglobin keluar dari
sel darah dan bebas di dalam medium sekelilingnya. Apabila larutan hipotonis
tersebut akan masuk kedalam sel darah melalui membran semipermeabel, sehingga
sel darah akan membengkak yang berakibat membran sel meregang dan akhirnya
terjadi kerobekan membran dan hemoglobin keluar dari sel.
Hematokrit
atau Packed Cell Volume (PCV) merupakan persentase sel-sel darah merah di dalam
100 ml darah. Darah yang ditambah antikoagulan kemudian disentrifuge dengan
kecepatan tinggi, maka darah akan terpisah menjadi 3 bagian, yaitu lapisan
teratas (plasma berwarna kuning), lapisan tengah (buffy coat) dan lapisan
terbawah (eritrosit berwarna merah tua). Metode yang digunakan untuk pengukuran
nilai hematokrit yaitu metode mikro hematokrit dan makro hematokrit.
Hemoglobin
(Hb) merupakan pigmen eritrosit yang terdiri dari protein kompleks terkonyugasi
yang mengandung besi. Ada beberapa metode yang dapat digunkan untuk menentukan
kadar Hb dalam darah yaitu metode hematin-asam, metode wong, metode
cyanmethemoglobin dan metode oksihemoglobin.
Darah
mengandung sel-sel darah yang dibagi dalam 3 kelompok yaitu sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping-keping darah (trombosit).
Untuk menghitung jumlah sel darah dipergunakan alat hemocytometer, pipet
pengencer untuk sel darah merah, dan pipet pengencer untuk sel darah putih.
Perhitungan
total leukosit penting untuk diagnosa klinik, tetapi akan lebih memberikan
gambaran yang lengkap dengan perhitungan diferensial leukosit. Diferensial
leukosit merupakan persentase setiap jumlah sel darah putih dari total
leukosit. Bentuk sel leukosit dibagi menjadi dua, yaitu granulosit
(neutrofil,eosinofil,dan basofil) dan agranulosit (limfosit kecil, limfosit
besar dan monosit).
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan
dilaksanakannya praktikum fisiologi darah mengenai preparat natif darah adalah
untuk mengamati, memperhatikan bentuk sel darah (eritrosit dan leukosit)
mamalia dan unggas, mengamati, memperhatikan ada tidaknya sel yang mengalami
pengkerutan (krenasi) dan bentuk rouleaux, dan mengamati ada tidaknya
mikroorganisme di dalam darah. Mengenai
waktu perdarahan yaitu untuk menentukan lama waktu perdarahan dengan metode
Duke. Mengenai waktu beku darah yaitu untuk menentukan waktu beku darah ternak
atau manusia. Tujuan LED yaitu untuk menentukan laju endap darah dengan
menggunakan tabung westergreen. Tujuan hemolisis dan ketahanan osmotik yaitu
mengamati hemolisis darah dan keriput pada membran peritrosit (krenasi) akibat
perubahan larutan medium darah dan menentukan batas konsentrasi NaCl dari
medium dimana erirosit mulai lisis (minimum resistance) dan hemolisis total
(maximum resistance). Tujuan hematokrit yaitu menentukan nilai hematokrit (%
volume eritrosit di dalam darah) dengan metode mikrohematokrit. Tujuan hemoglobin
yaitu menentukan kadar hemoglobin di dalam darah menurut metode sahli. Tujuan
menghitung sel darah merah sapi dan ayam per mm3 darah dan untuk
mengetahui jumlah sel darah putih sapi dan ayam per mm3 darah.
Tujuan diferensial leukosit yaitu mempelajari cara membuat preparat ulas/apus
darah, mengamati berbagai macam bentuk sel-sel darah pada preparat darah
perifer (khususnya bentuk sel darah putih) dan menghitung % jenis sel darah
putih (leukosit) pada preparat ulas darah perifer.
Manfaat
dilaksanakannya praktikum ini adalah praktikan mengetahui cara yang digunakan
untuk mengetahui preparat natif darah, waktu perdarahan, waktu beku darah,
Laju Endap Darah, hemolisis dan
ketahanan osmotik, hematokrit, hemoglobin, menghitung jumlah sel darah dan diferensial
leukosit. Praktikan juga mengetahui perbedaan masing-masing jenis darah dan
komposisi dalam tubuh.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Syaifuddin (2002) menyatakan
bahwa salah satu karakteristik dari sel darah putih yakni memiliki inti atau
nucleus serta mampu bergerak bebas dalam darah. Warna yang ditemukan pada sel
darah putih adalah bening memiliki inti. Hal ini ditunjang oleh pendapat Watson
(2002), yang menyatakan bahwa salah satu ciri dari sel darah putih tidak
berwarna.
