Selasa, 28 April 2015

LAPORAN MID SEMESTER ANFISTER 2015



I.     PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Darah merupakan jaringan pengikat dengan sel-selnya terendam dalam cairan matriks (plasma darah) yang terdiri dari senyawa organik dan anorganik. Darah mempunyai fungsi sebagai transportasi yaitu pembawa zat-zat makanan dan zat sisa metabolisme atau zat yang berbahaya lainnya untuk dibuang, mempertahankan lingkungan asam basa, mempertahankan homeostasis, serta sebagai pertahanan tubuh dengan cara menghancurkan mikroorganisme (antigen) melalui fagositosis dan aktivitas antibodi.
Darah yang akan diperiksa agar tidak membeku dapat diberi antikoagulan. Tidak semua antikoagulan dapat dipakai karena berpengaruh terhadap bentuk eritrosit atau leukosit yang akan diperiksa morfologinya. Antikoagulan (anti beku darah) yang umum digunakan ada 4 macam, yaitu oxalat, natrium sitrat, heparin, dan EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic Acids. Namun dari keempat antikoagulan hanya EDTA yang digunakan karena EDTA mengubah ion Ca dari darah menjadi bentuk yang bukan ion sehingga darah tidak membeku dan tidak merusak sel darah.
Sel darah merah (eritrosit) mamalia mempunyai bentuk yang berbeda dengan sel darah merah unggas. Sel darah mamalia berbentuk seperti cakram, bikonkaf, sirkular dan tidak berinti. Sedangkan sel darah merah unggas berbentuk lonjong atau oval dan berinti.
Koagulasi atau pembekuan darah merupakan salah satu faktor penting dalam menghentikan suatu perdarahan. Di dalam tubuh terdapat dua mekanisme koagulasi darah yaitu mekanisme intrinsik yang merupakan serangkaian reaksi enzimatik yang diawali apabila darah bersentuhan dengan permukaan asing dan mekanisme ekstrinsik yang merupakan serangkaian reaksi yang terjadi apabila kerusakan darah cukup parah, sehingga jaringan sekitar terkena dan akan berakibat keluarnya cairan dari jaringan yang mengandung lipoprotein yang khas.
Laju Endap Darah (LED) merupakan suatu pemeriksaan darah yang dapat membantu penentuan status kesehatan seekor hewan. LED dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain perubahan komposisi plasma darah, jumlah sel darah merah dan tegangan permukaan.
Hemolisis adalah pecahnya atau rusaknya membran eritrosit sehingga hemoglobin keluar dari sel darah dan bebas di dalam medium sekelilingnya. Apabila larutan hipotonis tersebut akan masuk kedalam sel darah melalui membran semipermeabel, sehingga sel darah akan membengkak yang berakibat membran sel meregang dan akhirnya terjadi kerobekan membran dan hemoglobin keluar dari sel.
Hematokrit atau Packed Cell Volume (PCV) merupakan persentase sel-sel darah merah di dalam 100 ml darah. Darah yang ditambah antikoagulan kemudian disentrifuge dengan kecepatan tinggi, maka darah akan terpisah menjadi 3 bagian, yaitu lapisan teratas (plasma berwarna kuning), lapisan tengah (buffy coat) dan lapisan terbawah (eritrosit berwarna merah tua). Metode yang digunakan untuk pengukuran nilai hematokrit yaitu metode mikro hematokrit dan makro hematokrit.
Hemoglobin (Hb) merupakan pigmen eritrosit yang terdiri dari protein kompleks terkonyugasi yang mengandung besi. Ada beberapa metode yang dapat digunkan untuk menentukan kadar Hb dalam darah yaitu metode hematin-asam, metode wong, metode cyanmethemoglobin dan metode oksihemoglobin.
Darah mengandung sel-sel darah yang dibagi dalam 3 kelompok yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping-keping darah (trombosit). Untuk menghitung jumlah sel darah dipergunakan alat hemocytometer, pipet pengencer untuk sel darah merah, dan pipet pengencer untuk sel darah putih.
Perhitungan total leukosit penting untuk diagnosa klinik, tetapi akan lebih memberikan gambaran yang lengkap dengan perhitungan diferensial leukosit. Diferensial leukosit merupakan persentase setiap jumlah sel darah putih dari total leukosit. Bentuk sel leukosit dibagi menjadi dua, yaitu granulosit (neutrofil,eosinofil,dan basofil) dan agranulosit (limfosit kecil, limfosit besar dan monosit).

