Program praktek kerja lapangan SMKN1 MERLUNG
Jumat, 02 Januari 2015
LAPORAN SEMESTER KIMIA 2014
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Biasanya zat murni yang
telah tercemar dengan zat-zat lain yang dapat membentuk campuran yang bersifat
homogen dan heterogenyang bergantung padaq jenis komponen yang terkandung dalam
zat tersebut. Zat murni ada dua yaitu unsure dan senyawa,sedangkan campuran
merupakan gabungan 2 zat murni dan komposisi yang sembarangan. Zat murni yang
telah tercemar mengandung zat-zat lain dalam bentuk gas,cair,atau padatan.
Dibumi jarang terdapat materi dalam keadaan murni,contohnya air laut. Pada
perinsipnya pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau lebih yang saling
bercampur.
Kromatografi adalah teknik pemisahan
fisik suatu campuran zat-zat kimia yang berdasarkan pada perbedaan migrasi dari
masing-masing komponen campuran yang terpisah pada fase diam dibawah pengaru
pergerakan fase yang bergerak. Beberapa sifat fisika umum dari molekul yang
dipakai sebagai asa teknik pemisahan kromatografi adalah :
- Kecenderungan molekul untuk teradsorpsi oleh partikel-partikel padatan yang halus.
- Kecenderungan mlekul untuk melarut pada fase cair.
- Kecenderungan molekul untuk teratsir.
Reaksi kimia biasanya antara dua campuran zat, bukannya
antar dua zat murni. Suatu bentuk yang paling lazim dan campuran adalah larutan
reaksi kimia tlah mempengaruhi kehidupan kita. Di alam sebagian besar reaksi
berlangsung dalam larutan air. Sebagai contoh cairan tubuh kita, tumbuhan
maupun hewan, merupak larutan dari berbagai jenis zat. Dalam tanah pun reaksi
pada umumya berlangsung dalam lapisan tipis lerutan yang diabsorbsi pada
padatan.
Adapun contoh di kehidupan kita sehari-hari yang menggunakan
reaksi kimia seperti, makanan yang kita konsumsi setiap saat setelah dicerna
diubah menjadi tenaga tubuh. Nitrogen dan hydrogen bergabung membentuk ammonia
yang digunakan sebagai pupuk. Bahan bakar dan plastik dihasilkan oleh minyak
bumi, pati tanaman dalam daun disintesis dan dan
O oleh pengaruh sinar matahari. Pelajaran yang berkaitan dengan reaksi kimia
lazim dikenal sebagi “stokiometri”. Stokiometri adalah bagian ilmu kimia yang
mempelajar hubungan kunatitatif antara zat yang berkaitan dalam reaksi kimia.
Bila senyawa dicampur
untuk bereaksi maka sering tercampur secara kuantitatif stokiometri, artinya
semua reaktan habis pada saat yang sama. Namun demikian terdapat suatu reaksi
dimana salah satu reaktan habis, sedangkan yang lain masih tersisa. Reaktan
yang habis disebut pereaksi pembatas. Dalam setiap persoalan stokiometri, perlu
untuk menentukan reaktan yang mana yang terbatas untuk mengetahui jumlah produk
yang dihasilkan. Oleh karena itu percobaan ini dilakukan. Diharapkan kita
mengerti tentang
pereaksi pembatas dan pereaksi sisa.
Stoikiometri sendiri adalah hubungan kuantitatif antara
zat-zat yang terkait dalam suatu reaksi kimia. Percobaan ini sendiri dilakukan
untuk menentukan titik maksimum dan titik minimum pada suatu system. Selain
itu, untuk menentukan reaksi itu berlangsung stoikiometri atau non
stoikiometri. Sedangkan reaksi stoikiometri adalah reaksi yang dimana reaksinya
habis bereaksi dan reaksi non stoikiometri adalah reaksi yang dimana reaktannya
tidak habis bereaksi.
Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi
reaktan atau produknya per satuan waktu, yang dinyatakan dengan persamaan
reaksi:
Peraksi
(reaktan) --> hasilreaksi (produk)
Ukuran jumlah zat dalam reaksi kimia umumnya dinyatakan
sebagai konsentrasi molar atau molaritas (M). Dengan demikian maka laju reaksi
menyatakan berkurangnya konsentrasi
pereaksi atau bertambahnya konsentrasi zat hasil reaksi setiap satu satuan waktu
(detik). Satuan laju reaksi umumnya dinyatakan dalam satuan mol (mol/liter
detik). Laju reaksi ada yang berlangsung sangat lambat, sangat cepat berada diantaranya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi: Suhu, Keberadaan
katalis, Konsentrasi reaktan, Tekanan reaktan berupa gas, Luas partikel.
Cepat lambatnya suatu
reaksi berlangsung disebut laju reaksi. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai
perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi persatuan waktu. Konsentrasi
biasanya dinyatakan dalam mol perliter, tetapi untuk reaksi fase gas satuan
konsentrasi dapat diganti dengan satuan tekanan, seperti Atmosfer (atm),
millimeter merkorium (mmHg) atau pascal (Pa). satuan waktu dapat detik, menit,
jam, hari, bulan bahkan tahun bergantung pada reaksi itu berjalan cepat atau
lambat.
Pentingnya reaksi-reaksi dikenali sejak awal kimia. Reaksi
oksidasi dan reduksi ialah reaksi kimia yang di sertai dengan perubahan
bilangan oksidasi. Reaksi redoks ada yang berlangsung spontan ada juga yang
berlangsung tidak sepontan. Reaksi redoks yang berlangsung sepontan digunakan
sebagai sumber arus yaitu dalam sel volta seperti baterai dan aki reaksi redoks
yang berlangsung non. Spontan dapat berlangsung dengan menggunakan arus listrik
yaitu dalam elektrolisis yang diterapkan dalam industry pengolahan aluminium
dan pengolahan lainnya.
Dalam oksidasi reduksi suatu intensitas diambil atau
dibarikan dari dua zat yang bereaksi situasinnya mirip dengan reaksi asam basa.
