Jumat, 02 Januari 2015

Peserta Magang kelas TEI SMKN MERLUNG

Program praktek kerja lapangan SMKN1 MERLUNG

LAPORAN SEMESTER KIMIA 2014


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Biasanya zat murni yang telah tercemar dengan zat-zat lain yang dapat membentuk campuran yang bersifat homogen dan heterogenyang bergantung padaq jenis komponen yang terkandung dalam zat tersebut. Zat murni ada dua yaitu unsure dan senyawa,sedangkan campuran merupakan gabungan 2 zat murni dan komposisi yang sembarangan. Zat murni yang telah tercemar mengandung zat-zat lain dalam bentuk gas,cair,atau padatan. Dibumi jarang terdapat materi dalam keadaan murni,contohnya air laut. Pada perinsipnya pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau lebih yang saling bercampur.
Kromatografi adalah teknik pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia yang berdasarkan pada perbedaan migrasi dari masing-masing komponen campuran yang terpisah pada fase diam dibawah pengaru pergerakan fase yang bergerak. Beberapa sifat fisika umum dari molekul yang dipakai sebagai asa teknik pemisahan kromatografi adalah :
  1. Kecenderungan molekul untuk teradsorpsi oleh partikel-partikel padatan yang halus.
  2. Kecenderungan mlekul untuk melarut pada fase cair.
  3. Kecenderungan molekul untuk teratsir.
Reaksi kimia biasanya antara dua campuran zat, bukannya antar dua zat murni. Suatu bentuk yang paling lazim dan campuran adalah larutan reaksi kimia tlah mempengaruhi kehidupan kita. Di alam sebagian besar reaksi berlangsung dalam larutan air. Sebagai contoh cairan tubuh kita, tumbuhan maupun hewan, merupak larutan dari berbagai jenis zat. Dalam tanah pun reaksi pada umumya berlangsung dalam lapisan tipis lerutan yang diabsorbsi pada padatan.
Adapun contoh di kehidupan kita sehari-hari yang menggunakan reaksi kimia seperti, makanan yang kita konsumsi setiap saat setelah dicerna diubah menjadi tenaga tubuh. Nitrogen dan hydrogen bergabung membentuk ammonia yang digunakan sebagai pupuk. Bahan bakar dan plastik dihasilkan oleh minyak bumi, pati tanaman dalam daun disintesis dan  dan O oleh pengaruh sinar matahari. Pelajaran yang berkaitan dengan reaksi kimia lazim dikenal sebagi “stokiometri”. Stokiometri adalah bagian ilmu kimia yang mempelajar hubungan kunatitatif antara zat yang berkaitan dalam reaksi kimia.
Bila senyawa dicampur untuk bereaksi maka sering tercampur secara kuantitatif stokiometri, artinya semua reaktan habis pada saat yang sama. Namun demikian terdapat suatu reaksi dimana salah satu reaktan habis, sedangkan yang lain masih tersisa. Reaktan yang habis disebut pereaksi pembatas. Dalam setiap persoalan stokiometri, perlu untuk menentukan reaktan yang mana yang terbatas untuk mengetahui jumlah produk yang dihasilkan. Oleh karena itu percobaan ini dilakukan.  Diharapkan kita mengerti tentang pereaksi pembatas dan pereaksi sisa.
Stoikiometri sendiri adalah hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terkait dalam suatu reaksi kimia. Percobaan ini sendiri dilakukan untuk menentukan titik maksimum dan titik minimum pada suatu system. Selain itu, untuk menentukan reaksi itu berlangsung stoikiometri atau non stoikiometri. Sedangkan reaksi stoikiometri adalah reaksi yang dimana reaksinya habis bereaksi dan reaksi non stoikiometri adalah reaksi yang dimana reaktannya tidak habis bereaksi.
Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau produknya per satuan waktu, yang dinyatakan dengan persamaan reaksi:
Peraksi (reaktan) --> hasilreaksi (produk)
Ukuran jumlah zat dalam reaksi kimia umumnya dinyatakan sebagai konsentrasi molar atau molaritas (M). Dengan demikian maka laju reaksi menyatakan berkurangnya  konsentrasi pereaksi atau bertambahnya konsentrasi zat hasil reaksi setiap satu satuan waktu (detik). Satuan laju reaksi umumnya dinyatakan dalam satuan mol (mol/liter detik). Laju reaksi ada yang berlangsung sangat lambat,  sangat cepat berada diantaranya. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi:   Suhu,   Keberadaan katalis, Konsentrasi reaktan, Tekanan reaktan berupa gas, Luas partikel.
Cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung disebut laju reaksi. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi persatuan waktu. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol perliter, tetapi untuk reaksi fase gas satuan konsentrasi dapat diganti dengan satuan tekanan, seperti Atmosfer (atm), millimeter merkorium (mmHg) atau pascal (Pa). satuan waktu dapat detik, menit, jam, hari, bulan bahkan tahun bergantung pada reaksi itu berjalan cepat atau lambat.
Pentingnya reaksi-reaksi dikenali sejak awal kimia. Reaksi oksidasi dan reduksi ialah reaksi kimia yang di sertai dengan perubahan bilangan oksidasi. Reaksi redoks ada yang berlangsung spontan ada juga yang berlangsung tidak sepontan. Reaksi redoks yang berlangsung sepontan digunakan sebagai sumber arus yaitu dalam sel volta seperti baterai dan aki reaksi redoks yang berlangsung non. Spontan dapat berlangsung dengan menggunakan arus listrik yaitu dalam elektrolisis yang diterapkan dalam industry pengolahan aluminium dan pengolahan lainnya.
Dalam oksidasi reduksi suatu intensitas diambil atau dibarikan dari dua zat yang bereaksi situasinnya mirip dengan reaksi asam basa. Singkatnya reaksi oksidasi-reduksi dan asam basa. Merupakan pasangan system dalam kimia reaksi oksidasi-reduksi dan asam basa memiliki nasib sama, dalam hal keduannya digunakan  dalam banyak praktek kimia sebelum reaksi ini dipahami.
Perkembangan sel elektrik juga sangat penting penyusunan komponen reaksi oksidasi. Reduksi merupakan praktek yang penting dan memuaskan secara intelektual. Sel dan elektrolisis adalah contoh penting keduanya sangat erat dengan kehidupan sehari-hari dan dalam industry kimia.
Oleh karena itu yang melatar belakangi percobaan ini untuk mengetahui dan dapat memahami konsep reaksi oksidasi-reduksi dilakukan percobaan sederhana dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan Dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini ialah untuk mengetahui cara dan proses pemisahan dan pemurnian. Untuk praktikum kromatografi yaitu untuk memisahkan dan mengidentifikasi suatu campuran zat untuk praktikum stiikiometri dapat menentukan harga perubahan temperatur dari unsur dan senyawa yang digunakan. Pada laju reaksi adalah untuk mengetahui pengaruh dari konsentrasi, besar partikel, dan temperatur terhadap laju reaksi. Pada titrasi asam-basa untuk mengetahui reaksi yang terjadi dari asam dan basa yang dicampurkan dan titrasi oksidasi reduksi untuk mengetahui dan melihat bagaimana reaksi asam dan basa yang dicampurkan, dan proses yang terjadi setelah keduanya dicampurkan.
Adapun manfaat dari praktikum yang dilakukan adalah Pratikan mengetahui dan mengerti bagaimana proses Pemisahan dan Pemurnian, Kramotografi, Stoikiometri, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi, dan Titrasi Oksidasi Reduksi sehingga dapat menambah Ilmu Pengetahuan yang bermanfaat dalam proses pembelajaran.