Waktu pendarahan adalah
waktu yang dibutuhkan kulit berdarah untuk berhenti setelah penusukan kulit.
Darah dihapus setiap 30 detik atau luka diredam dalam larutan fisiologis
(Sonjaya, 2013). Sedangkan menurut Anonim (2009), waktu pendarahan adalah
interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka sampai
darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh darah.
(Radiopoetra, 2000) berpendapat bahwa proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah
ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama (waktu di
tentukan) Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi laju
endap darahnya. Tinggi rendahnya laju endap darah sangat dipengaruhi oleh
keadaan tubuh kita. Biasanya, jika terjadi radang laju endap darah tergolong
tinggi. Laju endap darah tinggi atau rendah tentu disebabkan oleh beberapa
faktor. Faktor eritrosit, plasma, dan teknik dapat mempengaruhi laju endap
darah.
Hemolisis adalah
pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium
sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh
antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan
tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan
pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll (Anonim,2009).
Waktu beku darah dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik Faktor ekstrinsik dapat mengaktifkan faktor-faktor intrinsik (Drake, 2005).
Waktu beku darah dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik Faktor ekstrinsik dapat mengaktifkan faktor-faktor intrinsik (Drake, 2005).
Proses koagulasi atau
penggumpalan darah terjadi ketika luka pada tubuh mulai mengeluarkan darah.
Sebuah enzim yang disebut tromboplastin yang dihasilkan sel-sel jaringan yang
terluka bereaksi dengan kalsium dan protrombin di dalam darah. Akibat reaksi
kimia, jalinan benang-benang yang dihasilkan membentuk lapisan pelindung, yang
kemudian mengeras (Indah, 2008).
Waktu beku darah biasa
disebut dengan waktu koagulasi darah. Waktu antara darah masuk sampai terjadi
penggumpalan adalah waktu koagulasi rata-rata 4 – 5 menit (Wibowo, 2009).
Ada beberapa metode
pemeriksaan hemoglobin.Diantara metode pemeriksaan hemoglobin yang paling
sering digunakan di laboratorium dan yang paling sederhana adalah metode sahli,
dan yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin (Bachyar, 2002).
Sonjaya (2005) menyatakan jumlah total sel darah
putih beserta masing-masing jenisnya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Jumlah sel darah putih pada hewan mempunyai variasi yang berbeda dari pada
manusia yaitu tergantung antara lain kepada jenis hewan bangsa (breed), umur,
jenis kelamin dan kondisi hewan tersebut.
Frandson, (2002). menyatakan bahwa Pengaruh haemoglobin
didalam sel darah merah menyebabkan timbulnya warna merah pada darah karena
mempunyai kemampuan untuk mengangkut oksigen. Haemoglobin adalah senyawa
organik yang komplek dan terdiri dari empat pigmen forpirin merah (heme)
yang masing-masing mengandung iron dan globin yang merupakan
protein globural dan terdiri dari empat asam amino. Haemoglobin
bergabung dengan oksigen didalam paru-paru yang kemudian terbentuk oksihaemoglobin
yang selanjutnya melepaskan oksigen ke sel-sel jaringan didalam tubuh Sel darah
mengalami hemolisis yang lebih cepat dibanding dengan pembentukan atau
produksi sel darah yang baru. Proses penggantian sel darah merah dari atau oleh
sel darah yang baru terjadi setelah sirkulasi 3 hingga 4 bulan.
III.
MATERI
DAN METODA
3.1 Waktu dan
Tempat
Praktikum Anatomi dan Fisiologi
Ternak mengenai Pengenalan Fisiologi Darah ini dilaksanakan pada hari Sabtu mulai tanggal 5 April 2014 sampai 26
April 2014 pukul 09.00 WIB sampai selesai di Laboraturium Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
3.2 Materi
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah
jarum penusuk pembuluh darah, kapas, kertas tissue, object glass, cover glass,
mikroskop, lanset steril, jarum pentul, gelas arloji berlapis parafin, pipa
kapiler tanpa heparin, alat pencatat waktu (stopwatch atau arloji tangan),
tabung wastergreen dengan raknya, pipet Pasteur, tabung reaksi dan raknya,
tabung hematokrit wintrobe, disentrifuge, gelas ukur, pipet, hemometer sahli yang terdiri dari tabung
sahli, pipet sahli, standar warna, pengaduk, hemocytometer Naubauer Improved,
pipet pengencer untuk eritrosit berskala 0-0,5-1-101, dan pipet pengencer untuk
leukosit berskala 0-0,5-1-11, bak celup untuk fiksasi, bak celup untuk
pewarnaan, diferensial counter, penjepit, alkohol 70 %, larutan garam faali
(NaCl fisiologi/NaCl 0,9 %), darah sapi, kambing dan ayam yang telah diberi
antikoagulan, ujung jari praktikan, larutan NaCl dengan konsentrasi 0,9%,
0,65%, 0,45%, 0,25%, dan 3%, chrysta seal, larutan NaCl 1% aquadestilata, HCl
01 N, larutan hayem untuk eritrosit, larutan turk untuk leukosit mamalia,
larutan BCB (Briliant Cresyl Blue) untuk unggas, methanol absolute, larutan
giemsa, dan minyak emersi.