Singkatnya reaksi oksidasi-reduksi dan asam basa. Merupakan pasangan system
dalam kimia reaksi oksidasi-reduksi dan asam basa memiliki nasib sama, dalam
hal keduannya digunakan dalam banyak praktek kimia sebelum reaksi ini
dipahami.
Perkembangan sel elektrik juga sangat penting penyusunan
komponen reaksi oksidasi. Reduksi merupakan praktek yang penting dan memuaskan
secara intelektual. Sel dan elektrolisis adalah contoh penting keduanya sangat
erat dengan kehidupan sehari-hari dan dalam industry kimia.
Oleh karena itu yang melatar belakangi percobaan ini untuk
mengetahui dan dapat memahami konsep reaksi oksidasi-reduksi dilakukan
percobaan sederhana dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan Dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini ialah untuk mengetahui cara dan
proses pemisahan dan pemurnian. Untuk praktikum kromatografi yaitu untuk memisahkan dan
mengidentifikasi suatu campuran zat untuk praktikum stiikiometri dapat
menentukan harga perubahan temperatur dari unsur dan senyawa yang digunakan. Pada laju reaksi adalah untuk mengetahui pengaruh dari
konsentrasi, besar partikel, dan temperatur terhadap laju reaksi.
Pada
titrasi asam-basa untuk mengetahui reaksi yang terjadi dari asam dan basa yang
dicampurkan dan
titrasi oksidasi reduksi untuk mengetahui dan melihat bagaimana reaksi asam dan
basa yang dicampurkan, dan proses yang terjadi setelah keduanya dicampurkan.
Adapun manfaat dari praktikum yang
dilakukan adalah Pratikan mengetahui dan mengerti bagaimana proses Pemisahan
dan Pemurnian, Kramotografi, Stoikiometri, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju
Reaksi, dan Titrasi Oksidasi Reduksi sehingga dapat menambah Ilmu Pengetahuan
yang bermanfaat dalam proses pembelajaran.
MATERI DAN METODA
Waktu dan Tempat
Praktikum pertama
Pemisahan dan Pemurnian dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 19 Oktober 2013,
Praktikum kedua Kramotografi dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 26 Oktober
2013, Praktikum ketiga Stoikiometri dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 2
November 2013, Praktikum ke empat Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi
dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 9 November 2013, dan Praktikum ke lima
Titrasi Oksidasi Reduksi dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 16 November 2013
pada Pukul 12:30 WIB s/d Selesai. Yang bertempat di Laboratorium MIPA.
Materi
Alat dan zat yang
digunakan dalam Praktikum Pertama Pemisahan dan Pemurniaan adalah : Gelas
Kimia,Corong, Cawan penguap, Gelas Ukur 50 mL, Pembakar, Kaca Erloji, Kertas
Saring, CuSO4.SHzO,Garam dapur,Yod, Kapur Tulis, Pasir. Praktikum Kedua
Kramotografi menggunakan alat dan zat: Kertas Kramotografi, Gelas Kimia, Lidi,
Tinta Biru, dan hijau. Praktikum ketiga Stoikiometri alat dan zatnya : Tabung
Reaksi, Termometer, pipet Tites, Larutan CuSO4, NaOH, HCI, dan Air. Praktikum
Keempat Faktor-faktor Mempengaruhi Laju Reaksi Alat dan zat : Tabung Reaksi,
Balon, Butiran Seng (Zink), Larutan Asam Klorida, Marmer, Pipet Tetes, Rak
Tabung Reaksi, Stopwatch, Natrium Tiosulfat, Pembakar, dan Kertas. Praktikum Ke
Lima Titrasi Oksidasi Reduksi alat dan zat : Labu Titrasi, Buret 50 mL, Pipet
25 mL, Larutan Asam Sulfat, dan Larutan ZatbTinta 10 mL.
Metoda
Adapun cara pengerjaan
pada Pemisahan dan Pemurnian praktikum pertama adalah : pertama, masukan ± 1 sendok pasir kedalam
gelas kimia yang berisi air, kemudian di aduk.biarkan pasir mengendap.kemudian
tuangkan larutan bagian atas. Kedua, masukan bubuk kapur tulis kedalam gelas
kimia,kemudian diaduk.siapkan corong dan kertas saring,lalu lakukanlah
penyaringan. Ketiga, larutkan garam dapur dalam gelas kimia yang berisi
air,kemudian larutan garam ini disaring dengan menggunakan kertas saring. Keempat,
larutkan 10 gram garam CuSO4.5H2O kedalam 50 mL air. Uapkan larutan ini
sehingga volum menjadi 20 mL, kemudian dinginkan. Kelima campurkan ± 1 sendok
pasir dan sendok garam dapur, sampai homogeny,dan masukan kedalam gelas kimia. Keenam
masukan ± 2 gram Yod yang kotor (dikotori dengan pasir atau natrium karbonat)
kedalam cawan penguapan. Tutup cawan penguapan tersebut dengan kaca erloji.
Adapun cara pengerjaan
pada Kramotografi praktikum kedua adalah : Pertama, buatlah garis dengan pensil
1 cm dari ujung bawah kertas kramotografi (semacam kertas saring). Kedua,
Buatlah titik dengan tinta hijau ditengah garis itu. Ketiga, buatlah titik
dengan tinta lain disebelah kiri dan disebelah kanan hijau pada jarak 2 cm. Biarkan
titik itu menjadi kering. Keempat, gulung kertas sehingga membentuk selinder. Kelima,
tempatkan kertas dalam gelas kimia yang berisi air setinggi 1 cm, sehingga
ujung kertas tercelup dalam air (jaga
titik tinta tidak tercelup/ terendam dalam air). Keenam, biarkan air merambat. Ketujuh,
jika air sudah merambat kebagian kertas keluarkan kertas. Kedelapan, perhatikan
noda-noda zat warna dalam tinta. Kesembilan, ukur jarak batas air dan jarak
tiap noda dan zat warna. Kesepuluh, hitunglah perbandingan kedua Jarak =
. Kesebelas, buat kramotogram dari titik tinta
yang tidak dikenal.