MATERI DAN METODA

Waktu dan Tempat
Praktikum pertama Pemisahan dan Pemurnian dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 19 Oktober 2013, Praktikum kedua Kramotografi dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 26 Oktober 2013, Praktikum ketiga Stoikiometri dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 2 November 2013, Praktikum ke empat Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 9 November 2013, dan Praktikum ke lima Titrasi Oksidasi Reduksi dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 16 November 2013 pada Pukul 12:30 WIB s/d Selesai. Yang bertempat di Laboratorium MIPA.

Materi
Alat dan zat yang digunakan dalam Praktikum Pertama Pemisahan dan Pemurniaan adalah : Gelas Kimia,Corong, Cawan penguap, Gelas Ukur 50 mL, Pembakar, Kaca Erloji, Kertas Saring, CuSO4.SHzO,Garam dapur,Yod, Kapur Tulis, Pasir. Praktikum Kedua Kramotografi menggunakan alat dan zat: Kertas Kramotografi, Gelas Kimia, Lidi, Tinta Biru, dan hijau. Praktikum ketiga Stoikiometri alat dan zatnya : Tabung Reaksi, Termometer, pipet Tites, Larutan CuSO4, NaOH, HCI, dan Air. Praktikum Keempat Faktor-faktor Mempengaruhi Laju Reaksi Alat dan zat : Tabung Reaksi, Balon, Butiran Seng (Zink), Larutan Asam Klorida, Marmer, Pipet Tetes, Rak Tabung Reaksi, Stopwatch, Natrium Tiosulfat, Pembakar, dan Kertas. Praktikum Ke Lima Titrasi Oksidasi Reduksi alat dan zat : Labu Titrasi, Buret 50 mL, Pipet 25 mL, Larutan Asam Sulfat, dan Larutan ZatbTinta 10 mL.