1.2  Tujuan dan Manfaat
Tujuan dilaksanakannya praktikum fisiologi darah mengenai preparat natif darah adalah untuk mengamati, memperhatikan bentuk sel darah (eritrosit dan leukosit) mamalia dan unggas, mengamati, memperhatikan ada tidaknya sel yang mengalami pengkerutan (krenasi) dan bentuk rouleaux, dan mengamati ada tidaknya mikroorganisme di dalam darah.  Mengenai waktu perdarahan yaitu untuk menentukan lama waktu perdarahan dengan metode Duke. Mengenai waktu beku darah yaitu untuk menentukan waktu beku darah ternak atau manusia. Tujuan LED yaitu untuk menentukan laju endap darah dengan menggunakan tabung westergreen. Tujuan hemolisis dan ketahanan osmotik yaitu mengamati hemolisis darah dan keriput pada membran peritrosit (krenasi) akibat perubahan larutan medium darah dan menentukan batas konsentrasi NaCl dari medium dimana erirosit mulai lisis (minimum resistance) dan hemolisis total (maximum resistance). Tujuan hematokrit yaitu menentukan nilai hematokrit (% volume eritrosit di dalam darah) dengan metode mikrohematokrit. Tujuan hemoglobin yaitu menentukan kadar hemoglobin di dalam darah menurut metode sahli. Tujuan menghitung sel darah merah sapi dan ayam per mm3 darah dan untuk mengetahui jumlah sel darah putih sapi dan ayam per mm3 darah. Tujuan diferensial leukosit yaitu mempelajari cara membuat preparat ulas/apus darah, mengamati berbagai macam bentuk sel-sel darah pada preparat darah perifer (khususnya bentuk sel darah putih) dan menghitung % jenis sel darah putih (leukosit) pada preparat ulas darah perifer.
Manfaat dilaksanakannya praktikum ini adalah praktikan mengetahui cara yang digunakan untuk mengetahui preparat natif darah, waktu perdarahan, waktu beku darah, Laju  Endap Darah, hemolisis dan ketahanan osmotik, hematokrit, hemoglobin, menghitung jumlah sel darah dan diferensial leukosit. Praktikan juga mengetahui perbedaan masing-masing jenis darah dan komposisi dalam tubuh.



II.  TINJAUAN PUSTAKA
Syaifuddin (2002) menyatakan bahwa salah satu karakteristik dari sel darah putih yakni memiliki inti atau nucleus serta mampu bergerak bebas dalam darah. Warna yang ditemukan pada sel darah putih adalah bening memiliki inti. Hal ini ditunjang oleh pendapat Watson (2002), yang menyatakan bahwa salah satu ciri dari sel darah putih tidak berwarna.
Waktu pendarahan adalah waktu yang dibutuhkan kulit berdarah untuk berhenti setelah penusukan kulit. Darah dihapus setiap 30 detik atau luka diredam dalam larutan fisiologis (Sonjaya, 2013). Sedangkan menurut Anonim (2009), waktu pendarahan adalah interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh darah.
(Radiopoetra, 2000) berpendapat bahwa proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama (waktu di tentukan) Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi laju endap darahnya. Tinggi rendahnya laju endap darah sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita. Biasanya, jika terjadi radang laju endap darah tergolong tinggi. Laju endap darah tinggi atau rendah tentu disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor eritrosit, plasma, dan teknik dapat mempengaruhi laju endap darah.
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll (Anonim,2009).
            Waktu beku darah dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik Faktor ekstrinsik dapat mengaktifkan faktor-faktor intrinsik (Drake, 2005).
Proses koagulasi atau penggumpalan darah terjadi ketika luka pada tubuh mulai mengeluarkan darah. Sebuah enzim yang disebut tromboplastin yang dihasilkan sel-sel jaringan yang terluka bereaksi dengan kalsium dan protrombin di dalam darah. Akibat reaksi kimia, jalinan benang-benang yang dihasilkan membentuk lapisan pelindung, yang kemudian mengeras (Indah, 2008).
Waktu beku darah biasa disebut dengan waktu koagulasi darah. Waktu antara darah masuk sampai terjadi penggumpalan adalah waktu koagulasi rata-rata 4 – 5 menit (Wibowo, 2009).
Ada beberapa metode pemeriksaan hemoglobin.Diantara metode pemeriksaan hemoglobin yang paling sering digunakan di laboratorium dan yang paling sederhana adalah metode sahli, dan yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin (Bachyar, 2002).
Sonjaya (2005) menyatakan jumlah total sel darah putih beserta masing-masing jenisnya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Jumlah sel darah putih pada hewan mempunyai variasi yang berbeda dari pada manusia yaitu tergantung antara lain kepada jenis hewan bangsa (breed), umur, jenis kelamin dan kondisi hewan tersebut.
Frandson, (2002). menyatakan bahwa Pengaruh haemoglobin didalam sel darah merah menyebabkan timbulnya warna merah pada darah karena mempunyai kemampuan untuk mengangkut oksigen. Haemoglobin adalah senyawa organik yang komplek dan terdiri dari empat pigmen forpirin merah (heme) yang masing-masing mengandung iron dan globin yang merupakan protein globural dan terdiri dari empat asam amino. Haemoglobin bergabung dengan oksigen didalam paru-paru yang kemudian terbentuk oksihaemoglobin yang selanjutnya melepaskan oksigen ke sel-sel jaringan didalam tubuh Sel darah mengalami hemolisis yang lebih cepat dibanding dengan pembentukan atau produksi sel darah yang baru. Proses penggantian sel darah merah dari atau oleh sel darah yang baru terjadi setelah sirkulasi 3 hingga 4 bulan.