Adapun cara pengerjaan
pada Stoikiometri praktikum ketiga adalah : Pada percobaan satu Stoikiometri
CuSO4-NaOH. Pertama, masukan larutan NaOH kedalm 4 buah tabung
reaksi berturut-turut 4mL, 3 mL. 2 mL, dan 1 mL. dan kedalam 4 buah tabung
reaksi lainnya masukan berturut-turut 1mL, 2mL, 3mL, 4mL larutan CuSo4. Kedua,
ukur suhu larutan NaOH pada setiap tabung. Ketiga, campurkan larutan NaOH dan CuSO4.dan ukur suhu dan catat
sebagai temperature akhir. Keempat, hitung harga ∆T dengan rumus ∆T= Ta-Tm.
Kelima, buat grafik antara ∆T (sumbu Y) dan volume NaOH –CuSO4 (sumbu X). Dan
pada percobaan dua Stoikiometri
asam-basa. Pertama, masukan larutan NaOH kedalam 4 buah tabung reaksi buah
tabung reaksi lainnya masukkan berturut-turut 4 mL, 3mL, 2mL, 1mL.larutan HCL.
Kedua ukur suhu larutan NaOH pada setiap tabung dan catat temperatur mula-mula
(Tm). Ketiga,campurkan laruran NaOH dan HCL dan ukur suhunya dan catat sebagai
temperature dengan rumus ∆T=Ta-Ta. Keempat, buat grafik antara ∆T (sumbu Y) dan
volume asam-basa (Sumbu X).
Adapun cara pengerjaan
pada Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi praktikum Keempat: Pada
percobaan satu antara seng dengan asam klorida. Pertama, masukan larutan asam
klorida 1 M sebanyak 10 ml kedalam tabung reaksi kemudian reaksi tersebut lalu
tutup dengan balon. Kedua, jalankan stopwatch tepat saat balon dipasang dan
hentikan saat balon sudah terisi gas dan berdiri,kemudian catat waktu yang
dicapai. Ketiga, lakukanlah percobaan yang sama terhadap larutan asam klorida 2
M sebanyak 10 ml dan butiran seng sebanyak 1 gram. Pada percobaan dua antara
kalium karbonaat (marmer) dengan asam klorida. Pertama, masukan larutan asam
klorida 1 M sebanyak 10 ml kedalam tabung reaksi kemudian masukan marmer kasar
sebanyak 2 gram kedalam tabung reaksi tutup dengan balon. Kedua, jalankan
stopwatch tepat saat balon dipasang dan hentikan saat balon terisi gas dan
berdiri. Kemudian catat waktu yang dicapai. Ketiga, lakukanlah hal yang sama
terhadap larurtan asam klorida 1 M sebanyak 10 ml dan butiran marmer halus
sebanyak 2 gram . Pada percobaan tiga antara natrium tiosulfat (Na2SO3) dengan
asam klorida yang pertama,masukan dengan cara teteskan 2M na2SO3 kedalam tabung
dengan balon. Ke empat bakar tabung atau panaskan tabung kira-kira 10 detik
hingga balon berisi gas dan berdiri dan catat waktu dari percobaan.
Adapun cara pengerjaan
pada Titrasi Oksidasi Reduksi praktikum ke lima. Yang Pertama: pipet 25 mL
larutan asam oksalat standar ke dalam labu titrasi,yang kedua : tambahkan 50mL
air dan tambahkan 10mL H2SO4 2M, yang
ketiga : Panaskan sampai hamper mendidih (± 70 ˚C), yang keempat : Titrasi
dengan larutan KMnO4 sehingga terjadi perubahan warna.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Pemisahan
dan Pemurnian
Dari praktikum yang telah dilakukan
maka didapatkan hasil yaitu:
Pada
kegiatan 1; Pasir yang dicampur dengan air dapat dipisahkan dengan cara
dituang. Karena pasir mengendap di bawah sedangkan air yan berada di atas dapat
dituang dan mudah dipisahkan keduanya. Pada kegiatan 2; Bubuk kapur yang
dimasukkan kedalam glas kimia dan diberi air, maka warna campuran kedua bahan
menjadi tidak bening. Tetapi setelah dilakukan penyaringan, maka air terpisah
dengan bubuk kapur, karena bubuk kapur tersangkut dikertas saring. Sehingga
warna air menjadi jernih, dengan begitu kedua bahan yang dicampur dapat
dipisahkan kembali. Pada kegiatan 3; Garam dapur yang diarutkan dengan air
walaupun saat disaring tidak dapat dipisahkan tetapi saat larutan diuapkan maka
terbentuk kristal-kristal garam. Sehingga dengan begitu keduanya telah berhasil
dipisahkan. Pada kegiatan 4; garam CuSO4.5H2O yang dilarutkan dengan air juga
dapat dipisahkan dengan cara setelah dicampur, larutan larutan tersebut
diuapkan sehingga terbentuk kristal-kristal garam. Pada kegiatan 5; Campuran
pasir dengan garam yang dilarutkan dalam gelas kimia lalu dipanaskan dan
disaring, campuran tersebut dapat diisahkan karena garam yang telah terlarut
dalam air mengkristal kembali, sedang pasir tengsangkut dikertas saring dan air
mengalami penguapan, sehingga semua bahan yang tadinya dicampurkan dapat
terpisah. Pada kegiatan 6; Larutan campuran yod yang dibiarkan menguap dalam
cawan penguap juga dapat dipisahkan.
Dari
hasil praktikum yang telah dilakukan membuktikan bahwa praktikum yang dilakukan
telah berhasil karena sesuai dengan beberapa pendapat yaitu:
Menurut
Mendham (2004) Faktor-faktor yang menentukan dalam analisis pengendapan adalah
endapan dapat diubah menjadi zat murni dengan komposisi tertentu. Pengendapan
dilakukan dala larutan panas. Pada temperatur yang tinggi kecepatan
kristalisasi bertambah, jadi menimbulkan kristal yang terbentuk lebih baik.
Menurut
Dorensbqura (2001) Pada tekanan udara yang rendah zat padat juga bisa
berlangsung menjadi bentuk gas, proses ini dinamakan sublimasi.