Metoda
Adapun cara pengerjaan pada Pemisahan dan Pemurnian praktikum pertama adalah :  pertama, masukan ± 1 sendok pasir kedalam gelas kimia yang berisi air, kemudian di aduk.biarkan pasir mengendap.kemudian tuangkan larutan bagian atas. Kedua, masukan bubuk kapur tulis kedalam gelas kimia,kemudian diaduk.siapkan corong dan kertas saring,lalu lakukanlah penyaringan. Ketiga, larutkan garam dapur dalam gelas kimia yang berisi air,kemudian larutan garam ini disaring dengan menggunakan kertas saring. Keempat, larutkan 10 gram garam CuSO4.5H2O kedalam 50 mL air. Uapkan larutan ini sehingga volum menjadi 20 mL, kemudian dinginkan. Kelima campurkan ± 1 sendok pasir dan sendok garam dapur, sampai homogeny,dan masukan kedalam gelas kimia. Keenam masukan ± 2 gram Yod yang kotor (dikotori dengan pasir atau natrium karbonat) kedalam cawan penguapan. Tutup cawan penguapan tersebut dengan kaca erloji.
Adapun cara pengerjaan pada Kramotografi praktikum kedua adalah : Pertama, buatlah garis dengan pensil 1 cm dari ujung bawah kertas kramotografi (semacam kertas saring). Kedua, Buatlah titik dengan tinta hijau ditengah garis itu. Ketiga, buatlah titik dengan tinta lain disebelah kiri dan disebelah kanan hijau pada jarak 2 cm. Biarkan titik itu menjadi kering. Keempat, gulung kertas sehingga membentuk selinder. Kelima, tempatkan kertas dalam gelas kimia yang berisi air setinggi 1 cm, sehingga ujung kertas tercelup dalam air  (jaga titik tinta tidak tercelup/ terendam dalam air). Keenam, biarkan air merambat. Ketujuh, jika air sudah merambat kebagian kertas keluarkan kertas. Kedelapan, perhatikan noda-noda zat warna dalam tinta. Kesembilan, ukur jarak batas air dan jarak tiap noda dan zat warna. Kesepuluh, hitunglah perbandingan kedua Jarak =  .  Kesebelas, buat kramotogram dari titik tinta yang tidak dikenal.
Adapun cara pengerjaan pada Stoikiometri praktikum ketiga adalah : Pada percobaan satu Stoikiometri CuSO4-NaOH. Pertama, masukan larutan NaOH kedalm 4 buah tabung reaksi berturut-turut 4mL, 3 mL. 2 mL, dan 1 mL. dan kedalam 4 buah tabung reaksi lainnya masukan berturut-turut 1mL, 2mL, 3mL, 4mL larutan CuSo4. Kedua, ukur suhu larutan NaOH pada setiap tabung. Ketiga, campurkan larutan  NaOH dan CuSO4.dan ukur suhu dan catat sebagai temperature akhir. Keempat, hitung harga ∆T dengan rumus ∆T= Ta-Tm. Kelima, buat grafik antara ∆T (sumbu Y) dan volume NaOH –CuSO4 (sumbu X). Dan pada  percobaan dua Stoikiometri asam-basa. Pertama, masukan larutan NaOH kedalam 4 buah tabung reaksi buah tabung reaksi lainnya masukkan berturut-turut 4 mL, 3mL, 2mL, 1mL.larutan HCL. Kedua ukur suhu larutan NaOH pada setiap tabung dan catat temperatur mula-mula (Tm). Ketiga,campurkan laruran NaOH dan HCL dan ukur suhunya dan catat sebagai temperature dengan rumus ∆T=Ta-Ta. Keempat, buat grafik antara ∆T (sumbu Y) dan volume asam-basa (Sumbu X).
Adapun cara pengerjaan pada Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi praktikum Keempat: Pada percobaan satu antara seng dengan asam klorida. Pertama, masukan larutan asam klorida 1 M sebanyak 10 ml kedalam tabung reaksi kemudian reaksi tersebut lalu tutup dengan balon. Kedua, jalankan stopwatch tepat saat balon dipasang dan hentikan saat balon sudah terisi gas dan berdiri,kemudian catat waktu yang dicapai. Ketiga, lakukanlah percobaan yang sama terhadap larutan asam klorida 2 M sebanyak 10 ml dan butiran seng sebanyak 1 gram. Pada percobaan dua antara kalium karbonaat (marmer) dengan asam klorida. Pertama, masukan larutan asam klorida 1 M sebanyak 10 ml kedalam tabung reaksi kemudian masukan marmer kasar sebanyak 2 gram kedalam tabung reaksi tutup dengan balon. Kedua, jalankan stopwatch tepat saat balon dipasang dan hentikan saat balon terisi gas dan berdiri. Kemudian catat waktu yang dicapai. Ketiga, lakukanlah hal yang sama terhadap larurtan asam klorida 1 M sebanyak 10 ml dan butiran marmer halus sebanyak 2 gram . Pada percobaan tiga antara natrium tiosulfat (Na2SO3) dengan asam klorida yang pertama,masukan dengan cara teteskan 2M na2SO3 kedalam tabung dengan balon. Ke empat bakar tabung atau panaskan tabung kira-kira 10 detik hingga balon berisi gas dan berdiri dan catat waktu dari percobaan.
Adapun cara pengerjaan pada Titrasi Oksidasi Reduksi praktikum ke lima. Yang Pertama: pipet 25 mL larutan asam oksalat standar ke dalam labu titrasi,yang kedua : tambahkan 50mL air dan tambahkan 10mL H2SO4  2M, yang ketiga : Panaskan sampai hamper mendidih (± 70 ˚C), yang keempat : Titrasi dengan larutan KMnO4 sehingga terjadi perubahan warna.


HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Pemisahan dan Pemurnian
            Dari praktikum yang telah dilakukan maka didapatkan hasil yaitu:
Pada kegiatan 1; Pasir yang dicampur dengan air dapat dipisahkan dengan cara dituang. Karena pasir mengendap di bawah sedangkan air yan berada di atas dapat dituang dan mudah dipisahkan keduanya. Pada kegiatan 2; Bubuk kapur yang dimasukkan kedalam glas kimia dan diberi air, maka warna campuran kedua bahan menjadi tidak bening. Tetapi setelah dilakukan penyaringan, maka air terpisah dengan bubuk kapur, karena bubuk kapur tersangkut dikertas saring. Sehingga warna air menjadi jernih, dengan begitu kedua bahan yang dicampur dapat dipisahkan kembali. Pada kegiatan 3; Garam dapur yang diarutkan dengan air walaupun saat disaring tidak dapat dipisahkan tetapi saat larutan diuapkan maka terbentuk kristal-kristal garam. Sehingga dengan begitu keduanya telah berhasil dipisahkan. Pada kegiatan 4; garam CuSO4.5H2O yang dilarutkan dengan air juga dapat dipisahkan dengan cara setelah dicampur, larutan larutan tersebut diuapkan sehingga terbentuk kristal-kristal garam. Pada kegiatan 5; Campuran pasir dengan garam yang dilarutkan dalam gelas kimia lalu dipanaskan dan disaring, campuran tersebut dapat diisahkan karena garam yang telah terlarut dalam air mengkristal kembali, sedang pasir tengsangkut dikertas saring dan air mengalami penguapan, sehingga semua bahan yang tadinya dicampurkan dapat terpisah. Pada kegiatan 6; Larutan campuran yod yang dibiarkan menguap dalam cawan penguap juga dapat dipisahkan.
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan membuktikan bahwa praktikum yang dilakukan telah berhasil karena sesuai dengan beberapa pendapat yaitu:
Menurut Mendham (2004) Faktor-faktor yang menentukan dalam analisis pengendapan adalah endapan dapat diubah menjadi zat murni dengan komposisi tertentu. Pengendapan dilakukan dala larutan panas. Pada temperatur yang tinggi kecepatan kristalisasi bertambah, jadi menimbulkan kristal yang terbentuk lebih baik.
Menurut Dorensbqura (2001) Pada tekanan udara yang rendah zat padat juga bisa berlangsung menjadi bentuk gas, proses ini dinamakan sublimasi.
Menurut Rahayu (2011), destilasi sederhana biasa adalah tekhnik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponenyang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murninya. Senyawa-senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap pada saat mencapai titik didih masing-masing. Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap senyawa dalam campuran.
Menurut Partana (2008), penguapan dan kristaliasasi merupakan metode pemisahan campuran berdasarkan titik didihnya. Titik didih setiap zat berbeda satu sama lain. Adanya perbedaan titik didih tersebut dapat dimanfaatkan untuk memisahkan campuran dengan cara penguapan.
Menurut Sukarjo (2002), bila zat cair didinginkan gerakan teranalisasi molekul-molekul menjadi lebih kecil dan gaya tarik molekul semakin besar sehingga setelah mengkristal molekul mempunyai kedudukan tertentu didalam kristal. Panas yang terbentuk pada kristalisasi tersebut panas pengkristalan.
Menurut Arsyad (2001), garam dapur atau Natrium Clorida (NaCl), padat berwarna putih yang dapat diperoleh dengan menguapkan dan memurnikan air laut. Juga dapat dengan menetralisasi HCl dengan NaOH berair. NaCl nyaris tidak dapat larut dalam alkohol, tetapi larut dalam air sambil menyedot panas, perubahan kelarutannya sangat kecil dengan suhu. Garam normal adalah suatu garam yang tak mengandung hidrogrn atau gugus hidroksida yang dapat di gusur. Laruta-larutan berair dari garam normal tidak selalu netral terhadap indikator semisal lakmus. Garam rangkap adalah garam yan terbentuk lewat kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekivalen dua atau lebih garam tertentu.
Menurut Mikarjudin (2007), campuran dapat dipisahkan dengan menggunakan metode. Metode-metode tersebut yaitu, pengayaan, penyaringa, sentrifugasi, evaporasi, pemisahan campuran dengan menggunakan magnet, sublimasi, destilasi, corong pisah, dan kromatografi.

B.     Kromatografi
Tabel 1 : Kromatografi
Warna Tinta
Warna Noda
Biru
1.      Biru tua
2.      Biru muda
1 cm
3 cm
Hijau
1.      Hijau tua
2.      Hijau muda
2,5 cm
4,3 cm
Merah
1.      Merah
2.      Jingga
1 cm
5 cm

Diketahui :      Tinggi (jarak) batas air            = 12,5 cm
Tinggi warna biru                    = 4 cm
Tinggi warna hijau                  = 6,8 cm
Tinggi warna merah                = 6 cm
Penyelesaian:
-          warna biru       =   =  = 0,32 cm
-          warna hijau      =  =  = 0,54 cm
-          warna merah    =  =  = 0,48 cm

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui dan dilihat bahwa rambatan air sepanjang 12,5 cm, warna biru 4 cm, warna hijau 6,8 cm, dan warna merah 6 cm. Yang merambat lebih cepat adalah zat warna hijau dan diikuti dengan warna merah kemudian warna biru. Setiap zat warna tinta yang merambat, mengalami perubahan warna yaitu dari warna biru tua menjadi biru muda, hijau tua menjadi hijau muda, merah menjadi jingga, dan setiap warna yang merambat semakin ke ujung semakin memudar.
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan membuktikan bahwa praktikum yang dilakukan telah berhasil karena sesuai dengan beberapa pendapat yaitu:
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas) (Patnaik 2004).
Teknik pemisahan ini memanfaatkan interaksi komponen dengan fase diam dan fase gerak serta sifat fisik dan sifat kimia komponen. Berdasarkan fase gerak dan fase diam yang digunakan, kromatografi dibedakan menjadi liquid-solid chromatography (kromatografi dengan fase diam berwujud padat dan fase gerak berwujud cair), gas-solid chromatography (kromatografi dengan fase diam berwujud padat dan fase gerak berwujud gas), liquid-liquid chromatography (kromatografi dengan fase diam berwujud cair dan fase gerak berwujud cair), dan gas-liquid chromatography (kromatografi dengan fase diam berwujud padat dan fase gerak berwujud gas) (Harvey 2000).
Berdasarkan bentuk ruang penyangganya, kromatografi dibedakan menjadi kromatografi planar (kromatografi dengan fase diam terletak pada permukaan datar) yang meliputi kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis serta kromatografi kolom (kromatografi dengan fase diam tertahan pada sebuah kolom) yang meliputi kromatografi manual, high performance liquid chromatography, dan kromatografi gas (Harvey 2000).
Percobaan ini hanya melakukan aplikasi kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Prinsip dari kedua aplikasi tersebut adalah dengan meneteskan sampel pada kertas di garis startnya berulang-ulang. Setelah kering, kertas dimasukkan dalam pelarut jenuh dan dibiarkan bergerak menuju garis finish. Kromatografi lapis tipis menggunakan lempeng tipis/ plastik yang dilapisi adsorben sebagai penyangga. Kromatografi kertas menggunakan kertas sebagai penyangga (Rouessac 2007).
Proses pengeluaran asam mineral dari kertas desalting. Larutan ditempatkan pada kertas dengan menggunakan mikropipet pada jarak 2–3 cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal. Setelah kertas dikeringkan, ia diletakan didalam ruangan yang sudah dijenuhkan dengan air atau dengan pelarut yang sesuai. Terdapat tiga tehnik pelaksanaan analisis. Pada tehnik ascending; pelarut bergerak keatas dengan gaya kapiler. Sedangkan ketiga dikenal dengan cara radial atau kromatografi kertas sirkuler (Basset, 2000).
Beberapa zat yang diteteskan pada kertas dapat bergerak pindah lebih cepat daripada yang lain. Kelarutan suatu partikel terhadap pelarutnya mempengaruhi kecepatan perpindahan tersebut. Semakin mudah suatu partikel larut, semakin cepat pula laju geraknya. Suatu campuran pewarna dapat dipisahkan dengan teknik kromatografi karena adanya perbedaan kelarutan antara zat penyusun campuranpewarna tersebut. Selain itu, kecepatan bergerak partikel penyusun sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel penyusunnya. Partikel penyusun yang lebih akan bergerak lebih cepat daripada partikel penyusun yang berukuran lebih besar (Kamilati,2006).
Kromatografi adalah pemisahan kompomen dari suatu campuran berdasarkan dua fasa, yaitu fasa gerak dan fasa diam . Fasa diam sebagai pemisah campuran, dan fasa gerak sebagai pembawa campuran (Fatma,2009).