3.3 Metoda
cara pengerjaan pada praktikum preparat
natif darah yaitu: ambil sampel darah sapi, kambing dan ayam letakkan di atas
object glass, tutup dengan cover glass dan amati dibawah mikroskop. Pada
praktikum waktu perdarahan yaitu: pertama, bersihkan ujung jari praktikan dengan
alcohol 70%. Kedua, tusuk ujung jari praktikan dengan lanset steril dan hitung
dengan stopwatch berapa lama darah keluar. Pada praktikum waktu beku darah
yaitu: pertama, bersihkan ujung jari praktikan dengan alcohol 70%. Kedua, usuk
ujung jari praktikan dengan lanset steril. Ketiga, teteskan darah diatas objec
glass dan aduk dengan jarum pentul hingga tampak terbentuk benang fibrin pada
darah maksimal 2 menit. Pada praktikum laju endap darah yaitu: pertama, sedot
darah sapi, kambing dan ayam dengan tabung westergreen sampai angka 0. Kedua,
tutup bagian bawah tabung dengan kapas dan letakkan dirak. Ketiga, tiap 30
menit lihat dan catat penurunan sel-sel darahnya dan buat grafik LED dari 0-90
menit. Pada praktikum hemolosis dan ketahanan osmotic eritrosit yaitu: pertama
masukkan 5 ml larutan NaCl 0,9%, 0,25%, 0,45%, 0,65%, dan 3% kedalam 3 tabung
reaksi tiap kelompoknya. Kedua, tambahkan 3 tetes darah sapi, kambing dan ayam
pada 3 tabung reaksi tersebut. Ketiga, amati perubahan yang terjadi setelah 30
menit dan catat hasil penamatan. Pada praktikum hematokrit yaitu: pertama,
isikan darah sapi, kambing dan ayam dalam 3 pipa kapiler. Kedua, sumbat ujung
bawah pipa kapiler dengan menggunakan crysta seal. Ketiga, tempatkan pipa
kapiler dalam disentrifus. Keempat, disentrifus dengan kecepatan 2.500 rpm
selama 5 menit. Kelima, keluarkan pipa apiler dan amati apa yang terjadi. Pada
praktikum hemoglobin yaitu: pertama, isikan HCl 0,1 N (± 5 tetes) ke dalam
tabung sahli sampai angka 10 (garis paling bawah). Kedua, hisaplah darah darah
dengan pipet sahli sampai angka 20 μl. Ketiga, bersihkandarah yang menempel
pada ujung luar pipet sahli dengan tissue, kemudian masukkan darah tersebut
kedalam tabung sahli yang sudah berisi HCl 0,1 N. Hati-hati jangan sampai
terjadi gelembung udara dan biarkan beberapa saat sampai warna coklat
terbentuk. Keempat, tambahkan setetes
demi setetes aquades sambil diaduk sampai warna sesuai dengan batang standar.
Persamaan warna dengan batang standar harus dicapai dalam waktu 3-5 menit
setelah darah dan HCl dicampur. Kelima, bacalah tinggi permukaan cairan pada
tabung sahli. Angka yang terbaca menunjukkan kadar Hb dari ampel darah
tersebut. Pada praktikum menghitung jumlah sel darah yaitu: pertama, hisaplah
darah dengan pipet untuk eritrosit sampai angka 0,5. Bersihkan ujungnya dengan
kertas saring atau tissue. Kedua, segera hisap larutan hayem sampai angka 101,
dengan demikian darah diencerkan 200 kali. Ketiga, peganglah ujung-ujung pipet
dengan ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah kemudian kocoklah dengan
memutar-mutarkan pergelangan tangan membentuk angka 8, supaya yang tercampur
hanya cairan yang terdapat di dalam pipet yang menggelembung. Keempat, buanglah
cairan yang tidak mengandung sel darah merah (2-3 tetes). Kelima, isikan
kedalam kamar hitung yang sudah ada kaca penutupnya dengan menempelkan ujung
pipet pada batas kamar hitung dengan penutup. Keenam, hisaplah darah dengan
pipet pengencer untuk leukosit sampai skala 0,5. Ketujuh, segera hisap larutan
turk untuk darah mamalia dan larutan BCB untuk darah unggas sampai skala 11,
dengan demikian darah diencerkan 20 kali. Kedelapan, peganglah ujung-ujung
pipet dengan ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah kemudian kocoklah
dengan memutar-mutarkan pergelangan tangan membentuk angka 8, supaya yang
tercampur hanya cairan yang terdapat di dalam pipet yang menggelembung.