Menurut
Rahayu (2011), destilasi sederhana biasa adalah tekhnik pemisahan kimia untuk
memisahkan dua atau lebih komponenyang memiliki perbedaan titik didih yang
jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk
memperoleh senyawa murninya. Senyawa-senyawa yang terdapat dalam campuran akan
menguap pada saat mencapai titik didih masing-masing. Pemisahan senyawa dengan
destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap senyawa dalam campuran.
Menurut
Partana (2008), penguapan dan kristaliasasi merupakan metode pemisahan campuran
berdasarkan titik didihnya. Titik didih setiap zat berbeda satu sama lain.
Adanya perbedaan titik didih tersebut dapat dimanfaatkan untuk memisahkan
campuran dengan cara penguapan.
Menurut
Sukarjo (2002), bila zat cair didinginkan gerakan teranalisasi molekul-molekul
menjadi lebih kecil dan gaya tarik molekul semakin besar sehingga setelah
mengkristal molekul mempunyai kedudukan tertentu didalam kristal. Panas yang
terbentuk pada kristalisasi tersebut panas pengkristalan.
Menurut
Arsyad (2001), garam dapur atau Natrium Clorida (NaCl), padat berwarna putih
yang dapat diperoleh dengan menguapkan dan memurnikan air laut. Juga dapat
dengan menetralisasi HCl dengan NaOH berair. NaCl nyaris tidak dapat larut
dalam alkohol, tetapi larut dalam air sambil menyedot panas, perubahan
kelarutannya sangat kecil dengan suhu. Garam normal adalah suatu garam yang tak
mengandung hidrogrn atau gugus hidroksida yang dapat di gusur. Laruta-larutan
berair dari garam normal tidak selalu netral terhadap indikator semisal lakmus.
Garam rangkap adalah garam yan terbentuk lewat kristalisasi dari larutan
campuran sejumlah ekivalen dua atau lebih garam tertentu.
Menurut
Mikarjudin (2007), campuran dapat dipisahkan dengan menggunakan metode.
Metode-metode tersebut yaitu, pengayaan, penyaringa, sentrifugasi, evaporasi,
pemisahan campuran dengan menggunakan magnet, sublimasi, destilasi, corong
pisah, dan kromatografi.
B.
Kromatografi
Tabel 1 :
Kromatografi
Warna Tinta
|
Warna Noda
|
|
Biru
|
1. Biru
tua
2. Biru
muda
|
1 cm
3 cm
|
Hijau
|
1. Hijau
tua
2. Hijau
muda
|
2,5 cm
4,3 cm
|
Merah
|
1. Merah
2. Jingga
|
1 cm
5 cm
|
Diketahui
: Tinggi (jarak) batas air = 12,5 cm
Tinggi
warna biru = 4 cm
Tinggi
warna hijau = 6,8 cm
Tinggi
warna merah = 6 cm
Penyelesaian:
-
warna biru =
=
=
0,32 cm
-
warna hijau =
=
= 0,54 cm
-
warna merah =
=
= 0,48
cm
Dari
praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui dan dilihat bahwa rambatan air
sepanjang 12,5 cm, warna biru 4 cm, warna hijau 6,8 cm, dan warna merah 6 cm.
Yang merambat lebih cepat adalah zat warna hijau dan diikuti dengan warna merah
kemudian warna biru. Setiap zat warna tinta yang merambat, mengalami perubahan
warna yaitu dari warna biru tua menjadi biru muda, hijau tua menjadi hijau
muda, merah menjadi jingga, dan setiap warna yang merambat semakin ke ujung semakin
memudar.
Dari
hasil praktikum yang telah dilakukan membuktikan bahwa praktikum yang dilakukan
telah berhasil karena sesuai dengan beberapa pendapat yaitu:
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan
atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua
fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas) (Patnaik
2004).
Teknik pemisahan ini memanfaatkan interaksi komponen
dengan fase diam dan fase gerak serta sifat fisik dan sifat kimia komponen.
Berdasarkan fase gerak dan fase diam yang digunakan, kromatografi dibedakan
menjadi liquid-solid chromatography (kromatografi dengan fase diam
berwujud padat dan fase gerak berwujud cair), gas-solid chromatography
(kromatografi dengan fase diam berwujud padat dan fase gerak berwujud gas), liquid-liquid
chromatography (kromatografi dengan fase diam berwujud cair dan fase gerak
berwujud cair), dan gas-liquid chromatography (kromatografi dengan fase
diam berwujud padat dan fase gerak berwujud gas) (Harvey 2000).
Berdasarkan bentuk ruang penyangganya, kromatografi
dibedakan menjadi kromatografi planar (kromatografi dengan fase diam terletak
pada permukaan datar) yang meliputi kromatografi kertas dan kromatografi lapis
tipis serta kromatografi kolom (kromatografi dengan fase diam tertahan pada sebuah
kolom) yang meliputi kromatografi manual, high performance liquid
chromatography, dan kromatografi gas (Harvey 2000).
Percobaan ini hanya melakukan aplikasi kromatografi
kertas dan kromatografi lapis tipis. Prinsip dari kedua aplikasi tersebut
adalah dengan meneteskan sampel pada kertas di garis startnya berulang-ulang.
Setelah kering, kertas dimasukkan dalam pelarut jenuh dan dibiarkan bergerak
menuju garis finish. Kromatografi lapis tipis menggunakan lempeng tipis/
plastik yang dilapisi adsorben sebagai penyangga. Kromatografi kertas
menggunakan kertas sebagai penyangga (Rouessac 2007).
Proses pengeluaran asam mineral dari kertas
desalting. Larutan ditempatkan pada kertas dengan menggunakan mikropipet pada
jarak 2–3 cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis
horizontal. Setelah kertas dikeringkan, ia diletakan didalam ruangan yang sudah
dijenuhkan dengan air atau dengan pelarut yang sesuai. Terdapat tiga tehnik
pelaksanaan analisis. Pada tehnik ascending; pelarut bergerak keatas dengan gaya
kapiler. Sedangkan ketiga dikenal
dengan cara radial atau kromatografi kertas sirkuler (Basset, 2000).