C.    Stoikiometri
Percobaan kali ini yaitu tentang stoikiometri. Pada saat mencampukan 4 ml NaOH dengan 1 ml CuSO4, larutan yang terbentuk berubah menjadi warna biru telur asin, dan terbentuk gumpalan-gumpalan pada larutan tersebut. Pengaruh variasi volume diketahui, jika semain banyak volume NaOH yang dicampurkan akan menghasilkan warna yang semakin gelap. Dan juga semakin banyak volume CuSO4, yang dicampurkan maka semakin gela warna larutan. Sebaliknya jika volume NaOH yang dicampurkan semakin sedikit, maka warna larutan yang dihasilkan akan semakin bening/cerah. Pengaruh variasi volume terhadap suhu yaitu semakin banyak volume NaOH yang dicampurkan maka suhu yang terbentuk juga mengaami kenaikan. Tetapi dari hasil praktikum menunjukkan volue NaOH yang dicampurkan 4 ml mempunyai suhu lebih rendah dibandingkan campuran antara 1 ml NaOH, dengan 4 ml CuSO4. Seharusnya volume NaOH 4 ml mempunyai suhu lebih tinggi dibandingkan campuran NaOH 1 ml. Ini dikarenakan ruang tempat praktikum bukan ruang hampa udara, sehingga sangat mempengaruhi suhu. Hasil dari praktikum diketahui semua perubahan suhunya bervariasi. Jika dibuat grafik, hubungan antara ∆T dengan volume maka grafik yang terbentuk, berupa garis naik turun seperti pada gambar. Maka dari grafik tersebut tidak dapat diketahui titik maksimum dan titik minimumnya.
Percobaan kedua yaitu stoikiometri asam-basa. Menggunakan dua macam larutan yaitu HCl dan NaOH. Larutan NaOH dan HCl memiliki temperatur awal yang berbeda. Setelah dicampurkan diperoleh temperatur yang berbeda juga. Grafik antar volume dan perubahan suhu adalah naik turun.

Stoikiometri CuSO4-NaOH
Tabel 2 : Stoikiometri CuSO4-NaOH
NaOH
CuSO4
Tm
Ta
∆T
4 ml
1 ml
28oC
29,5 oC
1,5 oC
3 ml
2 ml
29 oC
30 oC
1 oC
2 ml
3 ml
30 oC
31 oC
1 oC
1 ml
4 ml
30 oC
32 oC
2 oC

Grafik 1 : Stoikiometri CuSO4-NaOH


Stoikiometri Asam-Basa
Tabel 3 : Stoikiometri Asam-Basa
NaOH
HCl
Tm
Ta
∆T
1 ml
4 ml
20oC
20,5 oC
0,5 oC
2 ml
3 ml
19,5 oC
21 oC
1,5 oC
3 ml
2 ml
19,8 oC
21 oC
1,2 oC
4 ml
1 ml
20 oC
21,5 oC
1,5 oC