Kesembilan, buanglah cairan yang tidak mengandung sel darah putih (2-3 tetes).
Kesepuluh, isikan kedalam kamar hitung yang sudah ada kaca penutupnya dengan
menempelkan ujung pipet pada batas kamar hitung dengan penutup. Pada praktikum
diferensial leukosit yaitu: pertama, siapkan dua buah object glass dalam
keadaan bersih. Kedua, pegang ujung sebuah object glass dengan ibu jari dan
jari telunjuk tangan kiri. Ketiga, letakkan 1 tetes darah pada ujung object
glass (sebelah kanan) tersebut. Keempat, dengan tangan kanan, pegang object
glass lainnya. Kemudian letakkan objec glass tersebut pad ujung object glass
yang sudah ditetesi darah membentuk sudut 30⁰. Kelima, gerakkan
object glass yang ditangan kanan ke belakang sampai menyinggung tetesan darah
tadi, sehingga darah menyebar sepanjang sudut antara kedua object glass.
Keenam, segera setelah darah menyebar, dengan hati-hati (tanpa megangkat objec
glass dan sudut objec glass tetap 30⁰) dorong kedepan object
glass ditangan kanan, maka terbentuk prepara ulas yang tipis. Ketujuh, preparat
dikeringkan dan lakukan pewarnaan. Kedelapan, preparat ulas darah yang sudah
dikeringkan di udara difiksasi dengan memasukkannya kedalam methanol selama
5-10 menit. Kesembilan, angkat dan biarkan kering kering diudara, kemudian
masukkan kedalam larutan zat warna giemsa dan biarkan 30 menit. Kesepuluh,
angkat preparat dan bilas (cuci) kelebihan zat warna dengan menggunakan air
keran yang mengalir. Kesebelas, keringkan diudara atau menggunakan kertas isap
(preparat diletakkan diantara dua lembar kertas isap dan perlahan-lahan
ditekan-tekan). Keduabelas, periksa preparat yang sudah diwarnai dengan
mikroskop dengan pembesaran 100x, sebelumnya preparat ulas ditetesi minyak
emersi. Ketigabelas, alur pemeriksaan leukogram. Keempatbelas, preparat yang
baik akan menunjukkan warna yang kontras merah, biru keunguan, dan biru tua.
.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Preparat
Natif Darah
Hasil yang diperoleh dari praktikum
preparat natif darah yaitu sampel darah yang diamati dibawah mikroskop nampak
pada sampel tersebut keping sel darah merah dan sel darah putih yang masih
bergerak seperti air mengalir.Hal ini sesuaidengan Mikrajuddin
(2004), yang menyatakan bahwa darah manusia ataupun hewan terdiri dari dua
komponen penting yaitu sel-sel darah dan plasma darah (cairan darah). Dimana
sel-sel darah itu sendiri terdiri dari sel darah merah dan sel darah putih
serta keping darah, sedangkan cairan darah terdiri dari cairan darah (Plasma
darah). Lebih lanjut Anonim (2009) dalam (Rahman,
S. 2009) yang menyatakan bahwa susunan darah terdiri dari sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), keping-keping darah (trombosit),
dan plasma darah. Pada praktikum ini ditemukan sel darah putih (leukosit), hal
ini dikarenakan ciri-ciri dan spesifikasi leukosit yang memiliki inti atau
nukleus.
Selain itu hasil yang diperoleh juga
menunjukkan tidak ada sel yang mengalami pengkerutan dan tidak ada sel yang
berbentuk rouleaux serta tidak ada mikroorganisme di dalam sel darah kambing.
Hasil yang diperoleh tersebut
dijelaskan juga oleh teori berikut yaitu Syaifuddin (2002) yang
menyatakan bahwa salah satu karakteristik dari sel darah putih yakni memiliki
inti atau nucleus serta mampu bergerak bebas dalam darah. Warna yang ditemukan
pada sel darah putih adalah bening memiliki inti. Hal ini ditunjang oleh
pendapat Watson (2002), yang menyatakan bahwa salah satu ciri dari sel darah
putih tidak berwarna.
Hasil praktikum ini juga sesuai dengan pendapat
Sonjaya (2006) yang menyatakan bahwa bentuk sel darah merah pipih, bikonkaf,
tidak mempunyai inti dan mempunyai ukuran panjang 7,5 mikron serta luas
permukaan 120 mikron.