Beberapa zat
yang diteteskan pada kertas dapat bergerak pindah lebih cepat daripada yang
lain. Kelarutan suatu partikel terhadap pelarutnya mempengaruhi kecepatan
perpindahan tersebut. Semakin mudah suatu partikel larut, semakin cepat pula
laju geraknya. Suatu campuran pewarna dapat dipisahkan dengan teknik
kromatografi karena adanya perbedaan kelarutan antara zat penyusun
campuranpewarna tersebut. Selain itu, kecepatan bergerak partikel penyusun
sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel penyusunnya. Partikel penyusun yang
lebih akan bergerak lebih cepat daripada partikel penyusun yang berukuran lebih
besar (Kamilati,2006).
Kromatografi
adalah pemisahan kompomen dari suatu campuran berdasarkan dua fasa, yaitu fasa
gerak dan fasa diam . Fasa diam sebagai pemisah campuran, dan fasa gerak
sebagai pembawa campuran (Fatma,2009).
C.
Stoikiometri
Percobaan kali ini
yaitu tentang stoikiometri. Pada saat mencampukan 4 ml NaOH dengan 1 ml CuSO4,
larutan yang terbentuk berubah menjadi warna biru telur asin, dan terbentuk
gumpalan-gumpalan pada larutan tersebut. Pengaruh variasi volume diketahui,
jika semain banyak volume NaOH yang dicampurkan akan menghasilkan warna yang
semakin gelap. Dan juga semakin banyak volume CuSO4, yang
dicampurkan maka semakin gela warna larutan. Sebaliknya jika volume NaOH yang
dicampurkan semakin sedikit, maka warna larutan yang dihasilkan akan semakin
bening/cerah. Pengaruh variasi volume terhadap suhu yaitu semakin banyak volume
NaOH yang dicampurkan maka suhu yang terbentuk juga mengaami kenaikan. Tetapi
dari hasil praktikum menunjukkan volue NaOH yang dicampurkan 4 ml mempunyai
suhu lebih rendah dibandingkan campuran antara 1 ml NaOH, dengan 4 ml CuSO4.
Seharusnya volume NaOH 4 ml mempunyai suhu lebih tinggi dibandingkan
campuran NaOH 1 ml. Ini dikarenakan ruang tempat praktikum bukan ruang hampa
udara, sehingga sangat mempengaruhi suhu. Hasil dari praktikum diketahui semua
perubahan suhunya bervariasi. Jika dibuat grafik, hubungan antara ∆T dengan
volume maka grafik yang terbentuk, berupa garis naik turun seperti pada gambar.
Maka dari grafik tersebut tidak dapat diketahui titik maksimum dan titik
minimumnya.
Percobaan kedua yaitu
stoikiometri asam-basa. Menggunakan dua macam larutan yaitu HCl dan NaOH. Larutan
NaOH dan HCl memiliki temperatur awal yang berbeda. Setelah dicampurkan
diperoleh temperatur yang berbeda juga. Grafik antar volume dan perubahan suhu
adalah naik turun.
Stoikiometri CuSO4-NaOH
Tabel 2 : Stoikiometri CuSO4-NaOH
NaOH
|
CuSO4
|
Tm
|
Ta
|
∆T
|
4 ml
|
1 ml
|
28oC
|
29,5 oC
|
1,5 oC
|
3 ml
|
2 ml
|
29 oC
|
30 oC
|
1 oC
|
2 ml
|
3 ml
|
30 oC
|
31 oC
|
1 oC
|
1 ml
|
4 ml
|
30 oC
|
32 oC
|
2 oC
|
Grafik 1 : Stoikiometri
CuSO4-NaOH
Stoikiometri Asam-Basa
Tabel 3 : Stoikiometri
Asam-Basa
NaOH
|
HCl
|
Tm
|
Ta
|
∆T
|
1 ml
|
4 ml
|
20oC
|
20,5 oC
|
0,5 oC
|
2 ml
|
3 ml
|
19,5 oC
|
21 oC
|
1,5 oC
|
3 ml
|
2 ml
|
19,8 oC
|
21 oC
|
1,2 oC
|
4 ml
|
1 ml
|
20 oC
|
21,5 oC
|
1,5 oC
|
Grafik 2 : Stoikiometri Asam-Basa
Dari
hasil praktikum yang telah dilakukan membuktikan bahwa praktikum yang dilakukan
telah berhasil karena sesuai dengan beberapa pendapat yaitu:
Perbandingan antara Ta dan Tm hanya sedikit sehingga hasil dari ∆T
tidak signifikan. Tidak terlalu mempengaruhi harga ∆T. (Albert.2003).
Stoikiometri adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan
numeris antara unsur dan senyawa (masa relative atom dan molekul) penetapan
proporsi bersenyawanya unsur-unsur (rumus kimia) dan hubungan bobot dalam
reaksi kimia (persamaan reaksi). (Nastiti W Karliansyah 2004)
Cabang ilmu kimia yang membahas penetapan perbandingan (anonim
2004)
Cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan numeris antara unsur
dan senyawa (masa relative atom dan molekul) didalam reaksi kimia (persamaan
reaksi) (Ali Shahab 1996)
Bagian dalam ilmu kimia yang mempelajari hubungan numerik antara
unsur maupun senyawaan, bobot atom (molekul) mereka, penentuan proparsi dalam
mana unsur-unsur ini bersenyawa, rumus-rumus molekul, hubungan bobot dalam
(persamaan) reaksi kimia. (chang 2002)
Reaksi kimia secara umum dapat
dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu reaksi asam-basa dan reaksi redoks.