III.    MATERI DAN METODA
3.1    Waktu dan Tempat
Praktikum Anatomi dan Fisiologi Ternak mengenai Pengenalan Fisiologi Darah ini dilaksanakan pada hari Sabtu mulai tanggal 5 April 2014 sampai 26 April 2014 pukul 09.00 WIB sampai selesai di Laboraturium Fakultas Peternakan Universitas Jambi


3.2    Materi
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah jarum penusuk pembuluh darah, kapas, kertas tissue, object glass, cover glass, mikroskop, lanset steril, jarum pentul, gelas arloji berlapis parafin, pipa kapiler tanpa heparin, alat pencatat waktu (stopwatch atau arloji tangan), tabung wastergreen dengan raknya, pipet Pasteur, tabung reaksi dan raknya, tabung hematokrit wintrobe, disentrifuge, gelas ukur,  pipet, hemometer sahli yang terdiri dari tabung sahli, pipet sahli, standar warna, pengaduk, hemocytometer Naubauer Improved, pipet pengencer untuk eritrosit berskala 0-0,5-1-101, dan pipet pengencer untuk leukosit berskala 0-0,5-1-11, bak celup untuk fiksasi, bak celup untuk pewarnaan, diferensial counter, penjepit, alkohol 70 %, larutan garam faali (NaCl fisiologi/NaCl 0,9 %), darah sapi, kambing dan ayam yang telah diberi antikoagulan, ujung jari praktikan, larutan NaCl dengan konsentrasi 0,9%, 0,65%, 0,45%, 0,25%, dan 3%, chrysta seal, larutan NaCl 1% aquadestilata, HCl 01 N, larutan hayem untuk eritrosit, larutan turk untuk leukosit mamalia, larutan BCB (Briliant Cresyl Blue) untuk unggas, methanol absolute, larutan giemsa, dan minyak emersi.