Gambar 1 eritrosit merupakan bentuk bulat cakram yang tidak mempunyai inti. Eritrosit ini berisi hemoglobin berwarna merah, darah yang berfungsi untuk mengikat oksigen. Perbedaan antara leukosit dengan eritrosit yaitu eritrosit tidak berinti sedangkan leukosit selalu punya inti sel. Sel darah merah terbentuk disumsum tulang belakang, masa hidupnya 90-120 hari, sapi 160 hari, babi 62 hari, kuda 140-150 hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2006) yang menyatakan bahwa hemoglobin dalam eritrosit berfungsi untuk mengikat oksigen, eritosit tidak berinti kecuali pada unta, unggas, reptile serta pembentukan sel darah merah di sumsum tulang belakang. Gambar preparat darah tersebut tampak sel darah putih (leukosit) dalam bentuk yang lebih besar dan sela darah merah dan mempunyai granula yang mempunyai inti sel, mampu bergerak bebas. Leukosit berfungsi mempertahankan tubuh dari invasi mikroorganisme. Leukosit lebih sedikit dari erotrosit yaitu 500-9000/mm3. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2006) yang menyatakan bahwa leukosit berfungsi untuk mempertahankan tubuh dari invasi miroorganisme dan leukosit mempunyai granula berupa bintik-bintik. Pada gambar tidak terlihat adanya trombosit disebabkan oleh sample darah yang kami gunakan terlalu tipis.
Gambar 1 eritrosit merupakan bentuk bulat cakram yang tidak mempunyai inti. Eritrosit ini berisi hemoglobin berwarna merah, darah yang berfungsi untuk mengikat oksigen. Perbedaan antara leukosit dengan eritrosit yaitu eritrosit tidak berinti sedangkan leukosit selalu punya inti sel. Sel darah merah terbentuk disumsum tulang belakang, masa hidupnya 90-120 hari, sapi 160 hari, babi 62 hari, kuda 140-150 hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2006) yang menyatakan bahwa hemoglobin dalam eritrosit berfungsi untuk mengikat oksigen, eritosit tidak berinti kecuali pada unta, unggas, reptile serta pembentukan sel darah merah di sumsum tulang belakang. Gambar preparat darah tersebut tampak sel darah putih (leukosit) dalam bentuk yang lebih besar dan sela darah merah dan mempunyai granula yang mempunyai inti sel, mampu bergerak bebas. Leukosit berfungsi mempertahankan tubuh dari invasi mikroorganisme. Leukosit lebih sedikit dari erotrosit yaitu 500-9000/mm3. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2006) yang menyatakan bahwa leukosit berfungsi untuk mempertahankan tubuh dari invasi miroorganisme dan leukosit mempunyai granula berupa bintik-bintik. Pada gambar tidak terlihat adanya trombosit disebabkan oleh sample darah yang kami gunakan terlalu tipis.
Waktu
Perdarahan
Dari hasil praktikum yang diperoleh
diketahui bahwa perdarahan pada tangan praktikan yang ditusuk lanset steril
terhenti pada waktu 52 detik. Hasil yang diperoleh ini juga dijelaskan pada
teori berikut, yaitu waktu pendarahan adalah waktu yang dibutuhkan kulit
berdarah untuk berhenti setelah penusukan kulit. Darah dihapus setiap 30 detik
atau luka diredam dalam larutan fisiologis (Sonjaya, 2013). Sedangkan menurut
Anonim (2009), waktu pendarahan adalah interval waktu mulai timbulnya tetes
darah dari pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari
pembuluh darah. Dijelaskan juga pada teori berikut Waktu pendarahan adalah
interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka sampai
darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Penghentian pembuluh darah
ini disebabkan terbentuknya agregat yang menutupi celah pembuluh darah yang
rusak. (Dsyoghi, 2010)
Hasil praktikum ini sesuai dengan teori berikut yaitu kisaran
waktu pendarahan yang normal adalah 15 hingga 120 detik. (Dsyoghi, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan suatu darah yakni besar
kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas kadar
hemoglobin dalam darah.
Waktu
Beku Darah
Hasil praktikum yang diperoleh yaitu darah membeku dan terlihat benang
putih pada waktu 2 menit 28 detik. Hal ini sesuai dengan teori berikut yaitu waktu
beku darah biasa disebut dengan waktu koagulasi darah. Waktu antara darah masuk
sampai terjadi penggumpalan adalah waktu koagulasi rata-rata 4 – 5 menit
(Wibowo, 2009). Hal ini
sesuai dengan pendapat (Anonimc, 2013) yang menyatakan bahea terbentuknya fibrin disebabkan
karena trombin yang merupakan enzim yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Fibrin inilah yang berfungsi
menjaring sel-sel darah merah menjadi gel atau menggumpal.