Grafik 2 : Stoikiometri Asam-Basa

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan membuktikan bahwa praktikum yang dilakukan telah berhasil karena sesuai dengan beberapa pendapat yaitu:
Perbandingan antara Ta dan Tm hanya sedikit sehingga hasil dari ∆T tidak signifikan. Tidak terlalu mempengaruhi harga ∆T. (Albert.2003).
Stoikiometri adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan numeris antara unsur dan senyawa (masa relative atom dan molekul) penetapan proporsi bersenyawanya unsur-unsur (rumus kimia) dan hubungan bobot dalam reaksi kimia (persamaan reaksi). (Nastiti W Karliansyah 2004)
Cabang ilmu kimia yang membahas penetapan perbandingan (anonim 2004)
Cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan numeris antara unsur dan senyawa (masa relative atom dan molekul) didalam reaksi kimia (persamaan reaksi) (Ali Shahab 1996)
Bagian dalam ilmu kimia yang mempelajari hubungan numerik antara unsur maupun senyawaan, bobot atom (molekul) mereka, penentuan proparsi dalam mana unsur-unsur ini bersenyawa, rumus-rumus molekul, hubungan bobot dalam (persamaan) reaksi kimia. (chang  2002)
Reaksi kimia secara umum dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu reaksi asam-basa dan reaksi redoks. Secara garis besar, terdapat perbedaan yang mendasar antara kedua jenis reaksi tersebut, yaitu pada reaksi redoks terjadi perubahan bilangan oksidasi (biloks), sedangkan pada reaksi asam-basa tidak ada perubahan biloks. Kedua kelompok reaksi kimia ini dapat dikelompokkan ke dalam 4 tipe reaksi: Sintesis, Dekomposisi, Penggantian Tunggal, dan Penggantian Ganda.(Yusuf.2011)
Hukum Perbandingan Volume (Gay Lusssac) berbunyi “Volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat yang sederhana bila diukur pada suhu dan tekanan yang sama “ (dody.2009)

D.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil yaitu :
Pada kegiatan 1, reaksi antara Zn dengan HCl, didapatkan hasil bahwa balon tidak berdiri walaupun terdapat udara atau gas didalam balon. Selama 42 menit balon baru terisi udara secara perlahan tetapi pada kegiatan 1, dilakukan dua percobaan yaitu pada percobaan pertama antara 1 gram Zn, dengan HCl 1 M sebanyak 10 ml, balon terisi udara tetapi tidak mau berdiri selama 42 menit. Pada percobaan kedua, antara 1 gr Zn, dengan HCl 2 M sebanyak 10 ml, balon terisi udara dan mau berdiri selama 37 menit 15 detik. Dengan begitu dari ke dua percobaan yang dilakukan membuktikan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan, maka semakin cepat reaksi berlangsung. Sehingga besar konsentrasi mempengaruhi laju reaksi.
Pada kegiatan 2, reaksi antar marmer dengan HCl, didapatkan hasil pada percobaan pertama antara 2 gr marmer kasar dengan HCl 1 M sebanyak 10 ml balon berisi udara tetapi tidak mau berdiri selama 28 menit 15 detik. Pada percobaan kedua, antara 2 gr marmer halus  dengan HCl 1 M sebanyak 10 ml balon berisi udara tetapi tidak mau berdiri juga, hanya saja udara yang ada didalam balon lebih banyak dari pada udara yang ada didalam balon pada percobaan pertama dan balon terisi udara selama waktu 24 menit 19 detik. Dengan begitu dari 2 percobaan yang dilakukan membuktikan bahwa semakin kecil partikel yang ada didalam larutan maka semakin cepat pula reaksi yang terjadi. Sehingga besar partikel mempengaruhi laju reaksi.
Pada kegiatan 3, reaksi antara NaSO3 dengan HCl, didapatkan hasil pada percobaan pertama antara 2 tetes NaSO3 2 M dengan 2 tetes HCl, pada saat sebelum dipanaskan balon berisi udara tetapi tidak mau berdiri selama waktu 23 menit 14 detik. Dan pada percobaan kedua antara 2 tetes NaSO3 2 M dengan HCl, pada saat dipanaskan selama 10 detik, balon terisi udara lebih banyak dibandingkan saat sebelum dipanaskan, walaupun balon tidak mau berdiri selama waktu 21 menit 13 detik. Dengan begitu, dari ke dua percobaan yang dilakukan meembuktikan bahwa semakin tinggi suhu maka semakin mempercepat reaksi yang terjadi. Sehingga suhu mempengaruhi laju reaksi.
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan membuktikan bahwa praktikum yang dilakukan telah berhasil karena sesuai dengan beberapa pendapat yaitu:
Sebelum pereaksi terlibat dalam suatu reaksi kimia mereka harus mengadakan kontak lebih dahulu satu sama lain. Terkadang kontak seperti ini cukup untuk memulai reaksi secara spontan. Meskipun demikian dalam banyak kasus di perlukan sumber energi dari luar untuk memenuhi terjadinya reaksi, yaitu untuk menyediakan energi aktivitas reaksi. Magnesium misalnya harus dipanaskan sampai temperaturenya naik terlebih dahulu sebelum bereaksi dengan oksigen dari udara. Sekali reaksi terjadi, reaksinya akan cepat sekali dan menghasilkan banyak panas (Krisbiyanto : 2008).
Pada katalis, beberapa reaksi berlangsung lambat sekali meskipun suhu cukup tinggi dan zat-zat pereaksi berada cukup dekat. Dalam kasus ini perlu ditambahkan bahan lain, yang tidak terlihat langsung dalam reaksi, yang kadang kala akan mempercepat perubahan kimia. Bahan-bahan ini di sebut katalis. Katalis-katalis mengubah kecepatan reaksi tanpa ikut berubah secara permanent. Dengan perkataan lain. Suatu jumlah katalis sebelum dan sesudah reaksi akan tetap sama. Suatu katalis menurunkan energi aktivitas untuk reaksi tertutup, yaitu dengan memperlemah atau memutuskan ikatan molekul pereaksi. Katalis yang berbeda memodifikasi kecepatan reaksi yang berbeda. Semua sel-sel hidup terdiri dari katalis alami yang disebut enzim, yang memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi biokimia yang penting. Zat yang bertindak sebagai katalis disebut katalisator. Senyawa katalis diduga mempengaruhi kecepatan reaksi dengan salah satu jalan, yaitu dengan pembentukan senyawa antara (katalis homogen) atau dengan adsorbsi (katalis heterogen) katalisator menyediakan suatu jalan yang lebih menguntungkan yaitu dengan jalan energi pengaktifan yang lebih rendah. Fungsi katalis yaitu menurunkan sejumlah energi aktivitas yang dibutuhkan agar suatu reaksi dapat berlangsung (Tamran dan J. Abdul 2008).
Kecepatan suatu reaksi juga meningkat oleh apapun yang menyebabkan pereaksi-pereaksi semakin besar hubungannya antara satu sama lain, ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu menaikkan suhu untuk reaksi endoterm, memperluas permukaan bidang sentuh pereaksi, meningkat konsentrasi pereaksi gas dan penambahan katalis(Purba:2002).
 Pada suhu, laju reaksi dapat juga dipercepat atau diperlambat dengan mengubah suhunya. Suhu juga berbanding lurus dengan laju reaksi karena bila suhu reaksi dinaikkan maka laju reaksi juga semakin besar (Wahyu 2010).
Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi. Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat reaksi) dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat (peevee veedies 'jutexmuetz’ 2009).
Kecepatan reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi berpangkatan bilangan order reaksinya. ( Drs. Mulyono HAM. Mpd 2006)
Mengukur seberapa cepat reakton habis bereaksi/seberapa cepat produk terbentuk laju dinyatakan sebagai perbandingan perubahan konsentrasi terhadap waktu (Raymod chang 2004).