Secara garis besar, terdapat perbedaan yang mendasar antara kedua jenis reaksi
tersebut, yaitu pada reaksi redoks terjadi perubahan bilangan oksidasi
(biloks), sedangkan pada reaksi asam-basa tidak ada perubahan biloks. Kedua
kelompok reaksi kimia ini dapat dikelompokkan ke dalam 4 tipe reaksi: Sintesis,
Dekomposisi, Penggantian Tunggal, dan Penggantian Ganda.(Yusuf.2011)
Hukum Perbandingan Volume (Gay
Lusssac) berbunyi “Volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi
berbanding sebagai bilangan bulat yang sederhana bila diukur pada suhu dan
tekanan yang sama “ (dody.2009)
D.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Dari praktikum yang
telah dilakukan didapatkan hasil yaitu :
Pada kegiatan 1, reaksi
antara Zn dengan HCl, didapatkan hasil bahwa balon tidak berdiri walaupun
terdapat udara atau gas didalam balon. Selama 42 menit balon baru terisi udara
secara perlahan tetapi pada kegiatan 1, dilakukan dua percobaan yaitu pada
percobaan pertama antara 1 gram Zn, dengan HCl 1 M sebanyak 10 ml, balon terisi
udara tetapi tidak mau berdiri selama 42 menit. Pada percobaan kedua, antara 1
gr Zn, dengan HCl 2 M sebanyak 10 ml, balon terisi udara dan mau berdiri selama
37 menit 15 detik. Dengan begitu dari ke dua percobaan yang dilakukan
membuktikan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan, maka semakin cepat reaksi
berlangsung. Sehingga besar konsentrasi mempengaruhi laju reaksi.
Pada kegiatan 2, reaksi
antar marmer dengan HCl, didapatkan hasil pada percobaan pertama antara 2 gr
marmer kasar dengan HCl 1 M sebanyak 10 ml balon berisi udara tetapi tidak mau
berdiri selama 28 menit 15 detik. Pada percobaan kedua, antara 2 gr marmer
halus dengan HCl 1 M sebanyak 10 ml
balon berisi udara tetapi tidak mau berdiri juga, hanya saja udara yang ada
didalam balon lebih banyak dari pada udara yang ada didalam balon pada
percobaan pertama dan balon terisi udara selama waktu 24 menit 19 detik. Dengan
begitu dari 2 percobaan yang dilakukan membuktikan bahwa semakin kecil partikel
yang ada didalam larutan maka semakin cepat pula reaksi yang terjadi. Sehingga
besar partikel mempengaruhi laju reaksi.
Pada kegiatan 3, reaksi
antara NaSO3 dengan HCl, didapatkan hasil pada percobaan pertama
antara 2 tetes NaSO3 2 M dengan 2 tetes HCl, pada saat sebelum
dipanaskan balon berisi udara tetapi tidak mau berdiri selama waktu 23 menit 14
detik. Dan pada percobaan kedua antara 2 tetes NaSO3 2 M dengan HCl,
pada saat dipanaskan selama 10 detik, balon terisi udara lebih banyak
dibandingkan saat sebelum dipanaskan, walaupun balon tidak mau berdiri selama
waktu 21 menit 13 detik. Dengan begitu, dari ke dua percobaan yang dilakukan
meembuktikan bahwa semakin tinggi suhu maka semakin mempercepat reaksi yang
terjadi. Sehingga suhu mempengaruhi laju reaksi.
Dari
hasil praktikum yang telah dilakukan membuktikan bahwa praktikum yang dilakukan
telah berhasil karena sesuai dengan beberapa pendapat yaitu:
Sebelum pereaksi
terlibat dalam suatu reaksi kimia mereka harus mengadakan kontak lebih dahulu
satu sama lain. Terkadang kontak seperti ini cukup untuk memulai reaksi secara
spontan. Meskipun demikian dalam banyak kasus di perlukan sumber energi dari
luar untuk memenuhi terjadinya reaksi, yaitu untuk menyediakan energi aktivitas
reaksi. Magnesium misalnya harus dipanaskan sampai temperaturenya naik terlebih
dahulu sebelum bereaksi dengan oksigen dari udara. Sekali reaksi terjadi,
reaksinya akan cepat sekali dan menghasilkan banyak panas (Krisbiyanto : 2008).
Pada
katalis, beberapa reaksi berlangsung lambat sekali meskipun suhu cukup tinggi
dan zat-zat pereaksi berada cukup dekat. Dalam kasus ini perlu ditambahkan
bahan lain, yang tidak terlihat langsung dalam reaksi, yang kadang kala akan
mempercepat perubahan kimia. Bahan-bahan ini di sebut katalis. Katalis-katalis
mengubah kecepatan reaksi tanpa ikut berubah secara permanent. Dengan perkataan
lain. Suatu jumlah katalis sebelum dan sesudah reaksi akan tetap sama. Suatu
katalis menurunkan energi aktivitas untuk reaksi tertutup, yaitu dengan
memperlemah atau memutuskan ikatan molekul pereaksi. Katalis yang berbeda
memodifikasi kecepatan reaksi yang berbeda. Semua sel-sel hidup terdiri dari
katalis alami yang disebut enzim, yang memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi
biokimia yang penting. Zat yang bertindak sebagai katalis disebut katalisator.
Senyawa katalis diduga mempengaruhi kecepatan reaksi dengan salah satu jalan,
yaitu dengan pembentukan senyawa antara (katalis homogen) atau dengan adsorbsi
(katalis heterogen) katalisator menyediakan suatu jalan yang lebih
menguntungkan yaitu dengan jalan energi pengaktifan yang lebih rendah. Fungsi
katalis yaitu menurunkan sejumlah energi aktivitas yang dibutuhkan agar suatu
reaksi dapat berlangsung (Tamran dan J. Abdul 2008).
Kecepatan
suatu reaksi juga meningkat oleh apapun yang menyebabkan pereaksi-pereaksi
semakin besar hubungannya antara satu sama lain, ini dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu menaikkan suhu untuk reaksi endoterm, memperluas permukaan
bidang sentuh pereaksi, meningkat konsentrasi pereaksi gas dan penambahan
katalis(Purba:2002).
Pada suhu, laju reaksi dapat juga dipercepat
atau diperlambat dengan mengubah suhunya. Suhu juga berbanding lurus dengan
laju reaksi karena bila suhu reaksi dinaikkan maka laju reaksi juga semakin
besar (Wahyu 2010).