Waktu beku darah dapat
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik Faktor
ekstrinsik dapat mengaktifkan faktor-faktor intrinsik (Drake, 2005).
Laju
Endap Darah (LED)
Hasil
praktikum yang diperoleh dari LED ini yaitu pada 30 menit pertama cairan darah
mengalami penurunan dari 0 menuju angka 121 ml, pada 30 menit kedua cairan
darah mengalami penurunan dari 121 ml menjadi 141 ml dan pada 30 menit ketiga
cairan darah mengalami penurunan dari angka 140 ml menjadi 150 ml. Dari hasil
praktikum, diketahui bahwa semakin lama penurunan darah pada tabung
westergreen semakin lambat dikarenakan
darah sudah mulai membeku dan sudah banyak terdapat darah yang berada pada
kapas penyumbat. Hal ini tidak sesuai dengan teori berikut, Barbara (2006) Darah normal mempunyai LED relatif
kecil karena pengendapan eritrosit akibat tarikan gravitasi di imbangi oleh tekanan keatas akibat perpindahan.
(Widodo,
dkk, 2004) Prinsip dasar pemeriksaan LED adalah; darah dan antikoagulan
dimasukkan ke dalam tabung dengan lubang ukuran tertentu (pada pipet LED) dan
diletakan vertikal akan menyebabkan pengendapan eritrosit dengan kecepatan
tertentu. LED merupakan kecepatan pengendapan dengan mengukur jarak
antara miniscus pemeriksaan LED. Beberapa faktor yang mempengaruhi LED,
yang dapat meningkatkan LED adalah usia tua, wanita, saat mensturasi,
kehamilan, ukuran eritrosit (macrositosis), faktor teknis (masalah pengenceran,
suhu ruangan/panas, kemiringan tabung LED) , peningkatan fibrinogen (pada
beberapa kasus infeksi, inflamasi, dan keganasan). Faktor yang dapat menurunkan
LED adalah lekositosis berat, polisitemia, speherositosis (acantositosis,
micrositpsis ), faktor teknis (masala pengenceran, darah beku, tabung penden,
getaran), abnormalitas protein (hipofibrinogenemia, hipogammaglobulinnemia,
dispoteinemia). Faktor yang belum pasti mempengaruhi LED adalah obesitas, suhu
badan, dan usai mengkomsumsi aspirin.
(Tambayong J, 2000) LED adalah
kecepatan eritrosit mengendap dalam pipet westergren. Pada peradangan,
kecepatan meningkat, karena perubahan pada komponen plasma yang terjadi selama
proses inflamasi. Protein plasma yang terlibat dalam peningkatan LED disebut
protein fase akut, terutama dilepaskan oleh hati. LED khususnya digunakan untuk
membantu aktivitas berbagai penyakit inflamasi.
(Widodo, 2004) Laju endap darah yang ditemukan
pertama kali oleh Westergren pada tahun 1921. LED merupakan pemerikksaan yang
menggambarkan komposisi plasma dan perbandingan antara eritrosit dengan
plasma.
Hemolisis
dan Ketahanan Osmotik Eritrosit
Hasil
praktikum yang diperoleh yaitu pada pada konsentrasi 0,25 % NaCl, pada darah
ayam mengalami lisis, sedngkan pada darah kambing dan sapi tidak mengalami
lisis. Begitu juga dengan konsentrasi 0,9 %, 0,45 %, 0,65 % dan 3 % darah sapi,
ayam dan kambing tidak ada yang mengalami lisis. Hal ini dijelaskan dengan pendapat
Sonjaya (2006), bahwa hemolisis adalah peristiwa keluarnya hemoglobin dari sel darah merah yang disebabkan
oleh medium/plasma yang hipotonis.
Cormack (2008)
mengatakan bahwa Hemolisis adalah rusaknya jaringan darah akibat lepasnya
hemoglobin dari stroma eritrosit (butir darah merah). Hemolisis dapat
disebabkan karena penurunan tegangan permukaan
membrane sel dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pelarut
organik, saponin, garam empedu, sabun, enzim, dan faktor lain yang merusak
komplek lemak-protein dari stroma. Faktor hemolisis ini ditemukan pada bisa
ular famili Elapidae.
Sarkar & Devi (2006) Hemolisis secara langsung
tidak dibutuhkan penambahan lesitin sedangkan hemolisis tidak langsung
kehadiran lesitin pada sel darah merah atau penambahan dari luar sangat
diperlukan.Secara umum, mekanisme hemolisis berlangsung dua tahap. Tahap
pertama lesitin dalam sel darah atau yang ditambahkan dari luar akan diubah
menjadi lisolesitin oleh lesithinase A.