3.3    Metoda
cara pengerjaan pada praktikum preparat natif darah yaitu: ambil sampel darah sapi, kambing dan ayam letakkan di atas object glass, tutup dengan cover glass dan amati dibawah mikroskop. Pada praktikum waktu perdarahan yaitu: pertama, bersihkan ujung jari praktikan dengan alcohol 70%. Kedua, tusuk ujung jari praktikan dengan lanset steril dan hitung dengan stopwatch berapa lama darah keluar. Pada praktikum waktu beku darah yaitu: pertama, bersihkan ujung jari praktikan dengan alcohol 70%. Kedua, usuk ujung jari praktikan dengan lanset steril. Ketiga, teteskan darah diatas objec glass dan aduk dengan jarum pentul hingga tampak terbentuk benang fibrin pada darah maksimal 2 menit. Pada praktikum laju endap darah yaitu: pertama, sedot darah sapi, kambing dan ayam dengan tabung westergreen sampai angka 0. Kedua, tutup bagian bawah tabung dengan kapas dan letakkan dirak. Ketiga, tiap 30 menit lihat dan catat penurunan sel-sel darahnya dan buat grafik LED dari 0-90 menit. Pada praktikum hemolosis dan ketahanan osmotic eritrosit yaitu: pertama masukkan 5 ml larutan NaCl 0,9%, 0,25%, 0,45%, 0,65%, dan 3% kedalam 3 tabung reaksi tiap kelompoknya. Kedua, tambahkan 3 tetes darah sapi, kambing dan ayam pada 3 tabung reaksi tersebut. Ketiga, amati perubahan yang terjadi setelah 30 menit dan catat hasil penamatan. Pada praktikum hematokrit yaitu: pertama, isikan darah sapi, kambing dan ayam dalam 3 pipa kapiler. Kedua, sumbat ujung bawah pipa kapiler dengan menggunakan crysta seal. Ketiga, tempatkan pipa kapiler dalam disentrifus. Keempat, disentrifus dengan kecepatan 2.500 rpm selama 5 menit. Kelima, keluarkan pipa apiler dan amati apa yang terjadi. Pada praktikum hemoglobin yaitu: pertama, isikan HCl 0,1 N (± 5 tetes) ke dalam tabung sahli sampai angka 10 (garis paling bawah). Kedua, hisaplah darah darah dengan pipet sahli sampai angka 20 μl. Ketiga, bersihkandarah yang menempel pada ujung luar pipet sahli dengan tissue, kemudian masukkan darah tersebut kedalam tabung sahli yang sudah berisi HCl 0,1 N. Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara dan biarkan beberapa saat sampai warna coklat terbentuk. Keempat,  tambahkan setetes demi setetes aquades sambil diaduk sampai warna sesuai dengan batang standar. Persamaan warna dengan batang standar harus dicapai dalam waktu 3-5 menit setelah darah dan HCl dicampur. Kelima, bacalah tinggi permukaan cairan pada tabung sahli. Angka yang terbaca menunjukkan kadar Hb dari ampel darah tersebut. Pada praktikum menghitung jumlah sel darah yaitu: pertama, hisaplah darah dengan pipet untuk eritrosit sampai angka 0,5. Bersihkan ujungnya dengan kertas saring atau tissue. Kedua, segera hisap larutan hayem sampai angka 101, dengan demikian darah diencerkan 200 kali. Ketiga, peganglah ujung-ujung pipet dengan ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah kemudian kocoklah dengan memutar-mutarkan pergelangan tangan membentuk angka 8, supaya yang tercampur hanya cairan yang terdapat di dalam pipet yang menggelembung. Keempat, buanglah cairan yang tidak mengandung sel darah merah (2-3 tetes). Kelima, isikan kedalam kamar hitung yang sudah ada kaca penutupnya dengan menempelkan ujung pipet pada batas kamar hitung dengan penutup. Keenam, hisaplah darah dengan pipet pengencer untuk leukosit sampai skala 0,5. Ketujuh, segera hisap larutan turk untuk darah mamalia dan larutan BCB untuk darah unggas sampai skala 11, dengan demikian darah diencerkan 20 kali. Kedelapan, peganglah ujung-ujung pipet dengan ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah kemudian kocoklah dengan memutar-mutarkan pergelangan tangan membentuk angka 8, supaya yang tercampur hanya cairan yang terdapat di dalam pipet yang menggelembung. Kesembilan, buanglah cairan yang tidak mengandung sel darah putih (2-3 tetes). Kesepuluh, isikan kedalam kamar hitung yang sudah ada kaca penutupnya dengan menempelkan ujung pipet pada batas kamar hitung dengan penutup. Pada praktikum diferensial leukosit yaitu: pertama, siapkan dua buah object glass dalam keadaan bersih. Kedua, pegang ujung sebuah object glass dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri. Ketiga, letakkan 1 tetes darah pada ujung object glass (sebelah kanan) tersebut. Keempat, dengan tangan kanan, pegang object glass lainnya. Kemudian letakkan objec glass tersebut pad ujung object glass yang sudah ditetesi darah membentuk sudut 30. Kelima, gerakkan object glass yang ditangan kanan ke belakang sampai menyinggung tetesan darah tadi, sehingga darah menyebar sepanjang sudut antara kedua object glass. Keenam, segera setelah darah menyebar, dengan hati-hati (tanpa megangkat objec glass dan sudut objec glass tetap 30) dorong kedepan object glass ditangan kanan, maka terbentuk prepara ulas yang tipis. Ketujuh, preparat dikeringkan dan lakukan pewarnaan. Kedelapan, preparat ulas darah yang sudah dikeringkan di udara difiksasi dengan memasukkannya kedalam methanol selama 5-10 menit. Kesembilan, angkat dan biarkan kering kering diudara, kemudian masukkan kedalam larutan zat warna giemsa dan biarkan 30 menit. Kesepuluh, angkat preparat dan bilas (cuci) kelebihan zat warna dengan menggunakan air keran yang mengalir. Kesebelas, keringkan diudara atau menggunakan kertas isap (preparat diletakkan diantara dua lembar kertas isap dan perlahan-lahan ditekan-tekan). Keduabelas, periksa preparat yang sudah diwarnai dengan mikroskop dengan pembesaran 100x, sebelumnya preparat ulas ditetesi minyak emersi. Ketigabelas, alur pemeriksaan leukogram. Keempatbelas, preparat yang baik akan menunjukkan warna yang kontras merah, biru keunguan, dan biru tua.

.





