Katalisator
adalah zat yang ditambahkan ke dalam
suatu reaksi dengan maksud memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut
terlibat dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan
kata lain pada akhir reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan
jumlah yang sama seperti sebelum reaksi. Fungsi
katalis adalah
memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat reaksi) dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu
reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi yang baru. Dengan
menurunnya energi pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung
lebih cepat (peevee veedies
'jutexmuetz’ 2009).
Kecepatan reaksi berbanding lurus
dengan konsentrasi pereaksi berpangkatan bilangan order reaksinya. ( Drs.
Mulyono HAM. Mpd 2006)
Mengukur seberapa cepat reakton
habis bereaksi/seberapa cepat produk terbentuk laju dinyatakan sebagai
perbandingan perubahan konsentrasi terhadap waktu (Raymod chang 2004).
E.
Titrasi
Oksidasi Reduksi
Saat larutan H2SO4
diteteskan kedalam labu titrasi dan bereaksi dengan zat tinta warna. Zat
tnta warna yang semula berwarna biru tua setelah diteteskan H2SO4
maka bereaksi dan berubah warna menjadi kehjauan atau hijau muda. Zat
tinta warna yang semula berwarna biru tua berubah menjadi hijau muda, setelah
ditetesi larutan H2SO4 sebanyak 3,6 ml.
Tabel 4 :
Titrasi Oksidasi Reduksi
Kedudukan buret
|
Titrasi
|
Setelah titrasi
|
10,4 ml
|
Awal titrasi
|
6,8 ml
|
Jumlah H2SO4 yang digunakan
(ml)
|
3,6 ml
|
Dari
hasil praktikum yang telah dilakukan membuktikan bahwa praktikum yang dilakukan
telah berhasil karena sesuai dengan beberapa pendapat yaitu:
Titrasi iodimetri-iodometri ini
sering digunakan dalam industri farmasi. Khususnya, pada penentuan kadar
zat-zat uji yang bersifat reduktor dan oksidator. Adapun iodimetri adalah
penentuan kadar senyawa dengan potensial oksidasi yang lebih besar, dan
iodimetri digunakan untuk menentukan kadar senyawa misalnya asam askorbat,
natrium askorbat, natrium tiosulfat dan sediaan injeksinya (sudjadi, 2007).
Titrasi-titrasi redoks berdasarkan
pada perpindahan elektron antara titran dan analit. Jenis titrasi ini biasanya
menggunakan potensiometri untuk mendeteksi titik akhir, meskipun demikian
penggunaan indikator yang dapat berubah warnanya dengan adanya kelebihan titran
juga sering digunakan. Dalam titrasi redoks sendiri, ada yang melibatkan iodium
dan ada pula yang melibatkan ion permanganat (Rohman, 2012).
Titrasi yang melibatkan iodium dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu, titrasi langsung (iodimetri) dan titrasi tidak
langsung (iodometri). Iodimetri adalah titrasi langsung yang digunakan
untuk menetapkan kadar asam askorbat, natrium askorbat, metampiron (antalgin),
natrium tiosianat dan sediaan injeksinya. Sedangkan iodometri adalah titrasi
tidak langsung yang digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa dengan
potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa
–senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O
(Rohman, 2012).
Vitamin C
atau asam askorbat merupakan salah satu vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Kekurangan vitamin C telah dikenal sebagai penyakit sariawan dengan
gejala seperti gusi berdarah, sakit lidah, nyeri otot dan sendi, berat badan
berkurang, lesu, dan lain-lain. Vitamin C mempunyai peranan yang penting bagi
tubuh manusia seperti dalam sintesis kolagen, pembentukan carnitine, terlibat
dalam metabolisme kolesterol menjadi asam empedu dan juga berperan dalam
pembentukan neurotransmitter norepinefrin. Vitamin C memiliki sifat sebagai
antioksidan yang dapat melindungi molekul-molekul yang sangat diperlukan oleh
tubuh, seperti protein, lipid, karbohidrat, dan asam nukleat dari kerusakan
oleh radikal bebas dan reaktif oksigen spesies. Vitamin C juga dibutuhkan untuk
memelihara kehamilan, mengatur kontrol kapiler darah, secara memadai, mencegah
hemoroid, mengurangi resiko diabetes dan lain-lain (Helmi, 2007).
Vitamin C
atau L-asam askorbat merupakan senyawa bersifat asam dengan rumus empiris C6H8O6
(berat molekul=176,12 g/mol). Kegunaan Vitamin C adalah sebagai antioksidan dan
berfungsi penting dalam pembentukan kolagen, membantu penyerapan zat besi,
serta membantu memelihara pembuluh kapiler, tulang, dan gigi. Konsumsi dosis
normal vitamin C 60 – 90 mg/hari. Vitamin C banyak terkandung pada buah dan
sayuran segar. Vitamin C berperan sebagai antioksidan yang kuat yang dapat
melindungi sel dari agen-agen penyebab kanker, dan secara khusus mampu
meningkatkan daya serap tubuh atas kalsium (mineral untuk pertumbuhan gigi dan
tulang) serta zat besi dari bahan makanan lain vitamin C merupakan vitamin yang
larut dalam air dan esensial untuk biosintesis kolagen (Selandiawidiasmoro,
2007).
Dalam
larutan, kadar bahan yang terlarut (solut) dinyatakan dengan konsentrasi.
Istilah ini berarti banyaknya massa yang terlarut dihitung sebagai berat (gram)
tiap satuan volume (mililiter) atau tiap satuan larutan, sehingga satuan kadar
seperti ini adalah gram/mililiter. Cara ini disebut dengan cara berat/volume
atau b/v. Disamping cara ini, ada cara yang menyatakan kadar dengan gram zat
terlarut tiap gram pelarut atau tiap gram larutan yang disebut dengan cara
berat/berat atau b/b. Secara matematis, perhitungan kadar suatu senyawa yang
ditetapkan secara volumetri dapat menggunakan rumus-rumus umum berikut (Rohman,
2012).