E.     Titrasi Oksidasi Reduksi
Saat larutan H2SO4 diteteskan kedalam labu titrasi dan bereaksi dengan zat tinta warna. Zat tnta warna yang semula berwarna biru tua setelah diteteskan H2SO4 maka bereaksi dan berubah warna menjadi kehjauan atau hijau muda. Zat tinta warna yang semula berwarna biru tua berubah menjadi hijau muda, setelah ditetesi larutan H2SO4 sebanyak 3,6 ml.

Tabel 4 : Titrasi Oksidasi Reduksi
Kedudukan buret
Titrasi
Setelah titrasi
10,4 ml
Awal titrasi
6,8 ml
Jumlah H2SO4 yang digunakan (ml)
3,6 ml

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan membuktikan bahwa praktikum yang dilakukan telah berhasil karena sesuai dengan beberapa pendapat yaitu:
Titrasi iodimetri-iodometri ini sering digunakan dalam industri farmasi. Khususnya, pada penentuan kadar zat-zat uji yang bersifat reduktor dan oksidator. Adapun iodimetri adalah penentuan kadar senyawa dengan potensial oksidasi yang lebih besar, dan iodimetri digunakan untuk menentukan kadar senyawa misalnya asam askorbat, natrium askorbat, natrium tiosulfat dan sediaan injeksinya (sudjadi, 2007).
Titrasi-titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan elektron antara titran dan analit. Jenis titrasi ini biasanya menggunakan potensiometri untuk mendeteksi titik akhir, meskipun demikian penggunaan indikator yang dapat berubah warnanya dengan adanya kelebihan titran juga sering digunakan. Dalam titrasi redoks sendiri, ada yang melibatkan iodium dan ada pula yang melibatkan ion permanganat (Rohman, 2012).
Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu, titrasi langsung (iodimetri) dan titrasi tidak langsung (iodometri). Iodimetri adalah titrasi langsung  yang digunakan untuk menetapkan kadar asam askorbat, natrium askorbat, metampiron (antalgin), natrium tiosianat dan sediaan injeksinya. Sedangkan iodometri adalah titrasi tidak langsung yang digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa dengan potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa –senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O (Rohman, 2012).
Vitamin C atau asam askorbat merupakan salah satu vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kekurangan vitamin C telah dikenal sebagai penyakit sariawan dengan gejala seperti gusi berdarah, sakit lidah, nyeri otot dan sendi, berat badan berkurang, lesu, dan lain-lain. Vitamin C mempunyai peranan yang penting bagi tubuh manusia seperti dalam sintesis kolagen, pembentukan carnitine, terlibat dalam metabolisme kolesterol menjadi asam empedu dan juga berperan dalam pembentukan neurotransmitter norepinefrin. Vitamin C memiliki sifat sebagai antioksidan yang dapat melindungi molekul-molekul yang sangat diperlukan oleh tubuh, seperti protein, lipid, karbohidrat, dan asam nukleat dari kerusakan oleh radikal bebas dan reaktif oksigen spesies. Vitamin C juga dibutuhkan untuk memelihara kehamilan, mengatur kontrol kapiler darah, secara memadai, mencegah hemoroid, mengurangi resiko diabetes dan lain-lain (Helmi, 2007).
Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan senyawa bersifat asam dengan rumus empiris C6H8O6 (berat molekul=176,12 g/mol). Kegunaan Vitamin C adalah sebagai antioksidan dan berfungsi penting dalam pembentukan kolagen, membantu penyerapan zat besi, serta membantu memelihara pembuluh kapiler, tulang, dan gigi. Konsumsi dosis normal vitamin C 60 – 90 mg/hari. Vitamin C banyak terkandung pada buah dan sayuran segar. Vitamin C berperan sebagai antioksidan yang kuat yang dapat melindungi sel dari agen-agen penyebab kanker, dan secara khusus mampu meningkatkan daya serap tubuh atas kalsium (mineral untuk pertumbuhan gigi dan tulang) serta zat besi dari bahan makanan lain vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air dan esensial untuk biosintesis kolagen (Selandiawidiasmoro, 2007).
Dalam larutan, kadar bahan yang terlarut (solut) dinyatakan dengan konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya massa yang terlarut dihitung sebagai berat (gram) tiap satuan volume (mililiter) atau tiap satuan larutan, sehingga satuan kadar seperti ini adalah gram/mililiter. Cara ini disebut dengan cara berat/volume atau b/v. Disamping cara ini, ada cara yang menyatakan kadar dengan gram zat terlarut tiap gram pelarut atau tiap gram larutan yang disebut dengan cara berat/berat atau b/b. Secara matematis, perhitungan kadar suatu senyawa yang ditetapkan secara volumetri dapat menggunakan rumus-rumus umum berikut (Rohman, 2012).
Kristal natrium thiosulfat dengan rumus kimianya Na2S2O3.5H2O, meskipun garam natrium thiosulfat mudah dperoleh dalam keadaan murni, tetapi oleh karena kandungan air krisatalnya tidak dapat diketahui dengan tepat sehingga larutannya tidak dapat digunakan sebagai larutan standar primer, artinya untuk menjadi larutan standar, larutan natrium thiosulfat harus distandarisasikan dahulu menggunakan larutan standar lain (primer) seperti K2Cr2O7, KIO3, Cu dan lain-lain. Penggunaan pelarut air yang tentunya masih mengandung CO2 yang dapat bebas, meskipun penguraiannya sangat lambat. Disamping hal tersebut, terjadinya penguraian juga disebabkan karena keaktifan bakteri Thiobacillus Thioparus (Arsyad, 2001).