                   
IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN
Preparat Natif Darah
Hasil yang diperoleh dari praktikum preparat natif darah yaitu sampel darah yang diamati dibawah mikroskop nampak pada sampel tersebut keping sel darah merah dan sel darah putih yang masih bergerak seperti air mengalir.Hal ini sesuaidengan Mikrajuddin (2004), yang menyatakan bahwa darah manusia ataupun hewan terdiri dari dua komponen penting yaitu sel-sel darah dan plasma darah (cairan darah). Dimana sel-sel darah itu sendiri terdiri dari sel darah merah dan sel darah putih serta keping darah, sedangkan cairan darah terdiri dari cairan darah (Plasma darah). Lebih lanjut Anonim (2009) dalam (Rahman, S. 2009) yang menyatakan bahwa susunan darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), keping-keping darah (trombosit), dan plasma darah. Pada praktikum ini ditemukan sel darah putih (leukosit), hal ini dikarenakan ciri-ciri dan spesifikasi leukosit yang memiliki inti atau nukleus.
Selain itu hasil yang diperoleh juga menunjukkan tidak ada sel yang mengalami pengkerutan dan tidak ada sel yang berbentuk rouleaux serta tidak ada mikroorganisme di dalam sel darah kambing.
Hasil yang diperoleh tersebut dijelaskan juga oleh teori berikut yaitu Syaifuddin (2002) yang menyatakan bahwa salah satu karakteristik dari sel darah putih yakni memiliki inti atau nucleus serta mampu bergerak bebas dalam darah. Warna yang ditemukan pada sel darah putih adalah bening memiliki inti. Hal ini ditunjang oleh pendapat Watson (2002), yang menyatakan bahwa salah satu ciri dari sel darah putih tidak berwarna.
Hasil praktikum ini juga sesuai dengan pendapat Sonjaya (2006) yang menyatakan bahwa bentuk sel darah merah pipih, bikonkaf, tidak mempunyai inti dan mempunyai ukuran panjang 7,5 mikron serta luas permukaan 120 mikron.
Gambar 1 eritrosit merupakan bentuk bulat cakram yang tidak mempunyai inti. Eritrosit ini berisi hemoglobin berwarna merah, darah yang berfungsi untuk mengikat oksigen. Perbedaan antara leukosit dengan eritrosit yaitu eritrosit tidak berinti sedangkan leukosit selalu punya inti sel. Sel darah merah terbentuk disumsum tulang belakang, masa hidupnya 90-120 hari, sapi 160 hari, babi 62 hari, kuda 140-150 hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2006) yang menyatakan bahwa hemoglobin dalam eritrosit berfungsi untuk mengikat oksigen, eritosit tidak berinti kecuali pada unta, unggas, reptile serta pembentukan sel darah merah di sumsum tulang belakang. Gambar preparat darah tersebut tampak sel darah putih (leukosit) dalam bentuk yang lebih besar dan sela darah merah dan mempunyai granula yang mempunyai inti sel, mampu bergerak bebas. Leukosit berfungsi mempertahankan tubuh dari invasi mikroorganisme. Leukosit lebih sedikit dari erotrosit yaitu 500-9000/mm3. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2006) yang menyatakan bahwa leukosit berfungsi untuk mempertahankan tubuh dari invasi miroorganisme dan leukosit mempunyai granula berupa bintik-bintik. Pada gambar tidak terlihat adanya trombosit disebabkan oleh sample darah yang kami gunakan terlalu tipis.

Waktu Perdarahan
            Dari hasil praktikum yang diperoleh diketahui bahwa perdarahan pada tangan praktikan yang ditusuk lanset steril terhenti pada waktu 52 detik. Hasil yang diperoleh ini juga dijelaskan pada teori berikut, yaitu waktu pendarahan adalah waktu yang dibutuhkan kulit berdarah untuk berhenti setelah penusukan kulit. Darah dihapus setiap 30 detik atau luka diredam dalam larutan fisiologis (Sonjaya, 2013). Sedangkan menurut Anonim (2009), waktu pendarahan adalah interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Dijelaskan juga pada teori berikut Waktu pendarahan adalah interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Penghentian pembuluh darah ini disebabkan terbentuknya agregat yang menutupi celah pembuluh darah yang rusak. (Dsyoghi, 2010)
Hasil praktikum ini sesuai dengan teori berikut yaitu kisaran waktu pendarahan yang normal adalah 15 hingga 120 detik. (Dsyoghi, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan suatu darah yakni besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas kadar hemoglobin dalam darah.