Kristal natrium
thiosulfat dengan rumus kimianya Na2S2O3.5H2O,
meskipun garam natrium thiosulfat mudah dperoleh dalam keadaan murni, tetapi
oleh karena kandungan air krisatalnya tidak dapat diketahui dengan tepat
sehingga larutannya tidak dapat digunakan sebagai larutan standar primer,
artinya untuk menjadi larutan standar, larutan natrium thiosulfat harus
distandarisasikan dahulu menggunakan larutan standar lain (primer) seperti K2Cr2O7,
KIO3, Cu dan lain-lain. Penggunaan pelarut air yang tentunya masih
mengandung CO2 yang dapat bebas, meskipun penguraiannya sangat
lambat. Disamping hal tersebut, terjadinya penguraian juga disebabkan karena
keaktifan bakteri Thiobacillus Thioparus (Arsyad, 2001).
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Dari percobaan pada
praktikum yang pertama pemisahan dan Pemurnian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa untuk dapat menghasilkan
suatu larutan murni dari campuran dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu: filtrasi,
dekantasi, destilasi, sublimasi, dan kristalisasi bertingkat. Filtrasi
(penyaringan) merupakan cara pemisahan dengan menggunakan kertas saring.
Penguapan (evaporasi) merupakan cara pemisahan dengan melakukan pembakaran agar
tercampur zat menguap. Dekantasi dengan cara mengendap,kristalisasi bertingkat
adalah proses kristalisai yang dilakukan beberapa kali,destilasi merupakan
proses penyulingan dimna proses ini dilakukan berdasarkan perbedaan titik
didih, dan sublimasi merupakan cara pemisahan dengan cara merubah wujud zati padat
ke gas.
Dari hasil percobaan
pada praktikum yang kedua Kramotografi dapat disimpulkan bahwa zat tinta warna
hijau yang lebih cepat merambat dan mempunyai rambatan paling panjang
dibandingkan zat tinta warna biru dan merah.
Dari hasil percobaan
pada praktikum yang ke tiga Stoikiometri : Dari setiap larutan yang diukur
suhunya memiliki temperature / suhu yang berbeda-beda.
Dari hasil percobaan
pada praktikum yang ke empat Faktor-faktor yang mempengaruhi Laju Reaksi bahwa
laju reaksi dapat bereaksi / berlangsung lebih cepat jika dipengaruhi oleh
konsentrasi yang tinggi dan suhu yang tinggi pula.pada larutan yang memiliki
konsentrasi yang memuliki konsentrasi 2M ( HCL) balon berisi udara lebih banyak
sehingga balon dapat berdiri dan pada titik hitam lebih cepat memudar ketika
larutan dipanaskan.sedangkan pada larutan lainnya berlangsung sangat lambat.
Dari hasil percobaan
pada praktikum yang ke lima Titrasi Oksidasi Reduksi bahwa larutan zat tinta
sebanyak 10mL(sebagai basa)direaksikan dengan H2SO4 (sebagai asam) mengalami
perubahan warna dan zat tinta mengalami perubahan warna setelah dicampurkan
dengan H2SO4 sebanyak 3,6 Ml.
Saran
Pada
praktikum yang dilakukan hendaknya dilakukan dengan dengan serius dan hati-hati
sesuai dengan prosedur percobaan, sehingga hasil yang didapatkan baik dan
sesuai dengan teori yang diharapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Albert.2003. Analisa Kimia
Kuantitatif. Edisi Keempat.
Erlangga.Bubllejutex.blogspot.com/2009/11/laporan-kimia-dasar
Harvey
D. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw-Hill Comp.
http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/07/titrasi-redoks/ Diakses
tanggal 17 November 2013
http://ayulikecats.blogspot.com/2012/12/praktikum-kromatografi.html Diakses tanggal 17 November 2013
http://bhajaboounu.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-kimia-analitik.html Diakses tanggal 17 November 2013
http://laporan-kita.blogspot.com/2011/06/kromatografi.html Diakses tanggal 17 November 2013
http://martahiyah.blogspot.com/2012/12/laporan-praktikum.html Diakses tanggal 17 November 2013
http://muthiaura.wordpress.com/2012/06/14/titrasi-reduksi-oksidasi Diakses
tanggal 17 November 2013/
http://putra-d.blogspot.com/2012/03/laporan-praktikum-kimia-titrasi.html Diakses
tanggal 17 November 2013
http://semuacoretankuliah.blogspot.com/2012/11/laporan-kimia-dasar-i-kromatografi.html
Diakses tanggal 17 November 2013
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/iodimetri/proses-oksidasi-dan-reduksi-yang-melibatkan-iod-titrasi-iodimetri/ Diakses
tanggal 17 November 2013
http://www.finop.tk/2013/06/laporan-kimia-analisis-titrasi-reaksi_12.html Diakses
tanggal 17 November 2013
http://wyfi4ever.blogspot.com/2012/03/laporan-kimia-dasar-kromatografi-dan.html Diakses tanggal 17 November 2013
Jonhs.2000. Kimia Terapan. Kamus Kimia dan Pnjelasan Istilah, Gramedia, Jakarta.
Keenan.Charles W.dkk,2002,Kimia Untuk Universitas Jilid 2,Erlangga.Jakarta.
Krisbiyanto. Adi. 2008. Panduan Kimia Praktis SMA. Pustaka
Widyautama; Jakarta
Parning, Horale, Tiopan, 2006, Kimia
SMA Kelas XI Semester I. Jakarta:Yudistira
Patnaik
Pradyot. 2004. Dean’s Analytical Chemistry Handbook. Second Edition. New
York: McGraw-Hill Comp.
Ronald Sitorus.2001.Pendidikan Kimia Dasar.Gramedia.
Jakarta.
Rouessac
Francis, Annick Rouessac. 2007. Chemical Analysis: Modern
Tamrin dan J. Abdul. 2008. Rahasia Penerapan Rumus-Rumus Kimia.
Gita Media Pres : Jakarta
Tamrin dan J. Abdul. 2008. Rahasia Penerapan Rumus-Rumus Kimia. Gita,MediaPres : Jakarta.
Wahyustatistik.blogspot.com/2010/05/laporan-kimia-laju-reaksi.
Wood
Charles.2000. Ilmu Kimia Universitas. Jakarta : Erlangga
Langganan:
Postingan (Atom)