Lisolesitin merupakan bentuk lesitin yang memiliki aktivitas hemolitik. Selanjutnya,
lisolesitin menyebabkan sel darah merah lisis dengan menyerap material lemak
dinding sel sehingga merusak keutuhan
struktur sel darah.
Hemolisis adalah peristiwa keluarnya
hemoglobin dari dalam sel darah menuju cairan disekelilingnya, keluarnya
hemoglobin ini disebabkan karena pecahnya membran sel darah merah.Membran sel
darah termasuk membran yang permeabel selektif. Membran sel darah merah mudah
dilalui atau ditembus oleh ion-ion H+, OH-, NH4+, PO4, HCO3-, Cl-, dan
substansi seperti glukosa, asam amino, urea, dan asam urat. Sebaliknya sel
darah merah tidak dapat ditembus oleh Na+, K+, Ca2+, Mg2+, fosfat organik,
hemoglobin dan protein plasma. (Watson, 2007).
Hematokrit
Hasil
dari praktikum ini yaitu diperoleh yaitu untuk eritrosit ayam jumlahnya 26 %,
eritrosit kambing 29 %, dan eritrosit sapi 28 %. Hal ini sesuai dengan teori
berikut yaitu nilai hematokrit normal pada ayam berkisar antara 22,0%-35%
dengan rata-rata 30,0%, untuk kadar hemoglobin normal pada ayam berkisar antara
7,0 gr/dl-13,0 gr/dl dengan rata-rata 9,0 gr/dl, dan untuk total eritrosit
normal pada ayam berkisar antara 2,5-3,5 x 106/µl dengan rata-rata 3,0 x 106/µl
(Dharmawan, 2002).
Pendapat yang sesuai dengan percobaan hematokrit yaitu
Anton, (2009) menyatakan ematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed
cell volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang
dimanfatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu
tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi
eritrosit dalam darah. Karena pada praktikum hematokrit ini cara pengerjaanya
memang sesuai dengan pendapat di atas. Hanya saja untuk hasilnya jauh berbeda.
Kemungkinan terjadi kesalahan dalam proses pengerjaan hingga hasilnya tidak
tepat.
Hemoglobin
Ada
beberapa metode pemeriksaan hemoglobin.Diantara metode pemeriksaan hemoglobin
yang paling sering digunakan di laboratorium dan yang paling sederhana adalah
metode sahli, dan yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin (Bachyar,
2002).
Hasil yang diperoleh
dari praktikum ini yaitu pada darah sapi hemoglobin yang diperoleh adalah 10 %,
darah kambing 8 % dan darah ayam 6 %.
Pendapat yang menerangkan tentang hemoglobin yaitu Frandson, (2002). menyatakan bahwa
Pengaruh haemoglobin didalam sel darah merah menyebabkan timbulnya warna
merah pada darah karena mempunyai kemampuan untuk mengangkut oksigen.
Haemoglobin adalah senyawa organik yang komplek dan terdiri dari empat pigmen forpirin
merah (heme) yang masing-masing mengandung iron dan globin
yang merupakan protein globural dan terdiri dari empat asam amino. Haemoglobin
bergabung dengan oksigen didalam paru-paru yang kemudian terbentuk oksihaemoglobin
yang selanjutnya melepaskan oksigen ke sel-sel jaringan didalam tubuh Sel darah
mengalami hemolisis yang lebih cepat dibanding dengan pembentukan atau
produksi sel darah yang baru. Proses penggantian sel darah merah dari atau oleh
sel darah yang baru terjadi setelah sirkulasi 3 hingga 4 bulan.
Menghitung
Jumlah Sel Darah
Hasil
yang diperoleh dari praktikum ini untuk eritrosit kambing, jumlahnya adalah
16.880.000. Hasil ini sesuai dengan teori yang kisaran eritrosit kambing 8
sampai 18 juta. Eritrosit ayam berjumlah 6.200.000 dan kisaran normalnya adalah 2.72 sampai 3.8
juta, eritrosit sapi berjumlah 9.636.000 dengan kisaran normal 5 sampai 10
juta, leukosit sapi berjumlah 21.300 dengan kisaran normal 4 sampai 12 ribu,
dan leukosit ayam berjumlah 28.300 dengan kisaran 16.6 sampai 29.4 ribu.