Waktu Beku Darah
   Hasil praktikum yang diperoleh yaitu darah membeku dan terlihat benang putih pada waktu 2 menit 28 detik. Hal ini sesuai dengan teori berikut yaitu waktu beku darah biasa disebut dengan waktu koagulasi darah. Waktu antara darah masuk sampai terjadi penggumpalan adalah waktu koagulasi rata-rata 4 – 5 menit (Wibowo, 2009). Hal ini sesuai dengan pendapat (Anonimc, 2013) yang menyatakan bahea terbentuknya fibrin disebabkan karena trombin yang merupakan enzim yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Fibrin inilah yang berfungsi menjaring sel-sel darah merah menjadi gel atau menggumpal.
Waktu beku darah dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik Faktor ekstrinsik dapat mengaktifkan faktor-faktor intrinsik (Drake, 2005).

Laju Endap Darah (LED)
            Hasil praktikum yang diperoleh dari LED ini yaitu pada 30 menit pertama cairan darah mengalami penurunan dari 0 menuju angka 121 ml, pada 30 menit kedua cairan darah mengalami penurunan dari 121 ml menjadi 141 ml dan pada 30 menit ketiga cairan darah mengalami penurunan dari angka 140 ml menjadi 150 ml. Dari hasil praktikum, diketahui bahwa semakin lama penurunan darah pada tabung westergreen  semakin lambat dikarenakan darah sudah mulai membeku dan sudah banyak terdapat darah yang berada pada kapas penyumbat. Hal ini tidak sesuai dengan teori berikut, Barbara (2006) Darah normal mempunyai LED relatif kecil karena pengendapan eritrosit akibat tarikan gravitasi di imbangi oleh tekanan keatas akibat perpindahan.
            (Widodo,  dkk, 2004) Prinsip dasar pemeriksaan LED adalah; darah dan antikoagulan dimasukkan ke dalam tabung dengan lubang ukuran tertentu (pada pipet LED) dan diletakan vertikal akan menyebabkan pengendapan eritrosit dengan kecepatan tertentu. LED merupakan kecepatan pengendapan dengan  mengukur jarak antara miniscus pemeriksaan LED. Beberapa faktor  yang mempengaruhi LED, yang dapat meningkatkan LED adalah usia tua, wanita, saat mensturasi, kehamilan, ukuran eritrosit (macrositosis), faktor teknis (masalah pengenceran, suhu ruangan/panas, kemiringan tabung LED) , peningkatan fibrinogen (pada beberapa kasus infeksi, inflamasi, dan keganasan). Faktor yang dapat menurunkan LED adalah lekositosis berat, polisitemia, speherositosis (acantositosis, micrositpsis ), faktor teknis (masala pengenceran, darah beku, tabung penden, getaran), abnormalitas protein (hipofibrinogenemia, hipogammaglobulinnemia, dispoteinemia). Faktor yang belum pasti mempengaruhi LED adalah obesitas, suhu badan, dan usai mengkomsumsi aspirin.
(Tambayong J, 2000) LED adalah kecepatan eritrosit mengendap dalam pipet westergren. Pada peradangan, kecepatan meningkat, karena perubahan pada komponen plasma yang terjadi selama proses inflamasi. Protein plasma yang terlibat dalam peningkatan LED disebut protein fase akut, terutama dilepaskan oleh hati. LED khususnya digunakan untuk membantu aktivitas berbagai penyakit inflamasi.
 (Widodo, 2004) Laju endap darah yang ditemukan pertama kali oleh Westergren pada tahun 1921. LED merupakan pemerikksaan yang menggambarkan komposisi plasma dan perbandingan antara eritrosit dengan plasma. 