KESIMPULAN DAN SARAN

                                                        Kesimpulan                        
Dari percobaan pada praktikum yang pertama pemisahan dan Pemurnian yang telah dilakukan dapat  disimpulkan bahwa untuk dapat menghasilkan suatu larutan murni dari campuran dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu: filtrasi, dekantasi, destilasi, sublimasi, dan kristalisasi bertingkat. Filtrasi (penyaringan) merupakan cara pemisahan dengan menggunakan kertas saring. Penguapan (evaporasi) merupakan cara pemisahan dengan melakukan pembakaran agar tercampur zat menguap. Dekantasi dengan cara mengendap,kristalisasi bertingkat adalah proses kristalisai yang dilakukan beberapa kali,destilasi merupakan proses penyulingan dimna proses ini dilakukan berdasarkan perbedaan titik didih, dan sublimasi merupakan cara pemisahan dengan cara merubah wujud zati padat ke gas.
Dari hasil percobaan pada praktikum yang kedua Kramotografi dapat disimpulkan bahwa zat tinta warna hijau yang lebih cepat merambat dan mempunyai rambatan paling panjang dibandingkan zat tinta warna biru dan merah.
Dari hasil percobaan pada praktikum yang ke tiga Stoikiometri : Dari setiap larutan yang diukur suhunya memiliki temperature / suhu yang berbeda-beda.
Dari hasil percobaan pada praktikum yang ke empat Faktor-faktor yang mempengaruhi Laju Reaksi bahwa laju reaksi dapat bereaksi / berlangsung lebih cepat jika dipengaruhi oleh konsentrasi yang tinggi dan suhu yang tinggi pula.pada larutan yang memiliki konsentrasi yang memuliki konsentrasi 2M ( HCL) balon berisi udara lebih banyak sehingga balon dapat berdiri dan pada titik hitam lebih cepat memudar ketika larutan dipanaskan.sedangkan pada larutan lainnya berlangsung sangat lambat.
Dari hasil percobaan pada praktikum yang ke lima Titrasi Oksidasi Reduksi bahwa larutan zat tinta sebanyak 10mL(sebagai basa)direaksikan dengan H2SO4 (sebagai asam) mengalami perubahan warna dan zat tinta mengalami perubahan warna setelah dicampurkan dengan H2SO4 sebanyak 3,6 Ml.

Saran
            Pada praktikum yang dilakukan hendaknya dilakukan dengan dengan serius dan hati-hati sesuai dengan prosedur percobaan, sehingga hasil yang didapatkan baik dan sesuai dengan teori yang diharapkan.


DAFTAR PUSTAKA

Albert.2003. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Keempat.
Erlangga.Bubllejutex.blogspot.com/2009/11/laporan-kimia-dasar
Harvey D. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw-Hill Comp.
Jonhs.2000. Kimia Terapan. Kamus Kimia dan Pnjelasan Istilah, Gramedia, Jakarta.
Keenan.Charles W.dkk,2002,Kimia Untuk Universitas Jilid 2,Erlangga.Jakarta.
Krisbiyanto. Adi. 2008. Panduan Kimia Praktis SMA. Pustaka Widyautama; Jakarta
Parning, Horale, Tiopan, 2006, Kimia SMA Kelas XI Semester I. Jakarta:Yudistira                                                                                               
Patnaik Pradyot. 2004. Dean’s Analytical Chemistry Handbook. Second Edition. New York: McGraw-Hill Comp.
Ronald Sitorus.2001.Pendidikan Kimia Dasar.Gramedia. Jakarta.
Rouessac Francis, Annick Rouessac. 2007. Chemical Analysis: Modern
Tamrin dan J. Abdul. 2008. Rahasia Penerapan Rumus-Rumus Kimia. Gita Media Pres : Jakarta
Tamrin dan J. Abdul. 2008. Rahasia Penerapan Rumus-Rumus Kimia. Gita,MediaPres : Jakarta.
Wahyustatistik.blogspot.com/2010/05/laporan-kimia-laju-reaksi.
Wood Charles.2000. Ilmu Kimia Universitas. Jakarta : Erlangga