Hal ini didukung oleh pendapat Swenson
(2000) menyatakan perbedaan
sel darah putih dengan eritrosit adalah leukosit selalu mempunyai inti sel dan
sitoplasma serta mampu bergerak bebas. Jumlah leukosit lebih sedikit dibanding
eritrosit yaitu 5000-9000/mm3. Leukosit diklasifikasikan berdasarkan
ada tidaknya granula di dalam sitoplasma dibagi menjadi granulosit dan
agranulosit. Granulosit terdiri dari neutrofil, basofil dan eusinofil,
sedangkan agranulosit terdiri dari limposit dan monosit. Jumlah total sel darah
putih dinyatakan dengan 190/, sedangkan jumlah total sel darah merah dinyatakan
dengan 1012/1.
Pendapat lain yang
melengkapi yaitu Sonjaya (2005)
menyatakan jumlah total sel darah putih beserta masing-masing jenisnya banyak
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Jumlah sel darah putih pada hewan mempunyai
variasi yang berbeda dari pada manusia yaitu tergantung antara lain kepada
jenis hewan bangsa (breed), umur, jenis kelamin dan kondisi hewan tersebut.
V.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dapt
diambil kesimpulan bahwa sel darah hewan tidak ada yang mengalami pengkerutan
dan rouleaux dan juga tidak ada mikroorganisme dalam sel. Waktu perdarahan pada
setiap orang berbeda-beda dan semua tergantung dari faktor yang mempengaruhinya.
Pembekuan darah pada praktikan dapat dilihat dari benang putih (fibrinogen) yang
terbentuk ketika darah dibiarkan berada diluar tubuh atau terkena udara bebas.
Laju Endap Darah pada tiga fase percobaan mengalami penurunan yang berbeda-beda
dan semakn lama darah semakin membeku sehingga penurunannya semakin lambat dan
sedikit.
5.2 Saran
Dalam melakukan praktikum ini
seharusnya praktikan berhati-hati ketika praktikum sedang berjalan mengingat
begitu sensitif dan mahalnya peralatan yang ada pada Laboratorium tersebut.
Praktikan haruslah benar-benar memahami dan mendengarkan asisten dosen yang
sedang menjelaskan tentang praktikum tersebut dan buanglah sampah hasil
praktikum pada tempatnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Dharmawan,
NS. 2002. Pengantar Patologi Klinik Veteriner, Hematologi Klinik. Universitas Udayana: Denpasar.
Barbara A. B, 2006. Hematologi: Principle dan
Procedures. LEA dan REB.
Sonjaya, H. 2006. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar.
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Bachyar.
2002.Metode Pemeriksaan Hemoglobin.http://www.psychoplogymania.
com/2012/o9/metode-pemeriksaan-hemoglobin.html.2 Mei 2014.
Dsyoghi,2010.Waktu
Koagulasi dan Waktu Pendarahan. http://dsyoghi. wordpress.com. 26
September 2010.
Watson. 2007. Tinjauan
Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC : Jakarta.
Sarkar & Devi. 2006. Konsentrasi Sel Darah. EGC : Jakarta.
Cormack. 2008. Histologi veterinner. UI Press : Jakarta.
Sonjaya.
2013. Penuntun Praktikum Fisiologi Ternak Dasar. Fakultas Peternakan.
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Syaifuddin, 2002. Fisiologi Manusia dan Mekanisme
terhadap Penyakit EGC. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Radiopoetra,2000,Jendela Ipteks,Jakarta:
balai Pustaka.
Anonim, 2009. Fungsi darah. http://id.wikipedia.org/wiki/Darah.19 september
2013.
Wibowo,Fredi.2009.Proses Penggumpalan Darah. http://www.blogcatalog.com/
blogs/moslemblog/7.15 april 2013.
Evelyn, Pearce.2000. Anatomi dan
Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Jakarta. Diakses tanggal 27 April 2014
Kusumawati, Diah.
2004. Bersahabat Dengan Hewan. Gadjah
Mada
Press.Yogyakarta Diakses tanggal 27 April 2014
Poedjiadi, Anna. 2001.
Dasar dasar biokimia. Jakarta.
Indonesia University Press.
Diakses tanggal 27
April 2014
Saktiyono.2000. Biologi
umum. Jakarta: Erlangga. Diakses tanggal 27
April 2014
Schmid, K. and
Friends. 2003. Animal
Physiology. Adaptation and Environment.
Cambridge
University Press. USA. Diakses tanggal 27 April 2014
Sunarto. 2000. IPA
BIOLOGI. Surakarta: Tiga
Serangkai. Diakses tanggal 27 April 2014.
Wiseman, J.and W.J.A. Cole. 2000 . Feedstuff Evaluation. Butterworth. London. Diakses tanggal 27
April 2014
Ahndji.B.J.2001. Outline of Veterinary Clinical Pathology. Second Edition.
The Iowa State University press,Ames,Iowa,USA. Diakses tanggal 27 April 2014.