Hemolisis dan Ketahanan Osmotik Eritrosit
            Hasil praktikum yang diperoleh yaitu pada pada konsentrasi 0,25 % NaCl, pada darah ayam mengalami lisis, sedngkan pada darah kambing dan sapi tidak mengalami lisis. Begitu juga dengan konsentrasi 0,9 %, 0,45 %, 0,65 % dan 3 % darah sapi, ayam dan kambing tidak ada yang mengalami lisis. Hal ini dijelaskan  dengan pendapat Sonjaya (2006), bahwa hemolisis adalah peristiwa keluarnya hemoglobin dari sel darah merah yang disebabkan oleh medium/plasma yang hipotonis.
Cormack (2008) mengatakan bahwa Hemolisis adalah rusaknya jaringan darah akibat lepasnya hemoglobin dari stroma eritrosit (butir darah merah). Hemolisis dapat disebabkan karena penurunan tegangan permukaan membrane sel dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pelarut organik, saponin, garam empedu, sabun, enzim, dan faktor lain yang merusak komplek lemak-protein dari stroma. Faktor hemolisis ini ditemukan pada bisa ular  famili Elapidae.
Sarkar & Devi (2006) Hemolisis secara langsung tidak dibutuhkan penambahan lesitin sedangkan hemolisis tidak langsung kehadiran lesitin pada sel darah merah atau penambahan dari luar sangat diperlukan.Secara umum, mekanisme hemolisis berlangsung dua tahap. Tahap pertama lesitin dalam sel darah atau yang ditambahkan dari luar akan diubah menjadi lisolesitin oleh lesithinase A.  Lisolesitin merupakan bentuk lesitin yang  memiliki aktivitas hemolitik. Selanjutnya, lisolesitin menyebabkan sel darah merah lisis dengan menyerap material lemak dinding sel  sehingga merusak keutuhan struktur sel darah.
         Hemolisis adalah peristiwa keluarnya hemoglobin dari dalam sel darah menuju cairan disekelilingnya, keluarnya hemoglobin ini disebabkan karena pecahnya membran sel darah merah.Membran sel darah termasuk membran yang permeabel selektif. Membran sel darah merah mudah dilalui atau ditembus oleh ion-ion H+, OH-, NH4+, PO4, HCO3-, Cl-, dan substansi seperti glukosa, asam amino, urea, dan asam urat. Sebaliknya sel darah merah tidak dapat ditembus oleh Na+, K+, Ca2+, Mg2+, fosfat organik, hemoglobin dan protein plasma. (Watson, 2007).

Hematokrit
            Hasil dari praktikum ini yaitu diperoleh yaitu untuk eritrosit ayam jumlahnya 26 %, eritrosit kambing 29 %, dan eritrosit sapi 28 %. Hal ini sesuai dengan teori berikut yaitu nilai hematokrit normal pada ayam berkisar antara 22,0%-35% dengan rata-rata 30,0%, untuk kadar hemoglobin normal pada ayam berkisar antara 7,0 gr/dl-13,0 gr/dl dengan rata-rata 9,0 gr/dl, dan untuk total eritrosit normal pada ayam berkisar antara 2,5-3,5 x 106/µl dengan rata-rata 3,0 x 106/µl (Dharmawan, 2002).
            Pendapat yang sesuai dengan percobaan hematokrit yaitu Anton, (2009) menyatakan ematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimanfatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah. Karena pada praktikum hematokrit ini cara pengerjaanya memang sesuai dengan pendapat di atas. Hanya saja untuk hasilnya jauh berbeda. Kemungkinan terjadi kesalahan dalam proses pengerjaan hingga hasilnya tidak tepat.

Hemoglobin
            Ada beberapa metode pemeriksaan hemoglobin.Diantara metode pemeriksaan hemoglobin yang paling sering digunakan di laboratorium dan yang paling sederhana adalah metode sahli, dan yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin (Bachyar, 2002).
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini yaitu pada darah sapi hemoglobin yang diperoleh adalah 10 %, darah kambing 8 % dan darah ayam 6 %.
Pendapat yang menerangkan tentang hemoglobin yaitu Frandson, (2002). menyatakan bahwa Pengaruh haemoglobin didalam sel darah merah menyebabkan timbulnya warna merah pada darah karena mempunyai kemampuan untuk mengangkut oksigen. Haemoglobin adalah senyawa organik yang komplek dan terdiri dari empat pigmen forpirin merah (heme) yang masing-masing mengandung iron dan globin yang merupakan protein globural dan terdiri dari empat asam amino. Haemoglobin bergabung dengan oksigen didalam paru-paru yang kemudian terbentuk oksihaemoglobin yang selanjutnya melepaskan oksigen ke sel-sel jaringan didalam tubuh Sel darah mengalami hemolisis yang lebih cepat dibanding dengan pembentukan atau produksi sel darah yang baru. Proses penggantian sel darah merah dari atau oleh sel darah yang baru terjadi setelah sirkulasi 3 hingga 4 bulan.

Menghitung Jumlah Sel Darah
            Hasil yang diperoleh dari praktikum ini untuk eritrosit kambing, jumlahnya adalah 16.880.000. Hasil ini sesuai dengan teori yang kisaran eritrosit kambing 8 sampai 18 juta. Eritrosit ayam berjumlah 6.200.000  dan kisaran normalnya adalah 2.72 sampai 3.8 juta, eritrosit sapi berjumlah 9.636.000 dengan kisaran normal 5 sampai 10 juta, leukosit sapi berjumlah 21.300 dengan kisaran normal 4 sampai 12 ribu, dan leukosit ayam berjumlah 28.300 dengan kisaran 16.6 sampai 29.4 ribu.
Hal ini didukung oleh pendapat Swenson (2000) menyatakan perbedaan sel darah putih dengan eritrosit adalah leukosit selalu mempunyai inti sel dan sitoplasma serta mampu bergerak bebas. Jumlah leukosit lebih sedikit dibanding eritrosit yaitu 5000-9000/mm3. Leukosit diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya granula di dalam sitoplasma dibagi menjadi granulosit dan agranulosit. Granulosit terdiri dari neutrofil, basofil dan eusinofil, sedangkan agranulosit terdiri dari limposit dan monosit. Jumlah total sel darah putih dinyatakan dengan 190/, sedangkan jumlah total sel darah merah dinyatakan dengan 1012/1. 
Pendapat lain yang melengkapi yaitu Sonjaya (2005) menyatakan jumlah total sel darah putih beserta masing-masing jenisnya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Jumlah sel darah putih pada hewan mempunyai variasi yang berbeda dari pada manusia yaitu tergantung antara lain kepada jenis hewan bangsa (breed), umur, jenis kelamin dan kondisi hewan tersebut.









V. PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dapt diambil kesimpulan bahwa sel darah hewan tidak ada yang mengalami pengkerutan dan rouleaux dan juga tidak ada mikroorganisme dalam sel. Waktu perdarahan pada setiap orang berbeda-beda dan semua tergantung dari faktor yang mempengaruhinya. Pembekuan darah pada praktikan dapat dilihat dari benang putih (fibrinogen) yang terbentuk ketika darah dibiarkan berada diluar tubuh atau terkena udara bebas. Laju Endap Darah pada tiga fase percobaan mengalami penurunan yang berbeda-beda dan semakn lama darah semakin membeku sehingga penurunannya semakin lambat dan sedikit.


5.2 Saran
Dalam melakukan praktikum ini seharusnya praktikan berhati-hati ketika praktikum sedang berjalan mengingat begitu sensitif dan mahalnya peralatan yang ada pada Laboratorium tersebut. Praktikan haruslah benar-benar memahami dan mendengarkan asisten dosen yang sedang menjelaskan tentang praktikum tersebut dan buanglah sampah hasil praktikum pada tempatnya.

















DAFTAR PUSTAKA
Dharmawan, NS. 2002. Pengantar Patologi Klinik Veteriner, Hematologi Klinik.    Universitas Udayana: Denpasar.
Barbara A. B, 2006. Hematologi: Principle dan Procedures. LEA dan REB.
Sonjaya, H. 2006. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Bachyar. 2002.Metode Pemeriksaan Hemoglobin.http://www.psychoplogymania. com/2012/o9/metode-pemeriksaan-hemoglobin.html.2 Mei 2014.
Dsyoghi,2010.Waktu Koagulasi dan Waktu Pendarahan. http://dsyoghi. wordpress.com. 26 September 2010.
Watson. 2007. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC : Jakarta.
Sarkar & Devi. 2006. Konsentrasi Sel Darah. EGC : Jakarta.
Cormack. 2008. Histologi veterinner. UI Press : Jakarta.
Sonjaya. 2013. Penuntun Praktikum Fisiologi Ternak Dasar. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Syaifuddin, 2002. Fisiologi Manusia dan Mekanisme terhadap Penyakit EGC. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Radiopoetra,2000,Jendela Ipteks,Jakarta: balai Pustaka.
Anonim, 2009. Fungsi darah. http://id.wikipedia.org/wiki/Darah.19 september 2013.
Wibowo,Fredi.2009.Proses Penggumpalan Darah. http://www.blogcatalog.com/ blogs/moslemblog/7.15 april 2013.
Evelyn, Pearce.2000. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Jakarta. Diakses tanggal 27 April 2014
Kusumawati, Diah. 2004. Bersahabat Dengan Hewan. Gadjah Mada
Press.Yogyakarta Diakses tanggal 27 April 2014
Poedjiadi, Anna. 2001. Dasar dasar biokimia. Jakarta. Indonesia University Press.
Diakses tanggal 27 April 2014
Saktiyono.2000. Biologi umum. Jakarta: Erlangga. Diakses tanggal 27 April 2014
Schmid, K. and Friends. 2003. Animal Physiology. Adaptation and Environment.
Cambridge University Press. USA. Diakses tanggal 27 April 2014
Sunarto. 2000. IPA BIOLOGI. Surakarta: Tiga Serangkai. Diakses tanggal 27 April 2014.
Wiseman, J.and W.J.A. Cole. 2000 . Feedstuff Evaluation. Butterworth. London. Diakses tanggal 27 April 2014
Ahndji.B.J.2001. Outline of  Veterinary Clinical Pathology. Second Edition. The Iowa State University press,Ames,Iowa,USA. Diakses tanggal 27 April 2014.